Oleh: Nirbita Melani
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Artikel ini sebuah
pengalaman yang saya alami sendiri.Hasil refleksi saya bahwa galau lebih
disebabkan kurangnya kepemahaman tentang diri endiri dan kurang mencintai diri
sendiri.Jika kita mampu memahami potensi yang kita miliki,maka kita akan
mengelola rasa galau serta terus mencoba untuk melakukan hal-hal positif.
Galau merupakan sebuah perasaan yang
menyerupai rasa bingung dan kondisi pikiran tidak tenang.Banyak hal yang yang
dapat memunculkan galau diantaranya kondisi cemas,ketakutan,dan kurang percaya
diri,dan kesedihan.
Menurut Maslow dalam teori kebutuhan
dasar manusia,sesudah kebutuhan fisiologis dan keamanan relatif
terpuaskan,kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan
cinta menjadi tujuan yang dominan.Orang sangat peka dengan
kesendirian,pengasingan,ditolak lingkungan,dan keilangan sahabat atau
kehilangan cinta.Cinta tidak sinonim dengan seks,cinta adalah hubungan sehat
antara sepasang manusia yang melibatkan perasaan saling menghargai,menghormati,dan
mempercayai.Dicintai dan diterima adalah jalan menuju perasaan yang sehat dan
berharga,sebaliknya tanpa cinta menimbulkan kesia-siaan,kekosongan dan
kemarahan.
Remaja akan mengetahui kondisi
emosional saat emosi diekspresikan dalam kata atau aksi dan menjadi sadar bahwa
sebuah emosi mulai mengendalikan perilakunya,mempertimbangkan apakah reaksi
emosional layak dengan situasi yang dihadapi,dan apakah reaksi yang muncul pada
intensitas yang benar dan memanifestasikan dirinya sendiri pada perilaku yang
konstruktif atau destruktif.
Galau banyak sekali dialami oleh
remaja atau kaum muda,terutama hal percintaan.Ketika putus cinta terjai suatu
permasalahan karena perbedaan pendapat dan rasa cemburu.Rasa galau tersebut
berakibat pada sikap murung,kehilangan selera,kurang semangat,bahkan menangis.
Apakah kita akan memilih galau atau
senang,semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.Seberapapun rasa galau yang
kita rasakan apa bila kita mampu menyikapi dengan hati riang maka semua akan
terasa lebih baik dan menyenangkan.
Demikian halnya ketika kita berani
mencintai,berani menyukai berarti kita pun harus harus berani menghadapi dua
pilihan gagal dan goal atau berhasil.Sebuah kondisi yang selalu memiliki
konsekwensi menjadi sebuah tantangan tentang bagaimana kita bersikap dan
cerminan kedewasaan kita dalam menghadapi seuatu.
Sedikit uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa kita tidak perlu merasa galau secara berlebihan.Galau
cenderung memunculkan penyakit psikologis,bahkan mungkin berdampak pada kondisi
frustasi.Penting bagi kita untuk lebih mencintai diri sendiri.Banyak kali yang
terjadi kita paham betul tentang diri seseorang yang kita kagumi tapi kita
sendiri tidak paham terhadap diri kita sendiri.
Yuk,kurangi tren
galau.
Referensi
Alwisol,Psikologi
Kepribadian,Malang:UM Press,2014.
Dody,L.P.,Ahyani,R.F.,Hidayat.(2014).Makna Kesedihan Bagi Remaja,Jurnal
Psikologi. Vol.10 Nomor 2, Desember 2014
https://media.neliti.com/media/publications/127338-ID-makna-kesedihan-bagi-remaja.pdf
0 komentar:
Posting Komentar