PSI KEPRIBADIAN II TEORI ERIK H. ERIKSON
Erikson
memberi jiwa baru kedalam teori psikoanalisis, denan memberi perhatian yang
lebih kepada ego dari pada id dan superego. Dia masih tetap mengharai teori
freud, namun mengembangkan ide-ide khususnya dalam hubungannya dengan tahap
perkembangan dan peran sosial terhadap pembentukan ego. Erikson masih mengakui adanya
kualitas dan inisiarif sebagai bentuk dasr pada tahap awal, namun hal itu hanya
bisa berkembang dan masak melalui pengalaman sosial dan lingkungan. Dia juga
mengakui sifat rentan ego, defense yang irisional, efek trauma-anxiety-uilt yang langgeng, dan dampak lingkungan yang
membatasi dan tidak peduli terhadap individu. Dia memandang lingkungan bukan
semata-mata menghambat dan menghukum freud, tetapi juga mendorong dan membantu
individu. Ego menjadi mampu, terkadang dengan sedikit bantuan dan terapis, menangani masalah secara
efektif.
I. Stuktur kepribadian
Ø Ego
kreatif
Erikson mengambarkan
adanya sejumlah kualtas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis
Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan
kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego
yan dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap
kehidupan. Ego bukan budak tetapi justru menjadi tuan/pengatur id,superego dan
dunia luar. Jadi, ego disamping hasil proses faktor genetic, fisiologik, dan
anatomis, juga dibentuk oleh konteks kultular dan historic. Ego yang sempurna digambarkan
Erikson memiliki tiga dimensi.
1.Faktualitas
adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda
kerja yang sedang berlaku.
2. Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan
halyang praktisdan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan prinsip
realita dari Freud
3. Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang
lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama
Menurut
Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan mensintesa
pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang
akan dating. Dia menemukan tiga aspek
1.
Body ego: menace
kepengalaman orang dengan tubuh/fisiknya sendiri.
2.
Ego ideal: gambaran
mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal.
3.
Ego
identity: gambaran meengenai diri dalam berbagai peran sosial.
Ø
CIRI KHAS PSIKOLOGI EGO DARI ERIKSON
1.
Erikson menekankan kesadaran individu untuk
menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian psikologi ego adalah
kemassakan ego yang sehat, alih-alih konf;ik salah suai yang neourotik.
2.
Erikson berusaha mengembangkan teori insting
dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetic kepribadian
3.
Erikson secara ekspilisit mengemukakan bahwa motif
mungkin berasal dari impuls id yang taksdar, namun motif itu bisa membebaskan
diri dari id seperti individu meninggalkan peran sosial di masa lalunya. Fungsi
ego dalam pemecahan masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar kepercayaan
bebas dari id membangun system kerja sendiri yang terlepas dari system kerja
id.
4.
Erikson mengangggap ego sebagai sumber
kesadaran dari seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, ego mengembangkan
perasaan berkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Ø
PENGARUH MASYARAKAT
Erikson
lebih mementingkan faktor sosial dan historical- kebalikan dengan Freud yang
pandangannya sebagian besar biological. Bagi Erikson, ego muncul bersama
kelahiran sebagai potensi yang harus di tegakkan didalam lingkungan kultural.
Masyarakt yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak,
cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai
budayanya. Missal suku Sioux yang menyusui anaknya hingga umur 4-5 tahun,
akan membentuk kepribadian yang oleh Freud dinamakan “kepribadian oral.” Suku soux menilai tinggi kedermawanan dan
menurut Erikson layanan pemberian air susu ibu yang tak terbatas menjadi dasar
dari sifat kedermawanan.
Ø PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
·
FASE BAYI (0-1 TAHUN)
Pararel dengan fase oral dari Freud,
namun bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata; bayi adalah
saat untuk memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut tetapi juga
dari semua indra.
·
FASE ANAK-ANAK (1-3 TAHUN)
Tahap ini pararel dengan fase anal
daari Freud. Menurut Freud anak mula memperoleh kepuasan dengan menghancurkan
atau membuang/menghilangkan objek, dan anak kemudian memperoleh kepuasan dari
defakasi. Teori Erikson lebih luas: anak memperoleh kepuasan bukan dari
keberhasilan mengontrol otot anus saja, tetapi juga dari keberhasilan
mengontrol fungsi tubuh yang lain, seperti berjalan, melempar, memegang, dan
sebagainya. Kesemuanya itu dikembangkan melalui hubungan interpersonal,
sehingga anak juga mengalami ragu dan malu belajar bahwa usahanya untuk menjadi
otonom bisa berhasil bisa juga gagal.
·
USIA BERMAIN (3-6 TAHUN)
Tahap ini sama dengan periode falis dari Freud, namun isi kegiatan
atau proses perkembangan didalamnya antara Freud dengan Erikson berbeda. Freud
memakai tema sentral odipus kompleks, sedangkan menurut Erikson, ada banyak
perkembangan penting pada fase bermain ini, yakni: identifikasi dengan orang
tua, mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu,
imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan.
·
USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas
keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang
dewasa lainnya. Pada usia ini keingin tahuan sangat kuat dan hal itu berkaitan
dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan. Anak yang berkembang normal akan
tekun belajar membaca dan menulis, belajar memburu dan menangkap ikan, atau
belajar ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan di masyarakatnya.
·
ADOLESEN (12-20 TAHUN)
Tahap in merupakan tahap paling
penting diantara perkembangan yang
lainnya, karena pada akhir tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego
yang cukup baik. Walaupun pencarian identitas ego tidak itu tidak dimulai dan
tidak berakhir pada usia remaja. Pada fase ini individu sibuk dengan diri
sendir, dilatarbelakangi oleh pubertas genital yang memberi berbagai peluang
konflik, baik yang berhubungan dengan seks, pekerjaan, keyakinan diri dan
filsafat hidup.
·
DEWASA AWAL (20-30 TAHUN)
Tahap dewasa awal waktunya relative
tidak dibatasi.
Tahap ini ditandai dengan perolehan keintiman pada awal periode, dan ditandai
perkembangan berketurunanpada akhir periode. Bagi sebagian orang dewasa
awal,periode ini cukup singkat, mungkin hanya beberapa tahun. Tetapi bagi
dewasa awal yang lain bisa membutuhkan waktu puluhan tahun
·
DEWASA
(30-65 TAHUN)
Menurut Erikson, manusia mempunyai insting untuk
mempertahankan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Generativita berkaitan dengan membina dan membimbing
generasi peneerus, termasuk merawat anak bekerja produktif menciptakan benda
dan ide baru yang menyumbang pembangunan dunia menjadi lebih baik.
·
USIA
TUA (>65 TAHUN)
Menjadi
tua bukan berarti menjadi tidak generative. Sudah tidak menghasilakan
keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi
perhatian/merawat enerasi penerus – cucu dan remaja pada umumnya. Usia tua bisa
menjadi waktu yang orang senang bermain, menyenangkan, dan keajaiban, tetapi
juga bisa menjadi tempat orang pikun, depresi, dan putus asa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Ed
revisi. Malang: UMMpress. Hal 85-103
Nama: Nico hari al araafi
Nim: 17.310.410.1165
Fak: Psikologi
0 komentar:
Posting Komentar