9.4.19

Heartbreak Is An Exam

HEARTBREAK IS AN EXAM
Ana Istiqomah
163104101126
Mata Kuliah : Psikologi Humanistik
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S.Psi., M.A

“Naksir sama cowok, si cowok suka sama cewek lain yang jauh lebih cantik dan cerdas dari kita, patah hati. Terus aja gitu, sampai mabok. Kapan sih ini berakhir?”
Kalimat di atas adalah salah satu cuplikan keluhan dari kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar kita. Patah hati. Kita sudah tidak asing lagi bukan dengan frasa ini? Salah satu permasalahan yang kerap kita jumpai dalam kehidupan kita. Permasalahan yang dapat menjangkit berbagai macam usia tanpa pandang bulu. Tak jarang kasus seperti ini menjadi pemicu gangguan emosional, bahkan kejiwaan seperti frustasi dan depresi. Efek patah hati ini juga terkadang dapat mempengaruhi kinerja otak sehingga melahirkan keputusan-keputusan ‘konyol’ yang merugikan diri sendiri, seperti bunuh diri, memakai narkoba, mabuk-mabukan, seks bebas, dan sebagainya.
Jenis efek yang timbul akibat patah hati berbeda-beda pada tiap orang. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara si penderita dalam menyikapi dan mengelola patah hatinya. Cara yang digunakan oleh individu dalam menyikapi dan mengelola masalah yang ia alami ini berkaitan dengan makna hidup yang ia miliki. Makna hidup merupakan motivasi yang fundamental untuk memperoleh hidup yang bermakna. Apabila seseorang tidak memiliki motivasi fundamental, orang tersebut akan terserang berbagai macam frustasi. Karena dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup yang berisi hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. 
Pandangan logoterapi menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk istimewa yang memiliki berbagai kemampuan dan daya yang istimewa pula. Manusia mampu untuk menemukan makna hidupnya melalui apa yang ia berikan kepada lingkungan, apa yang ia ambil dari lingkungan, serta sikap tepat atas kondisi tragis yang tak dapat dihindari lagi.  Pandangan logoterapi, semua mengacu pada tiga nilai kehidupan, yakni nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap (Bastaman, 2007).
Frankl mengartikan logoterapi sebagai logos (makna dalam dimensi spiritual) dan terapi. Logoterapi Frankl secara keseluruhan didasari oleh konsepnya mengenai manusia. Ia memberikan landasan filososif yang menjadi rangkaian dasar prinsip-prinsip logoterapi, yakni kebebasan kehendak (the freedom of will), kehendak akan makna (the will to meaning), dan makna hidup (the meaning of life). Setiap manusia memiliki kebebasan berkehendak, yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Karena kebebasan tanpa dibarengi dengan tanggung jawab merupakan langkah awal dari kesewenang-wenangan, termasuk sewenang-wenang pada diri sendiri.
Kita sering mendengar berita, dalam kolom surat kabar maupun televisi, mengenai percobaan bunuh diri, pembunuhan, dan hal semacamnya dengan penyebab utama patah hati atau sakit hati. Seperti yang terjadi di Bali setahun yang lalu, remaja yang gantung diri karena patah hati setelah putus dari kekasihnya. Miris. Jalaran patah hati hingga aksi nekat memutus nyawa. Setelah mati, apakah kekasih yang telah putus akan mau kembali padanya? Tidak mungkin. Hal ini merupakan salah satu contoh dari kebebasan kehendak yang dimiliki manusia, akan tetapi kekebasan yang tidak dibarengi dengan tanggung jawab. Sehingga melahirkan tindakan sewenang-wenang terhadap dirinya sendiri.
Seorang bijak pernah memberikan nasihat “Cintailah ia sekadarnya saja. Jangan habiskan seratus persenmu untuknya. Sehingga bila suatu saat kau terluka karnanya, kau masih memiliki beberapa persen untuk menyembuhkan lukamu”. Sebuah nasihat penting untuk mengingatkan kita agar selalu menyayangi diri sendiri.
Jadi, mari kita selesaikan urusan patah hati dengan penerimaan, permaafan, dan perdamaian. Karena patah hati merupakan salah satu ujian dalam sebuah drama kehidupan yang boleh jadi merupakan sebuah tiket untuk meningkatkan level kualitas kita dalam memaknai hidup, serta kesyukuran kita atas nikmat yang Tuhan berikan. Ubah strategi dalam menghadapinya dan ambil pelajaran dari kejadian tersebut, sehingga kita tidak merasa sia-sia dan frustasi karena mengulang heartbreak cycle berkali-kali.

Referensi:

Bastaman, H. D. 2007. LOGOTERAPI. Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

0 komentar:

Posting Komentar