Meysella Al Firdha Hanim
(18.310.410.1196)
Fenomena menikah muda di
kalangan mahasiswa merupakan kejadian unik dan menarik. Menikah adalah proses
yang panjang, ketika seseorang akan mempunyai status baru yaitu laki-laki
sebagai suami dan perempuan sebagai istri. Seorang mahasiswa yang mengambil
keputusan menikah tentu memiliki alasan masing-masing. Harapan idealnya dari
tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar agar setelah menyelesaikan kuliah
dapat menerapkan ilmunya, bekerja pada bidangnya dan mampu mencukupi kebutuhan.
Senyatanya, terdapat pula yang mengambil keputusan untuk menikah muda di masa
kuliah which is secara materi belum cukup, karena untuk biaya kuliah
dan mencukupi kebutuhan sehari-hari masih bergantung pada orangtua.
Hurlock (2004), menjelaskan
bahwa remaja yang menikah pada usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan
cenderung lebih sulit dalam menyesuaikan diri. Tanggung jawab ganda terjadi
apabila salah satu atau keduanya dari pasangan suami istri menjalani masa
kuliah. Mereka harus membagi waktu antara keluarga dan kuliah, yaitu mencari
nafkah, mengurus rumah tangga dan mengerjakan tugas kuliahnya. Remaja yang
memilih menikah sebelum mereka menyelesaikan pendidikannya membuat mereka iri
pada teman-temannya. Hal ini dikarenakan remaja tersebut kehilangan kesempatan
untuk memiliki pengalaman dan kebebasan yang dimiliki teman-temannya yang belum
menikah.
Berdasarkan cerita dari
beberapa teman sesama mahasiswa yang memutuskan menikah, motivasi utama menikah
muda yaitu menghindari perbuatan zina atau demi memenuhi kebutuhan seksual, agar
mendapat pahala karena menikah adalah ibadah, dan motivasi-motivasi lainnya
seperti baper (terlalu mengikuti
perasaan atau emosi sesaat) dengan pasangan yang sudah menikah kemana-mana berdua
tidak takut dosa lagi dan sering mendengarkan ceramah langsung atau melalui
media sosial. Pernyataan yang sering kali muncul di kalangan mahasiswa tersebut
mengatakan bahwa tidak ada hambatan dalam kuliah, ”Menikah bukanlah penghambat
dalam menyelesaikan kuliah, bahkan motivasi untuk segera menyelesaikan kuliah”.
Terdapat pula kehidupan
mahasiswa yang menikah dalam keadaan baik-baik saja. Mereka hanya mengalami
kesulitan dalam mengatur waktu antara kuliah dan rumah tangga, kadang juga
diwarnai dengan konflik-konflik kecil. Kehidupan pernikahanpun menjadikan hidup
mereka lebih bermakna dan menjadikan pribadi yang lebih bertanggungjawab, baik
dalam perkuliahan maupun kehidupan sosialnya.
Saran bagi mahasiswa yang
akan menikah pada masa kuliah agar lebih mempersiapkan diri mulai dari membagi
waktu antara kuliah dan keluarga. Harapannya agar tidak mengalami hambatan
dalam menyelesaikan kuliah, bisa mempertahankan prestasi akademiknya dan
mencapai cita-cita yang lain. Sedangkan untuk orangtua diharapkan dapat
memberikan pertimbangan kepada pasangan mahasiswa yang ingin menikah disaat
menempuh masa kuliah.
Referensi
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
GBU🙏🙏🙏
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIt's great!! 😍😍
BalasHapus❤❤✨
BalasHapus