Menumbuhkan
Rasa Cinta Kepada Sesama
Ika Fatmawati
183104101185
Mata Kuliah : Psikologi Umum II
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi.,
M.A
Bulan lalu saya
berkesempatan mengantarkan bingkisan bakti sosial (baksos) dalam rangka Nu
Amoorea berbagi. Bukan sebuah acara besar atau agenda khusus. Saat donasi terkumpul
langsung di belanjakan dan di salurkan kepada mereka yang membutuhkan. Warga
sekitar tempat tinggal kami adalah target utama. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan manfaat tidak
hanya kepada pengguna produk Nu Amoorea saja, tetapi orang di sekitar kita dari
keluarga tidak mampu. Nu Amoorea adalah produk perawatan dan kecantikan kulit wajah.
Salah satu keluarga
yang saya kunjungi adalah keluarga Mbah
Tum. Saya di persilahkan masuk melalui pintu belakang, melewati dapur dan
langsung menuju tempat Mbah Tum terbaring. Saya tidak mengenal beliau
sebelumnya dan beliau juga tidak mengenal saya. Suami Mbah Tum menceritakan
sejak kapan istrinya sakit dan ternyata beliau sendiri juga ispa akut karena
terkena abu letusan Gunung Kelud beberapa tahun silam.
Keduanya sudah lanjut
usia, juga sakit., Mereka tinggal di rumah bersama anak angkat mereka. Saya
sempat berpikir, bersyukur beliau sudah lanjut usia ada yang merawat. Seorang
perempuan tidak lama kemudian duduk di samping saya, bercerita bahwa dirinya
juga harus operasi. Ada penyakit dalam rahimnya yang harus segera di tangani.
Menurut Menko PMK
sebetulnya sudah ada bantuan dari pemerintah dalam upaya memperbaiki
kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program dan partisipasi masyarakat.
Penyaluran bantuan sosial untuk keluarga miskin, antara lain dilakukan melalui
Bansos PKH, Bansos Pangan (BPNT), KIS dan KIP. “Bantuan sosial tersebut diharapkan dapat
menurunkan beban masyarakat yang berpendapatan rendah dan meningkatkan daya
beli masyarakat,” tandas Puan Maharani (Kedaulatan Rakyat: 2019)
Seseorang yang memberitahukan
cinta, hadiah, ucapan terima kasih, memuji, menyanjung dengan doa atau selain
doa, dan mensuport, itu meningkatkan rasa cinta kepada orang lain( Asyim : 2002). Bukhari meriwayatkan
dalam sebuah hadist, “Hendaklah kalian
saling memberi hadiah, niscaya kalian saling mencintai.”
Kita memberi hadiah
tidak harus menunggu momen tertentu, misalnya ulang tahun, pernikahan atau
perayaan hari besar agama. Apalagi memberikan bantuan kepada saudara di sekitar
kita yang membutuhkan bantuan, tidak perlu diminta karena keadaan ekonomi bisa
dilihat dari kondisi mereka sehari- hari. Mereka merasa nyaman dan jarang
berkeluh kesah karena mereka menjaga harga diri, menjaga martabat keluarga.
Pantang bagi mereka
untuk meminta- minta. Lebih baik berusaha sekuat tenaga untuk tidak
menengadahkan tangan dengan segala keterbatasan. Terkadang membuat hati saya
gerimis saat mereka masih bisa dan mengupayakan berbagi kepada tetangga kanan
kiri dengan apa yang mereka miliki, meskipun hanya sepotong singkong.
Bentuk hadiah
sederhana seperti buku, pakaian, atau makanan dapat diberikan, yang penting
bermanfaat untuk penerimanya. Barang yang diberikan tidak harus mahal dan mewah, bahkan
dengan senyuman dan nasehat yang melegakan juga dapat bernilai hadiah bagi orang
yang membutuhkannya. Saling memberi hadiah akan mempererat hubungan
persaudaraan.
Seseorang, saat
memberikan hadiah hendaknya tidak pernah berharap memperoleh balasan dari orang
yang dia beri hadiah. Sebab, Allah telah menyiapkan balasan yang lebih baik
apabila kita memberikannya dengan ikhlas. Adapun dalam menerima hadiah,
hendaknya orang yang menerima hadiah menerima dengan baik pemberian saudaranya,
bersyukur atas pemberian tersebut karena itu adalah rezeki dari Allah.
"Rasulullah Saw
memberiku sebuah bingkisan, lalu aku berkata, ‘Berikan hadiah itu kepada orang
yang lebih fakir dariku’, lalu beliau menjawab, ‘Ambillah, jika datang kepadamu
sesuatu dari harta ini, sedangkan engkau tidak tamak dan tidak pula memintanya,
maka ambilah dan simpan untuk dirimu, jika engkau menghendakinya, maka
makanlah. Dan bila engkau tidak menginginkannya maka bersedekahlah dengannya."
(Hadist Riwayat Bukhari-Muslim).
Jangan menunggu kaya
baru kita akan memberi hadiah, karna banyak orang miskin yang bisa memuliakan
tamunya dengan hal yang istimewa. Mereka yang hidupnya sederhana bisa
membiasakan diri untuk berbagi kepada sesamanya. Kita yang sehat dan masih
mampu untuk berusaha seharusnya bisa melakukan hal yang lebih baik.
Kita akan merasakan untaian
doa- doa yang tulus dari mereka jika orang yang kita beri hadiah itu tidak kita
kenal sebelumnya. Merasakan ketenangan batin, rendah hati dan meningkatkan rasa
syukur kita kepada Allah. Ada kebahagiaan yang mengalir ketika mereka tersenyum
dan menyambut kita dengan tangan terbuka. Kebahagian yang datang karena
kebahagiaan saudaranya. Demikian sedikit gambaran suasana hati yang saya
rasakan dalam kegiatan tersebut.
Daftar Pustaka :
-- - Kedaulatan Rakyat (2019). Bansos harus digunakan kegiatan mandiri.
10 Februari, Halaman 8
- - Asyim, H. A. (2002). Perusak- perusak ukhuwah. Jakarta Timur : Darul Falah.
0 komentar:
Posting Komentar