HEARTBREAK
IS AN EXAM
Ana Istiqomah
163104101126
Mata Kuliah : Psikologi Humanistik
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi.,
M.A
“Naksir sama
cowok, si cowok suka sama cewek lain yang jauh lebih cantik dan cerdas dari
kita, patah hati. Terus aja gitu, sampai mabok. Kapan sih ini berakhir?”
Kalimat di atas
adalah salah satu cuplikan keluhan dari kehidupan sehari-hari yang ada di
sekitar kita. Patah hati. Kita sudah tidak asing lagi bukan dengan frasa ini? Salah
satu permasalahan yang kerap kita jumpai dalam kehidupan kita. Permasalahan
yang dapat menjangkit berbagai macam
usia tanpa pandang bulu. Tak jarang
kasus seperti ini menjadi pemicu gangguan emosional, bahkan kejiwaan seperti
frustasi dan depresi. Efek patah hati ini juga terkadang dapat mempengaruhi
kinerja otak sehingga melahirkan keputusan-keputusan ‘konyol’ yang merugikan
diri sendiri, seperti bunuh diri, memakai narkoba, mabuk-mabukan, seks bebas, dan sebagainya.
Jenis efek yang timbul akibat patah hati
berbeda-beda pada tiap orang. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara si penderita dalam menyikapi dan mengelola
patah hatinya. Cara yang digunakan oleh individu dalam menyikapi dan mengelola
masalah yang ia alami ini berkaitan dengan makna hidup yang ia miliki. Makna
hidup merupakan motivasi yang fundamental untuk memperoleh hidup yang bermakna.
Apabila seseorang tidak memiliki motivasi fundamental, orang tersebut akan
terserang berbagai macam frustasi. Karena dalam makna hidup terkandung juga
tujuan hidup yang berisi hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.
Pandangan logoterapi menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk istimewa yang memiliki
berbagai kemampuan dan daya yang istimewa pula. Manusia mampu untuk menemukan
makna hidupnya melalui apa yang ia berikan kepada lingkungan, apa yang ia ambil
dari lingkungan, serta sikap tepat atas kondisi tragis yang tak dapat dihindari
lagi.
Pandangan
logoterapi, semua mengacu pada tiga nilai kehidupan, yakni nilai kreatif, nilai
penghayatan, dan nilai bersikap (Bastaman, 2007).
Frankl mengartikan logoterapi sebagai logos (makna dalam dimensi spiritual)
dan terapi. Logoterapi Frankl secara keseluruhan didasari oleh konsepnya
mengenai manusia. Ia memberikan landasan filososif yang menjadi rangkaian dasar
prinsip-prinsip logoterapi, yakni kebebasan kehendak (the freedom of will), kehendak akan makna (the will to meaning), dan makna hidup (the meaning of life). Setiap manusia memiliki kebebasan
berkehendak, yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Karena kebebasan
tanpa dibarengi dengan tanggung jawab merupakan langkah awal dari
kesewenang-wenangan, termasuk sewenang-wenang pada diri sendiri.
Kita sering mendengar berita, dalam
kolom surat kabar maupun televisi, mengenai percobaan bunuh diri, pembunuhan,
dan hal semacamnya dengan penyebab utama patah hati atau sakit hati. Seperti
yang terjadi di Bali setahun yang lalu, remaja yang gantung diri karena patah
hati setelah putus dari kekasihnya. Miris. Jalaran patah hati hingga aksi nekat
memutus nyawa. Setelah mati, apakah kekasih yang telah putus akan mau kembali
padanya? Tidak mungkin. Hal ini merupakan salah satu contoh dari kebebasan
kehendak yang dimiliki manusia, akan tetapi kekebasan yang tidak dibarengi
dengan tanggung jawab. Sehingga melahirkan tindakan sewenang-wenang terhadap
dirinya sendiri.
Seorang bijak pernah memberikan nasihat
“Cintailah ia sekadarnya saja. Jangan habiskan seratus persenmu untuknya.
Sehingga bila suatu saat kau terluka karnanya, kau masih memiliki beberapa
persen untuk menyembuhkan lukamu”. Sebuah nasihat penting untuk mengingatkan
kita agar selalu menyayangi diri sendiri.
Jadi, mari kita selesaikan urusan patah
hati dengan penerimaan, permaafan, dan perdamaian. Karena patah hati merupakan
salah satu ujian dalam sebuah drama kehidupan yang boleh jadi merupakan sebuah
tiket untuk meningkatkan level kualitas kita dalam memaknai hidup, serta
kesyukuran kita atas nikmat yang Tuhan berikan. Ubah strategi dalam
menghadapinya dan ambil pelajaran dari kejadian tersebut, sehingga kita tidak
merasa sia-sia dan frustasi karena mengulang heartbreak cycle berkali-kali.
Referensi:
Bastaman, H. D. 2007. LOGOTERAPI. Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup
Bermakna. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar