Nama
: Sri Sunu Widyaningsih
NIM
: 183104201178
"Psikologi Klinis"
Psikologi
klinis merupakan salah satu ilmu terapan. Tujuannya adalah untuk
mensejahterakan kehidupan manusia. Dalam bahasa Yunani, kata klinis atau kline
berarti sesuatu yang berkaitan dengan tempat tidur.
Witmer
(1912) mengatakan bahwa psikologi klinis merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi
dan eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis.
Menurut
Phares (1992), psikologi klinis lebih merujuk pada bidang yang membahas tentang
kajian, diagnosis, serta penyembuhan pada masalah-masalah psikologis.
Dalam
American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa psikologi klinis
merupakan salah satu wujud psikologi terapan untuk dapat memahami kapasitas
perilaku dan karakteristik individu melalui metode pengukuran, analisis, saran
dan rekomendasi supaya individu mampu melakukan penyesuaian diri.
Adapun
beberapa ciri atau sifat dalam psikologi klinis yaitu memiliki orientasi ilmiah
profesional, menampilkan kompetensi psikolog, menampilkan kompetensi klinikus,
bersifat ilmiah dan tentunya harus profesional demi meningkatkan kualitas
hidup. Dan orientasinya lebih mengacu pada psikopatologi tradisional. Dimana
psikopatologi tradisional lebih fokus pada perilaku maladjustment dan mental
disease.
Kemudian
kita akan membahas mengenai terapan dalam psikologi klinis. Terapan psikologi
klinis erat kaitannya dengan assessment (pengiraan) dan treatment (penanganan/tindakan).
Dimana assessment dan treatment lebih mengarah pada perorangan maupun kelompok.
Misal pada perorangan dimana dilakukan psikotes melalui laporan diri untuk
sebuah pengiraan dan penelitian. Adapun kelemahan dan kelebihan dari hal
tersebut. Yang mana kelemahannya adalah laporan diri lebih mengarah pada
persepsi seseorang atas sampel perilakunya. Dan kelebihannya jika seseorang
mampu mengerti dirinya sendiri daripada orang lain. Saat ini adapun perkembangan
terbaru yang muncul yaitu terapan mikro dan makro. Dimana terapan mikro lebih
fokus untuk perorangan, biasanya pengukuran berupa psikotes. Pengukuran tersebut
misalnya tentang kecemasan, depresi, intelegensi, narsisme, obsesif kompulsif,
dll. Orientasi pengukuran tersebut lebih mengarah pada psikopatologi. Namun orientasinya
dapat berubah dari psikopatologi menjadi kesejahteraan. Kemudian pada terapan
makro perlu pendekatan khusus termasuk dalam hal pengukurannya. Lebih mengarah
pada pendekatan kualitatif. Bukan hanya dilihat dalam skala interval namun
perlu diperhatikan dalam penggunaan skala rasio. Misalnya, seberapa intensnya
masyarakat melakukan pertemuan untuk membicarakan kesejahteraan demi
kepentingan bersama.
Kesimpulannya
adalah terapan psikologi klinis mikro lebih mengarah pada individu atau
perorangan. Sedangkan pada terapan psikologi klinis makro lebih mengarah pada pendekatan
kualitatif. Cara kerjanya pada terapan mikro mampu bekerja sendiri. Sedangkan pada
terapan makro ia harus bekerja sama dengan orang lain.
1. Prawitasari, Johana E. (2011), Psikologi Klinis : Pengantar Terapan Mikro & Makro, Erlangga, Surabaya.
2. Markam, S. & S, Suprapti S. I. 2008 . Pengantar Psikologi Klinis Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
3. A. Wiramihardja, Sutardjo, (2003). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : PT. Refika Aditama.
22
2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar