24.3.18

JUDUL ARTIKEL KETIGA: GANGGUAN DISOSIATIF (DISSOCIATIVE DISORDERS)



JUDUL ARTIKEL KETIGA: GANGGUAN DISOSIATIF    
 (DISSOCIATIVE DISORDERS)



 I R W A N T O
 NIM. 16.310.410.1125)

Dosen Pembimbing. Wahyu Widiantoro, S.Psi, MA.

MATA KULIAH: PSIKOLOGI ABNORMAL

Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Gangguan Identitas Disosiatif yaitu seseorang yang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda atau lebih dikenal dengan Kepribadian Ganda. selain itu jenis yang lain seperti Amnesia Psikogenik atau Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum, dan fugue Disosiatif baru kemudian dilanjutkan dengan Gangguan depersonalisasi. Baiklah langsung saja ini dia makalah selengkapnya. Gangguan disosiatif adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran.Gangguan disosiatif merupakan suatu mekanisme pertahanan alam bawah sadar yang membantu seseorang melindungi aspek emosional dirinya dari mengenali dampak utuh beberapa peristiwa traumatik atau peristiwa yang menakutkan dengan membiarkan pikirannya melupakan atau menjauhkan dirinya dari situasi atau memori yang menyakitkan. 

Disosiasi dapat terjadi baik selama maupun setelah suatu peristiwa. Seperti pada mekanisme koping atau mekanisme perlindungan lainnya, disosiasi menjadi lebih mudah jika dilakukan berulang-ulang.Gangguan identitas disosiatif biasanya disebut sebagai kepribadian ganda. (Videbeck, 2001). Gangguan Disosiatif memiliki gambaran esensial berupa gangguan pada fungsi yang biasanya terintegrasi mencakup kesadaran, memori, identitas, atau persepsi lingkungan. Hal ini sering menghambat kemampuan individu untuk melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari, mengganggu hubungan, dan menghambat kemampuan individu untuk melakukan koping terhadap realitas peristiwa yang traumatik. Identitas gangguan ini sangat bervariasi pada individu yang berbeda dan dapat muncul tiba-tiba atau bertahap, bersifat sementara atau kronis (Videbeck, 2001).
Gejala utama disosiatif adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal di bawah kendali kesadaran antara:
·       Ingatan masa lalu
·       Kesadaran identitas dan pengindraan segera (awareness of identity and immediate sensation) dan,
·       Kontrol terhadap gerakan tubuh

Gangguan Identitas Disosiatif Merupakan Suatu gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda atau kepribadian pengganti (alter). Terdapat beberapa variasi dari kepribadian ganda, seperti kepribadian tuan rumah atau utama mungkin tidak sadar akan identitas lainnya, sementara kepribadian lainnya sadar akan keberadaan si tuan rumah ada juga kepribadian yang berbeda benar-benar tidak sadar satu sama lain. Terkadang dua kepribadian bersaing untuk mendapatkan kontrol terhadap orang tersebut ada juga satu kepribadian dominan (Dorahy, 2001). Ada juga yang menyebutnya dengan gangguan kepribadian multipel. Seseorang memperlihatkan dua atau lebih identitas yang berbeda yang sering kali mengendalikan perilakunya. Gangguan ini disertai dengan ketidakmampuan untuk mengingat informasi personal yang penting (Videbeck, 2001).
Orang dengan kepribadian ganda seringkali sangat imajinatif pada masa kecilnya karena terbiasa dengan permainan “make-believe” (pura-pura atau bermain peran) mereka mungkin sudah mengadopsi identitas pengganti, terutama bila mereka belajar bagaimana menampilkan peran kepribadian ganda. Dalam kasus kepribadain ganda masih terdapat kontroversi, karena selama tahun 1920-1970 dilaporkan hanya sedikit kasus di seluruh dunia tentang kepribadian ganda.Sejumlah ahli percaya bahwa gangguan tersebut terlalu cepat didiagnosis pada orang-orang yang sangat mudah tersugesti yang bisa saja hanya mengikuti sugesti bahwa mereka mungkin memiliki gangguan tersebut (APA, 2000). 
Sejumlah pakar terkenal, seperti Psikolog Nicholas Spanos dan para psikolog lainnya telah menentang keberadaan gangguan identitas disosiatif. Bagi Spanos, kepribadian ganda bukanlah suatu gangguan tersendiri, namun suatu bentuk bermain peran dimana individu pertama-tama mulai menganggap diri mereka memiliki self ganda dan kemudian mulai bertindak dengan cara yang konsisten dengan konsepsi mereka mengenai gangguan tersebut. Pada akhirnya permainan peran mereka tertanam sangat dalam sehingga menjadi kenyataan bagi mereka.
Kepribadian ganda berbeda dengan skizofrenia. Dalam kepribadian ganda kepribadiannya seperti terbagi kedalam dua atau lebih kepribadian namun masing-masing biasanya menunjukkan fungsi yang lebih terintegrasi pada tingkat kognitif, afektif dan perilaku. Sedangkan skizofrenia adalah kelainan mental yang ditandai oleh gangguan proses berpikir dan respon emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi pendengaran, paranoid atau waham yang ganjil, atau cara berbicara dan berpikir yang kacau, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan (Dorahy, 2001).
Identitas disosiatif merupakan kemunculan dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Kejelasan atau ketidakjelasan dari kepribadian ini bagaimanapun bervariasi dari fungsi motivasi psikologis, level stress sekarang, budaya, konflik internal dan dinamic, serta naik turunnya emosi. Penekanan periode-periode dari gangguan identitas mungkin terjadi ketika tekanan psikososial parah dan/atau berkepanjangan. 
Dalam beberapa kasus “possession-form” dari gangguan identitas disosiatif,  dan dalam proporsi kasus “non-possession-form” yang kecil, perwujudan dari identitas alter akan sangat jelas. Kebanyakan individu dengan gangguan identitas disosiatif “non-possession-form”, tidak sejara jelas menunjukkan ketidaksinambungan  identitas diri dalam periode waktu yang lama; hanya sedikit bagian menujukkan pada perhatian klinis dengan identitas alternatif yang terobservasi (Dorahy, 2001).
Gejala-gejala yang berhubungan dengan diskontinuitas pengalaman yang dapat berpengaruh pada berbagai aspek fungsi individu.  Individu dengan gangguan identitas disosiatif dapat menunjukkan perasaan yang tiba-tiba menjadi pengamat yang didepersonalisasi dari perkataan dan tindakan mereka, dimana mereka merasa tidak berdaya untuk menghentikannya (sense of self). Beberapa individu juga menunjukkan persepsi suara (contoh: suara anak; tangisan ; dan suara roh). 
Pada beberapa kasus, suara-suara tersebut terasa banyak, membingungkan, pikiran bebas mengalir melalui individu yang tidak terkontrol.Emosi yang kuat, impuls, dan perkataan atau tindakan lain tiba-tiba muncul tanpa rasa kepemilikan diri atau tanpa kontrol.Emosi-emosi dan impuls ini seringkali ditunjukkan sebagai ego yang tidak kuat dan membingungkan.Sikap, penampilan dan kesukaan pribadi (makanan, aktivitas, pakaian) dapat berubah secara tiba-tiba dan berubah lagi.Individu juga merasa tubuhnya berbeda (seperti tubuh anak-anak, jenis kelampin berbeda, besar dan berotot). 
Perubahan dalam perasan diri sendiri dan kehilangan agen personal dapat diikuti rasa bahwa sikap, emosi, dan perilaku – dalam satu tubuh – bukan milik sendiri dan bukan dalam kontrol diri.Kebanyakan dari diskontinuitas yang tiba-tiba dalam berbicara, pengaruh, dan perilaku dapat diamati oleh keluarga, teman, dan terapis.Serangan non-epilepsi dan gejala konversi lainnya menonjol dalam beberapa penjelasan dari identitas disosiatif, khususnya dalam setting non-Barat (Hibbert, dkk. 2009).
Individu yang memiliki gangguan identitas disosiatif berbeda dalam kesadaran diri dan sikap terhadap amnesia.Hal ini umum pada individu tersebut untuk memperkecil gejala amnesia mereka. Beberapa perilaku amnesia dapat menjadi nyata pada lainnya – seperti ketika orang-orang tidak mengingat kembali sesuatu yang mereka sadari dalam berbuat atau berkata, ketika mereka tidak bisa mengingat nama mereka, atau ketika mereka tidak mengenal pasangan, anak, atau teman dekatnya (Tomb, 2004). Identitas “possession-form” dalam identitas disosiatif nyata sebagai perilaku yang muncul seperti ada “spirit”, kekuatan supernatural, atau ada orang lain di luar yang mengontrol. Contohnya, perilaku individu dapat memunculkan bahwa identitas mereka telah digantikan dengan “hantu” dari perempuan yang bunuh diri dalam komunitas mereka beberapa tahun yang lalu, berbicara dan berperilaku seakan-akan perempuan itu masih hidup. Atau, individu diambil alih oleh iblis, sebagai tuntutan dari individu untuk mendapatkan hukuman atas perilaku yang telah dia lakukan di masa lalu. 
Bagaimanapun, bagian utama dari keadaan kepemilikan di dunia ini normal, biasanya bagian dari spiritual dan tidak termasuk dalam gangguan identitas disosiatif.Identitas yang meningkat selama gangguan disosiatif disorder “possession-form” muncul berulang tidak diinginkan dan terpaksa yang menyebabkan distress atau kerusakan klinis yang signifikasn dan tidak dapat diterima oleh budaya atau agama secara luas (Dorahy, 2001).
Amnesia disosiatif dipercaya sebagai tipe yang paling umum dari gangguan disosiatif.Kehilangan memori karena penyebab psikologik disebut amnesia disosiatif.Amnesia diambil dari kata Yunani a-, berarti “tanpa” dan mnasthai, berarti “untuk mengingat”.Mengingat kembali dalam amnesia psikogenik dapat terjadi secara bertahap tapi sering muncul secara tiba-tiba atau spontan (Maldonado, Butler, dan Speigel, 1998). 
Biasanya, terdapat kehilangan informasi bermuatan emosi yang anterograd secara tiba-tiba setelah suatu stres fisik atau psikososial. Gangguan ini lebih banyak dijumpai oada wanita usia remaja atau usia 20-27, atau laki-lakii pada waktu perang. Pada saat serangan, pasien tampak sangat bingung, tetapi dapat pulih secara cepat, spontan, dan menyeluruh.Pada sebagian kasus, amnesia terjadi sebagian atau menyeluruh, dialami selama beberapa bulan atau tahun pada saat-saat akhir hidup mereka.Hipnosis dapat membantu untuk mengembalikan memorinya (Tomb, 2004).
Terdapat jenis-jenis dalam kerusakan ingatan yang diantaranya ialah ketidak mampuan untuk mengingat semua insiden yang berhubungan dengan suatu kejadian traumatik untuk suatu periode waktu spesifik setelah kejadian tersebut (biasanya beberapa jam sampai beberapa hari) yang disebut dengan Amnesia lokal (Townsend, 1998).Sedangkan amnesia selektif, biasanya Beberapa individu dapat mengingat beberapa, namun tidak semua, peristiwa-peristiwa dalam periode waktu terbatas. Jadi, individu dapat mengingat bagian dari peristiwa traumatik yang pernah terjadi, tetapi tidak pada bagian lain. Beberapa individu melaporkan, dirinya menderita baik amnesia terlokalisasi dan amnesia selektif. Dengan kata lain yang dapat diingat hanyalah kejadian pasti yang berhubungan dengan kejadian traumatik (Townsend, 1998).

Berbeda dengan amnesia selektif dan amnesia lokal, Amnesia menyeluruh  penghilangan memori keseluruhan dari sejarah kehidupan seseorang, dan hal tersebut jarang. Individu dengan amnesia keseluruhan dapat melupakan identitas pribadi.Beberapa kehilangan pengetahuan sebelumnya tentang dunia (pengetahuan semantik) dan tidak dapat melakukan keahlian-keahlian yang telah dipelajari (pengetahuan prosedural). Amnesia menyeluruh mempunyai onset akut; membingungkan, disorientasi, dan pengeluyuran yang tidak bertujuan dari individu dengan amnesia menyeluruh biasanya membawa mereka pada perhatian polisi atau pelayan psikiater darurat. Amnesia menyeluruh dapat menjadi lebih umum di antara korban kekerasan seksual dan individu yang memiliki pengalaman stress emosional yang ekstrim atau konflik (Townsend, 1998).
Dan yang terakhir ialah amnesia kontinu yakni ketidakmampuan mengingat kejadian-kejadian berikutnya sampai suatu waktu yang spesifik dan termasuk kejadian-kejadian saat ini.Memorinya tidak kembali setelah suatu periode waktu yang pendek, seperti pada amnesia lokal.Individu tersebut benar-benar tidak mampu membentuk memori baru (Townsend, 1998). Individu dengan amnesia disosiatif seringkali tidak menyadari (atau hanya sebagian sadar) permasalahan memori mereka.Kebanyakan, terkhusus mereka yang mengalami amnesia terlokalisasi, meminimalisir kepentingan dari kehilangan memori mereka dan dapat menjadi tidak nyaman ketika diarahkan untuk mengingat memori tersebut. Dalam amnesia tersistematis, individu kehilangan memori untuk kategori informasi yang spesifik (semua ingatan tentang keluarga, orang penting, pelecehan seksual masa kecil).Dalam amnesia berkesinambungan, individu melupakan tiap peristiwa yang terjadi (Townsend, 1998).
Pengertian gangguan fugue disosiatif atau fuga Psikogenik yaitu Fugue berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue sama dengan amnesia ”dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif memori yang hilang lebih luas dari pada amnesia dissosiative, individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama, keluarga atau pekerjaanya), mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan pekerjaanya serta memiliki identitas yang baru (parsial atau total) (APA, 1994). Namun mereka mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan yang baru. 
Fugue, seperti amnesia, relatif jarang dan diyakini mempengaruhi sekitar 2 orang di 1.000 di antara populasi umum (APA, 1994). Setelah pulih, tidak ada ingatan sama sekali terhadap kejadian-kejadian yang terjadi selama fuga (fugue). Prosesnya secara singkat-beberapa jam sampai beberapa hari dan jarang sampai beberapa bulan. Kekambuhan jarang terjadi (Townsend, 1998). Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik yang berat, misalnya pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau bencana alam. Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif
Perkembangan Klinis amnesia disosiatif: 
  • Hilangnya daya ingat (sebagian / seluruh), biasanya mengenai kejadian-kejadian penting (stressful, traumatik) yang baru terjadi, tidak disebabkan gangguan mental organic, kelupaan, kelelahan, intoksikasi. 
  • Individu tiba-tiba menjadi tidak dapat mengingat kembali informasi personal yang penting (biasanya setelah mengalami beberapa peristiwa stressful). 
  • Selama periode amnesia, perilaku atau kemampuan individu mungkin tidak berubah, kecuali bahwa hilangnya memori menyebabkan beberapa disorientasi, tidak mengenali identitas (asal, teman, keluarga, dll) 
  • Hilangnya memori 
  • Bisa hanya untuk peristiwa tertentu atau seluruh peristiwa kehidupan 
  • Biasanya berlangsung dalam periode waktu tertentu, bisa beberapa jam sampai dengan beberapa tahun 
  • Memori biasanya kembali muncul secara tiba-tiba juga, lengkap seperti sebelumnya (hanya sedikit kemungkinan untuk kambuh) 
  • Hilangnya memori tidak sama dengan yang disebabkan oleh kerusakan otak atau karena ketergantungan obat.
Fugue disosiatif adalah hilangnya memori yang disertai dengan meninggalkan rumah dan menciptakan identitas baru.Dalam fugue disosiatif, hilangnya memori lebih besar dibanding dalam amnesia disosiatif.Orang yang mengalami fugue disosiatif tidak hanya mengalami amnesia total, namun tiba-tiba meninggalkan rumah dan beraktivitas dengan menggunakan identitas baru.
Perkembangan klinis Fugue Disosiatif: 
  • Gangguan di mana individu melupakan informasi personal yang penting dan membentuk identitas baru, juga pindah ke tempat baru. 
  • Individu tidak hanya mengalami amnesia secara total, namun juga tiba-tiba pindah (melarikan diri) dari rumah dan pekerjaan, serta membentuk identitas baru. 
  • Biasanya terjadi setelah seseorang mengalami beberapa stress yang berat (konflik dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, penderitaan karena bencana alam). 
  • Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan bahkan karakteristik personality yang baru. Di kehidupan yang baru, individu bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa lalu. 
  • Recovery biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama fugue.
Gangguan depersonalisasi adalah suatu kondisi dimana persepsi atau pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah.Dalam episode depersonalisasi, yang umumnya dipicu oleh stres, individu secara mendadak kehilangan rasa diri mereka.Para penderita gangguan ini mengalami pengalaman sensori yang tidak biasa, misalnya ukuran tangan dan kaki mereka berubah secara drastis, atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri.Penderita juga merasa berada di luar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan, terkadang mereka merasa seperti robot, atau mereka seolah bergerak di dunia nyata.
Perkembangan klinis gangguan Dipersonalisasi: 
  • Gangguan di mana adanya perubahan dalam persepsi atau pengalaman individu mengenai dirinya. 
  • Individu merasa “tidak riil” dan merasa asing terhadap diri dan sekelilingnya, cukup mengganggu fungsi dirinya. 
  • Memori tidak berubah, tapi individu kehilangan sense of self. 
  • Gangguan ini menyebabkan stress dan menimbulkan hambatan dalam berbagai fungsi kehidupan. 
  • Biasanya terjadi setelah mengalami stress berat, seperti kecelakaan atau situasi yang berbahaya. 
  • Biasanya berawal pada masa remaja dan perjalanannya bersifat kronis (dalam waktu yang lama).
Gangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu sama lain bertindak bebas. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda.
Perkembangan Gangguan Indentitas Disosiatif: 
  • Individu memiliki setidaknya dua kepribadian yang berbeda (adanya perbedaan dalam keberadaan, feeling, perilaku), bahkan ada yang bertolak belakang. 
  • Adanya dua atau lebih kepribadian yang terpisah dan berbeda pada seseorang. Setiap kepribadian memiliki pola perilaku, hubungan dan memori masing-masing. 
  • Kepribadian yang asli dan pecahannya kadang dapat menyadari adanya periode waktu yang hilang, adanya kepribadian yang lain. Suara dari kepribadian yang lain sering bergema, masuk ke kesadaran mereka tapi tidak diketahui milik siapa. 
  • Gap dalam memori mungkin terjadi jika suatu kepribadian tidak berkaitan dengan kepribadian yang lain. 
  • Keberadaan pribadi-pribadiyang berbeda menyebabkan gangguan dalam kehidupan seseorang dan tidak dapat disembuhkan seketika oleh obat-obatan. 
  • Biasanya muncul di awal masa kanak-kanak (adanya trauma berat di masa kanak-kanak), namun jarang didiagnosis sampai masa remaja. Lebih berat dari bentuk gangguan disosiatif lainnya 
  • Wanita > pria
Secara singkat kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan identitas disosiatif ialah:
a.  Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas
b.  Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang
c.   Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.
ETIOLOGI, Istilah gangguan disosiatif merujuk pada mekanisme, dissosiasi, yang diduga menjadi penyebabnya.Pemikiran dasarnya adalah kesadaran biasanya merupakan kesatuan pengalaman, termasuk kognisi, emosi dan motivasi. Namun dalam kondisi stres, memori trauma dapat disimpan dengan suatu cara sehingga di kemudian hari tidak dapat diakses oleh kesadaran seiring dengan kembali normalnya kondisi orang yang bersangkutan, sehingga kemungkinan akibatnya adalah amnesia atau fugue. Pandangan behavioral mengenai gangguan disosiatif agak mirip dengan berbagai spekulasi awal tersebut. Secara umum para teoris behavioral menganggap dissosiasi sebagai respon penuh stres dan ingatan akan kejadian tersebut.
Etiologi GID. Terdapat dua teori besar mengenai GID.Salah satu teori berasumsi bahwa GID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh penyiksaan secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut mengakibatkan dissosiasi dan terbentuknya berbagai kepribadian lain sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma (Gleaves, 1996).
Teori lain beranggapan bahwa GID merupakan pelaksanaan peran sosial yang dipelajari. Berbagai kepribadian yang muncul pada masa dewasa umumnya karena berbagai sugesti yang diberikan terapis (Lilienfel dkk, 1999; Spanos, 1994).Dalam teori ini GID tidak dianggap sebagai penyimpangan kesadaran; masalahnya tidak terletak pada apakah GID benar-benar dialami atau tidak, namun bagaimana GID terjadi dan menetap.
SINDROM DISOSIATIF YANG TERKAIT DENGAN BUDAYA, Ada kesamaan antara konsep barat akan gangguan disosiatif dengn sindrom – sindrom tertentu yang terkait dengan budaya yang di temukan di lain dunia. Contohnya, zar-Istilah yang di gunakan negara – Negara Afrika Utara dan Timur Tengah menggambarkan penguasaan roh – roh dalam diri orang yang mengalami tahap disosiatif.Saat tahap ini terjadi individu terlibat dalam perilaku yang tidak biasa, mulai dari berteriak – teriak hingga membenturkan kepalanya ke dinding.Perilaku ini di sebut abnormal.Karena di percaya bahwa hal tersebut di control oleh roh – roh.
PANDANGAN-PANDANGAN TEORITIS, Gangguan disosiatif merupakan fenomena yang sangat mengagumkan dan menarik. Bagaimana perasaan seseorang akan identitas dirinya bias menjadi sangat terdistorsi hingga orang tersebut membangun kepribadian ganda, kehilangan banyak potongan dari ingatan pribadi, atau membentuk sebuah identitas baru.
Pandangan Psikodinamika
Amnesia disosiatif dapat menjadi suatu fungsi adaptif dengan cara memutus atau mendisosiasi alam sadar seseorang dari kesadAran akan pengalaman yang traumatis. Gangguan disosiatif melibatkan pengguna represi srcara besar – besaran yang menghasilkan terpisahnya impuls yang tidak dapat diterima dan ingatan yang menyakitkan dari ingatan seseorang.Dalam amnesia dan fugue disosiatif, ego melindungi dirinya sendiri dari kebanjiran kecemasan dengan mengeluarkan ingatan yang menggangu atau dengan mendisosiasi impuls menakutkan yang bersifat bIseksual atau agresif.Pada kepribadian ganda, orang mungkin mengekspresikan impuls – impuls yang tidak dapt di terima ini melalui pengembangan kepribadian pengganti. Pada depersonalisasi orang berada di luar dirinya sendiri aman dengan cara menjauhi dari pertarungan emosional di dalam dirinya.
Pandangan Kognitif & Budaya
Teoritikus belajar dan kognitif memandang disosiasi sebagai suatu respons yang dipelajari, meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang menggangu dalam rangka menghindari rasa bersalah dan malu yang di timbulkan pleh pengalaman. Kebiasaan tidak berpikir tentang masalah– masalah tersebut secara negative dikuatkan dengan adanya perasaan terbebas dari kecemasan atau dengan memindahkan perasaan bersalah atau malu. 
Disfungsi Otak
Perbedaan dari aktivitas metabolisme otak antara orang dengan gangguan depersonalisasi dan subjek yang sehat.Penemuan ini yang menekankan pada kemungkinan adanya disfungsi di bagian otak yang terlibat dalam persepsi tubuh, dapat membantu menjelaskan perasaan terpisah dari tubuh yang di asosiasikan dengan depersonalisasi.
TERAPI
Gangguan disosiatif menunjukkan, mungkin lebih baik dibanding semua gangguan lain, kemungkinan relevansi teori psikoanalisis.Dalam tiga gangguan disosiatif, amnesia, fugue dan GID, para penderita menunjukkan perilaku yang secara sangat meyakinkan menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mengakses berbagai bagian kehidupan pada masa lalu yang terlupakan.Oleh sebab itu, terdapat hipotesis bahwa ada bagian besar dalam kehidupan mereka yang direpres.
Terapi psikoanalisis lebih banyak dipilih untuk gangguan disosiatif dibanding masalah-masalah psikologis lain. Tujuan untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari, dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar. Terapi GID. Hipnotis umum digunakan dalam penanganan GID. Secara umum, pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan dialami oleh pasien. Umumnya seseorang dihipnotis dan didorong agar mengembalikan pikiran mereka kembali ke peristiwa masa kecil. Harapannya adalah dengan mengakses kenangan traumatik tersebut akan memungkinkan orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari masa kecilnya saat ini sudah tidak ada dan bahwa kehidupannya yang sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian masa lalu tersebut.
Terdapat beberapa prinsip yang disepakati secara luas dalam penganganan GID, terlepas dari orientasi klinis (Bower dkk, 1971; Cady, 1985; Kluft, 1985, 1999; Ross, 1989).Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian. Setiap kepribadian harus dibantu untuk memahami bahwa ia adalah bagian dari satu orang dan kepribadian- kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
Terapis harus menggunakan nama setiap kepribadian hanya untuk kenyaman, bukan sebagai cara untuk menegaskan eksistensi kepribadian yang terpisah dan otonom. Seluruh kepribadian harus diperlakukan secara adil.Terapis harus mendorong empati dan kerjasama diantara berbagai kepribadian.Diperlukan kelembutan dan dukungan berkaitan dengan trauma masa kanak-kanak yang mungkin telah memicu munculnya berbagai kepribadian. Tujuan setiap pendekatan terhadap GID haruslah untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa kepribadian yang berbeda tidak lagi diperlukan untuk menghadapi berbagai trauma, baik trauma di masa lalu yang memicu disosiasi awal, trauma di masa sekarang atau trauma di masa yang akan datang.
Pada Gangguan disosiatif, kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari kehari atau bahkan jam ke jam. Gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif, meliputi:
·       Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang
·       Masalah gangguan mental, meliputi depresi dan kecemasan
·       Persepsi terhadap orang dan benda di sekitarnya tidak nyata (derealisasi)
·       Identitas yang buram
·       Depersonalisasi
     
PENYEBAB, Gangguan Disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan organik yang dialami.Gangguan ini terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif. Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa: (a) Kepribadian yang Labil, (b) Pelecehan seksual, (c) Pelecehan fisik, (d) Kekerasan rumah tangga (ayah dan ibu cerai) dan (e) Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan.
Identitas personal terbentuk selama masa kecil, dan selama itupun, anak-anak lebih mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma walaupun itu terjadi pada orang lain. Ada beberapa penggolongan dalam gangguan disosiatif, antara lain adalah amnesia disosiatif, fugue disosiatif, gangguan depersonalisasi, dan gangguan identitas disosiatif.
