Nama : pipit Rahmania Khajati
NIM : 16.310.410.1134
Psikologi Lingkungan
JAKARTA, KOMPAS.com—Pembangkit
Listrik Tenaga Air ( PLTA) Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diklaim
ramah lingkungan. Terlebih lagi, pembangkit ini juga membutuhkan alam terjaga.
"Jika hutan rusak akan berpengaruh juga pada ketersediaan pasokan air
penggerak turbin (PLTA)," kata Manajer Humas PT North Sumatra Hydro Energi
(NSHE) yang merupakan pemilik PLTA Batangtoru, Agus Supriono, Senin (14/5/2018).
Agus pun menyatakan komitmen perusahaannya untuk memastikan kelestarian hutan
yang mengitari lokasi PLTA tersebut. "Kami tidak akan pernah mengorbankan
hutan apalagi hutan primer dan kawasan konservasi atau merusak keanekaragaman
hayati dalam pembangunan PLTA," ujar dia. PLTA Batangtoru dibangun di Area
Penggunaan Lain (APL) yang secara hukum bukan merupakan kawasan hutan. Menurut
dia, APL Batangtoru merupakan kawasan yang dialokasikan pemerintah Provinsi
Sumatera Utara dan telah mendapatan persetujuan Kementerian Lingkungan Hidup
dan kehutanan (KLHK) untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. "Kami
sangat memahami hutan merupakan bagian penting untuk menjaga suhu bumi agar
tidak naik," tegas Agus. PLTA Batangtoru juga mencanangkan program penanaman
bibit pohon dan sosialisasi mengenai pentingnya lingkungan kepada masyarakat,
selain mengimplementasikan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan PLTA.
Adapun teknologi ramah lingkungan tersebut dikenal nama Run of River
Hydropower. Secara sederhana, prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran air
sungai tanpa perlu membangun bendungan yang menimbulkan daerah genangan luas.
Penggunaan pipa pesat (penstock) menjadi bagian penting untuk mengalirkan
energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan air
jatuh sebelumnya dialirkan menuju turbin. "Dengan teknologi yang terus
berkembang saat ini dimungkinkan untuk membangun PLTA dengan genangan pada
kolam harian berukuran kecil terdiri dari 24 hektar badan sungai yang sudah ada
dan 66 hektar tambahan area yang akan menggenangi daerah yang sangat curam dan
tidak terdapat pemukiman penduduk," ungkap Agus. Agus menambahkan, PLTA
ini merupakan bagian dari pembangkit listrik masa depan berwawasan lingkungan
yang dipersiapkan untuk menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil,
seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. "Dunia saat ini tidak bisa
terus bergantung pada pemanfaatan pembangkit berbahan baku energi fosil karena
menimbulkan banyak kerusakan akibat persediaan bahan baku yang terbatas serta
menghasilkan emisi gas karbon yang tinggi," ujar dia. Pembangunan PLTA
Batangtoru dengan kapasitas 4×127,5 mW ini berlokasi di Sungai Batangtoru, Desa
Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Target operasi
(commercial operation date/COD) PLTA Batangtoru pada 2022 sesuai Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016. Secara teknis, proyek ini berupa peaker
yakni hanya beroperasi saat terjadi beban puncak kebutuhan listrik.Konsumsi
spesifik bahan bakar mencapai 0,24 liter per kWh dan tinggi jatuh air 276
meter.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PLTA Batangtoru Diklaim Ramah Lingkungan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/14/165159126/plta-batangtoru-diklaim-ramah-lingkungan.
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Palupi Annisa Auliani
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PLTA Batangtoru Diklaim Ramah Lingkungan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/14/165159126/plta-batangtoru-diklaim-ramah-lingkungan.
Penulis : Akhdi Martin Pratama
Editor : Palupi Annisa Auliani
0 komentar:
Posting Komentar