10.7.18

Tumpahan Minyak di Balikpapan, Pertamina Bantah Lalai

Yona Sahputri L
16.310.410.1136
Psikologi Lingkungan
TEMPO.CO, Balikpapan - PT Pertamina (Persero) membantah perusahaan telah lalai dalam melakukan pengawasan, sehingga ada pipa penyalur minyak mentah bawah laut yang patah dan menimbulkan tumpahan minyak yang mencemari perairan Teluk Balikpapan. "Terlalu dini mengatakan demikian," kata General Manager Pertamina Refinery Unit V, Togar MP, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat, 6 April 2018.
Pertamina, khususnya Pertamina RU V, adalah pengelola kilang minyak di Balikpapan. Pada Kamis  kemarin, Togar bersama jajaran Pertamina RU V menghadiri undangan DPRD Kota Balikpapan untuk memberikan penjelasan atas peristiwa tumpahan minyak mentah yang disusul kebakaran di Teluk Balikpapan yang terjadi Sabtu pekan lalu.Sebanyak lima orang tewas sebab peristiwa itu, termasuk satu individu pesut (Orcaella brevirostris), mamalia laut yang langka yang menghuni Teluk Balikpapan. Selain itu, sebanyak 162 kapal nelayan berikut alat tangkapnya tidak bisa serta merta dipakai melaut karena kotor tercemar minyak mentah.Selama dua hari penuh juga operasional Pelabuhan Semayang ditutup. Akibatnya, kapal yang tiba di Balikpapan tidak bisa masuk dan bersandar di pelabuhan, dan kapal yang ada di Teluk Balikpapan tidak bisa keluar.Lebih jauh Togar menyebutkan bahwa yang paling berhak menyatakan ada kelalaian nanti hanyalah pihak kepolisian selaku penyidik. "Kami tidak mau berdebat soal itu," katanya.Bantahan Pertamina itu merespons tudingan Ketua Komisi III DPRD Kota Balikpapan Nazaruddin sebelumnya. Nazaruddin menyatakan bahwa Pertamina lalai dalam mengelola keamanan usahanya. Kelalaian itu antara lain tidak dipakainya sistem pengawasan yang bisa cepat mengetahui bila ada kejadian seperti pipa bocor atau tumpahan minyak.Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas daerah terdampak mencapai hampir 13.000 hektare. Pohon-pohon di hutan mengrove di utara di Kariangau menjadi pekat oleh minyak.Penyebab tumpahan kemudian diketahui ada pipa bawah laut Pertamina yang menghubungkan Terminal Crude Lawe-lawe dengan Kilang Balikpapan mengalami kerusakan. Pipa baja berdiameter 20 inci dan ketebalan 12 milimeter di kedalaman 25 meter itu dilaporkan patah dan bergeser hingga 120 meter dari posisi awalnya.Regional Manager Communication and CSR Kalimantan Pertamina Yudi Nugraha menyebutkan bahwa pipa bawah laut yang mulai dipasang tahun 1998 itu masih sangat layak. "Kalau tidak ada kekuatan yang luar biasa yang menghantamnya, tidak akan rusak pipa itu," katanya.Pipa bawah laut Pertamina itu terakhir dicek kondisinya pada Desember 2017 dan pengecekan berikutnya dilakukan pada 2019. Saat itu tidak dilaporkan adanya kerusakan.
Tempo.co, Jumat, 6 April 2018

0 komentar:

Posting Komentar