20.3.19

Nikah Muda Di Kalangan Mahasiswa

Meysella Al Firdha Hanim
(18.310.410.1196)



Fenomena menikah muda di kalangan mahasiswa merupakan kejadian unik dan menarik. Menikah adalah proses yang panjang, ketika seseorang akan mempunyai status baru yaitu laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri. Seorang mahasiswa yang mengambil keputusan menikah tentu memiliki alasan masing-masing. Harapan idealnya dari tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar agar setelah menyelesaikan kuliah dapat menerapkan ilmunya, bekerja pada bidangnya dan mampu mencukupi kebutuhan. Senyatanya, terdapat pula yang mengambil keputusan untuk menikah muda di masa kuliah which is  secara materi belum cukup, karena untuk biaya kuliah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari masih bergantung pada orangtua.
Hurlock (2004), menjelaskan bahwa remaja yang menikah pada usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan cenderung lebih sulit dalam menyesuaikan diri. Tanggung jawab ganda terjadi apabila salah satu atau keduanya dari pasangan suami istri menjalani masa kuliah. Mereka harus membagi waktu antara keluarga dan kuliah, yaitu mencari nafkah, mengurus rumah tangga dan mengerjakan tugas kuliahnya. Remaja yang memilih menikah sebelum mereka menyelesaikan pendidikannya membuat mereka iri pada teman-temannya. Hal ini dikarenakan remaja tersebut kehilangan kesempatan untuk memiliki pengalaman dan kebebasan yang dimiliki teman-temannya yang belum menikah.
Berdasarkan cerita dari beberapa teman sesama mahasiswa yang memutuskan menikah, motivasi utama menikah muda yaitu menghindari perbuatan zina atau demi memenuhi kebutuhan seksual, agar mendapat pahala karena menikah adalah ibadah, dan motivasi-motivasi lainnya seperti baper (terlalu mengikuti perasaan atau emosi sesaat) dengan pasangan yang sudah menikah kemana-mana berdua tidak takut dosa lagi dan sering mendengarkan ceramah langsung atau melalui media sosial. Pernyataan yang sering kali muncul di kalangan mahasiswa tersebut mengatakan bahwa tidak ada hambatan dalam kuliah, ”Menikah bukanlah penghambat dalam menyelesaikan kuliah, bahkan motivasi untuk segera menyelesaikan kuliah”.
Terdapat pula kehidupan mahasiswa yang menikah dalam keadaan baik-baik saja. Mereka hanya mengalami kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah dan rumah tangga, kadang juga diwarnai dengan konflik-konflik kecil. Kehidupan pernikahanpun menjadikan hidup mereka lebih bermakna dan menjadikan pribadi yang lebih bertanggungjawab, baik dalam perkuliahan maupun kehidupan sosialnya.
Saran bagi mahasiswa yang akan menikah pada masa kuliah agar lebih mempersiapkan diri mulai dari membagi waktu antara kuliah dan keluarga. Harapannya agar tidak mengalami hambatan dalam menyelesaikan kuliah, bisa mempertahankan prestasi akademiknya dan mencapai cita-cita yang lain. Sedangkan untuk orangtua diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada pasangan mahasiswa yang ingin menikah disaat menempuh masa kuliah.

Referensi
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

4 komentar: