10.7.18

PLTA Batangtoru Diklaim Ramah Lingkungan


Nama : pipit Rahmania Khajati
NIM : 16.310.410.1134
Psikologi Lingkungan




JAKARTA, KOMPAS.com—Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diklaim ramah lingkungan. Terlebih lagi, pembangkit ini juga membutuhkan alam terjaga. "Jika hutan rusak akan berpengaruh juga pada ketersediaan pasokan air penggerak turbin (PLTA)," kata Manajer Humas PT North Sumatra Hydro Energi (NSHE) yang merupakan pemilik PLTA Batangtoru, Agus Supriono, Senin (14/5/2018). Agus pun menyatakan komitmen perusahaannya untuk memastikan kelestarian hutan yang mengitari lokasi PLTA tersebut. "Kami tidak akan pernah mengorbankan hutan apalagi hutan primer dan kawasan konservasi atau merusak keanekaragaman hayati dalam pembangunan PLTA," ujar dia. PLTA Batangtoru dibangun di Area Penggunaan Lain (APL) yang secara hukum bukan merupakan kawasan hutan. Menurut dia, APL Batangtoru merupakan kawasan yang dialokasikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan telah mendapatan persetujuan Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. "Kami sangat memahami hutan merupakan bagian penting untuk menjaga suhu bumi agar tidak naik," tegas Agus. PLTA Batangtoru juga mencanangkan program penanaman bibit pohon dan sosialisasi mengenai pentingnya lingkungan kepada masyarakat, selain mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan PLTA. Adapun teknologi ramah lingkungan tersebut dikenal nama Run of River Hydropower. Secara sederhana, prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran air sungai tanpa perlu membangun bendungan yang menimbulkan daerah genangan luas. Penggunaan pipa pesat (penstock) menjadi bagian penting untuk mengalirkan energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan air jatuh sebelumnya dialirkan menuju turbin. "Dengan teknologi yang terus berkembang saat ini dimungkinkan untuk membangun PLTA dengan genangan pada kolam harian berukuran kecil terdiri dari 24 hektar badan sungai yang sudah ada dan 66 hektar tambahan area yang akan menggenangi daerah yang sangat curam dan tidak terdapat pemukiman penduduk," ungkap Agus. Agus menambahkan, PLTA ini merupakan bagian dari pembangkit listrik masa depan berwawasan lingkungan yang dipersiapkan untuk menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. "Dunia saat ini tidak bisa terus bergantung pada pemanfaatan pembangkit berbahan baku energi fosil karena menimbulkan banyak kerusakan akibat persediaan bahan baku yang terbatas serta menghasilkan emisi gas karbon yang tinggi," ujar dia. Pembangunan PLTA Batangtoru dengan kapasitas 4×127,5 mW ini berlokasi di Sungai Batangtoru, Desa Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Target operasi (commercial operation date/COD) PLTA Batangtoru pada 2022 sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016. Secara teknis, proyek ini berupa peaker yakni hanya beroperasi saat terjadi beban puncak kebutuhan listrik.Konsumsi spesifik bahan bakar mencapai 0,24 liter per kWh dan tinggi jatuh air 276 meter.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PLTA Batangtoru Diklaim Ramah Lingkungan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/14/165159126/plta-batangtoru-diklaim-ramah-lingkungan.
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Palupi Annisa Auliani


0 komentar:

Posting Komentar