Sindrom Koro dan Sindrom Dhat, Sindrom koro itu adalah gangguan somatoform yang terkait budaya, ditemukan terutama di Cina, dimana orang takut bahwa alat genital mereka akan mengerut. Sindrom koro cenderung hanya muncul sebentar dan melibatkan episode kecemasan takur bahwa alat genitalnya akan mengerut. Tanda-tanda fisiologis kecemasan yang medekati proposi panic umu terjadi, mencakup keringat yang berlebihan , tidak dapat bernafas, dan jantung berdebar-debar.
Sindrom dhat adalah gangguan somatoform yang terkait budaya, ditemukan terutama di antara pria Asia India, yang ditandai oleh ketakutan yang berlebih akan kehilangan air mani. Pria dengan sindrom ini juga percaya bahwa air mani bercampur dengan urine dan dikeluarkan saat buang air kecil. Ada keyakinan yang tertersebar luas dalam budaya India yaitu bahwwa hilangnya air mani merupakan sesuatu yang berbahaya karena mengurangi energi mental dan fisik tubuh. Gejala gejala yang timbul dari orang dengan gangguan disosiatif menunjukkan sikap yang cukup mencolok di antara kelompok sosialnya. Berikut ini gejala gejala yan gmungkin muncul:
  1. Depersonalisasi dan derealisasi
Penderita merasa kesulitan membedakan mana yang nyata dan tidak nyata.Penderita selalu memiliki perasaan tidak nyata dan merasa terpisah dari dirinya sendiri baik secara fisik maupun psikis atau mental. Penderita merasa tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan pikiran sendiris ehingga terasa seperti menjadi orang lain yang hanya bisa menonton dirinya sendiri. Penderita merasa tidak menguasai tubuhnya dan pikirannya sendiri sehingga adanya pertentangan dalam diri dan bingung siapa yang asli.Penderita bisa juga menganggap dirinya tidak nyata apabila kepribadian lainnya cenderung sering muncul dan lebih dominan karena faktor pemicu.
  1. Distorsi waktu, amnesia, dan penyimpangan waktu
Penderita mengalami kehilangan waktu dan ketika kembali dalam kesadarannya mereka menemukan sesuatu yang tidak diketahui, ataupun tersadar di suatu tempat yang tidak diketahui karena mereka tidak sadar pergi ke tempat terebut.Hal ini terjadi karena perubahan kepribadian terjadi secara tiba- tiba dan ketika kepribadian tertentu mengambil alih, maka pikiran, tindakan, pandangan, persepsi juga merupakan miliki kepribadian tersebut.Seperti layaknya dua orang atau lebih yang sedang berada di dalam satu tubuh. Ketika kepribadian satu melakukan sesuatu, kepribadian lain tidak bisa mengontrol.
  1. Sakit kepala berlanjutan
Penderita biasanya mengalami sakit kepala yang sering dan juga mendengar banyak suara di keplanya hampir seperti gangguan halusinasi pada skizofrenia.Banyak pikiran yang melintas dan dengan bermacam macam tipe sesuai kepribadian yang terbentuk. Ketika pikiran pikiran dari kepribadian lain terbersit, maka bisa menyebabkan pusing dan bingung pada penderita.
  1. Keinginan bunuh diri
Benntuk kepribadian yang buruk biasanya memiliki sifat buruk yang cenderung merugikan orang lain. Kepribadian ini bisa muncul karena keinginan penderita untuk menjadi lebih kuat dan kokoh agar tidak tidak dapat disakiti.Namun kepribadian yang dibentuk ini menjadi lebih kuat dan mampu mengendalikan tubuh penderita untuk melakukan hal- hal buruk.Beberapa pikiran dari kepribadian yang buruk bahkan mendorong penderita untuk melakukan bunuh diri.Pada kepribadian yang terbentuk dari perasaan takut menunjukkan dirinya sangat lemah dan putus asa seolah tidak bisa menjalani hidup lagi.Maka keinginan untuk bunuh diri bisa benar- benar dilakukan oleh kepribadian ini.
ads
  1. Fluktuasi tingkat kemampuan dan gambaran diri
Berubah ubahnya kepribadian yang muncul atau bertukar. Pemicu tertentu bisa merubah kepribadian yang lain muncul tiba tiba. Ketika kepribadian satu muncul, maka kepribadian lain menghilang begitu juga sebaliknya. Gambaran diri seseorang juga tergantung kepribadian mana yang muncul. Gambaran diri sepenuhnya mencerminkan bentuk kepribadian yang sedang muncul saat itu.gambaran diri yang berubah ubah memungkinkan orang disekitarnya bingung atau justru menyangka penderita sebagai orang aneh. maka dari itu orang dengan bentuk kepribadian ini sulit sekali diterima di lingkungan sosial dan butuh adanya dukungan.


  1. Perilaku menyimpang: menyakiti diri sendiri atau orang lain
Kepribadian yang cenderung negatif mampu menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Dari sekian banyak kepribadian yang dimiliki, salah satunya merupakan kumpulan dari perasaan atau pengalaman buruk yang membentuk kepribadian buruk yang lebih kuat.Apabila penderita di paparkan pada situasi yang tidak menyenangkan, kepribadian ini bisa mengambil alih dan membalas.Misalnya ada teman yang mengejek, penderita tidak menyukainya.Apabila kepribadian yang muncul setelah pemicu tersebut adalah kepribadian buruk, bisa saja penderita memiliki perilaku kasar. Namun apabila kepribadian yang muncul adalah yang sebaliknya, maka perilaku penderita akan mengurung diri atau menyakiti dirinya sendiri.
  1. Kecemasan berlebihan dan depresi
Individu umumnya merasa cemas yang berlebihan karena penderita terus merasa bingung dalam menjalani aktivitas hariannya.Penderita merasa ingat sebagian aktivitasnya namun juga tidak mampu mengingat sebagian lagi aktivitasnya.Kecemasan juga muncul ketika penderita merasa tidak melakukan sesuatu hal atas namanya, namun hal tersebut memberikan dampak tertentu pada dirinya.
  1. Perubahan mood
Mood penderita bisa berubah ubah sesuai dengan kepribadian mana yang sedang berkuasa.Misalnya lebih mudah parah, panik, menjadi sensitif, menarik diri, atupun lainnya.Mood lebih cepat berubah dengan paparan pemicu tertentu diiringi perubahan kepribadian.
  1. Gangguan ingatan/ memori
Ketika kepribadian satu yang sedang aktif dan melakukan aktivitas, maka kepribadian dua menghilang begitu sebaliknya. Kepribadian satu tidak tahu apa yang dilakukan kepribadian dua sehingga tidak dalam kurun waktu dimana kepribadian satu tidak aktif dia tidak akan ingat apapun. Penderita merasaseperti kehilangan sebagian ingatannya.Aktivitas penderita menjadi terganggu karena tidak ada koordinasi dalam dirinya sendiri.
Terapi atau penanganan untuk mengatasi gangguan disosiatif ini bisa berlangsung secar kontinu karena tidak mudah untuk dihilangkan.Beberapa jenis terapi disarankan dan dilakukan oleh ahli.
1.  Psikoterapi
Psikoterapi bisa berlangsung selama tiga atau tujuh tahun dengan tujuan menyatukan beberapa kepribadian sehingga menjadi satu yang utuh.Tahapan yang dilakukan biasanya dengan menelusuri penyebab inti trauma di masa allu, kemudian mengatasi trauma dan membantu individu menemukan kepribadiannya yang sebenarnya, kemudian menyatukannya.
2.  Terapi keluraga
Terapi ini dilakukan dengan mengedukasi keluarga terhadap gangguan yang dialami penderita.Keluarga kemudian dilatih untuk mengamati tanda tanda perubahan kepribadian dan juga gejala yang muncul.Keluarga diberikan edukasi untuk memberikan dukungan pada penderita agar apapun bentuk kepribadian yan gmuncul, tidak bersikap menyimpang.Bentuk dukungan seperti ini sangat dibutuhkan untuk penderita dalam membentuk kepribadian aslinya kembali. Terapi keluarga memberikan pemahaman lebih pada keluarga bagaimana cara merawat dan memberi dukungan pada anggota keluarga yang memiliki kepribadian ganda.
3.  Pengobatan
Pengobatan khusus untuk menghilangkkan gangguan disosiatif mungkin tidak ada, namun beberapa pengobatan efektif untuk menekan munculnya kecemasan berlebihan, depresi, sebagai gejala dari gangguan disosiatif.Obat obtan hanya menekan timbulnya gejala namun tidak menyembuhkan. Penjelasan mengenai gangguan disosiatif diatas memberikan banyak pengetahuan mengenai penyebab, gejala dan cara mengatasinya. Perubahan kepribadian bisa muncul kapan saja akibat trigger atau pemicu tertentu. Apabila dukungan dari orang orang terdekat tetap diberikan secara penuh, maka bentuk kepribadian yang negatif akan bisa ditekan dan bentuk kepribadian asli bisa didorong untuk muncul lebih dominan. Sehingga penderita mampu menguasai dirinya lebih sering dan mampu mempertahankannya.
Dengan begitu, bentuk kepribadian negatif akan terlupakan dan jarang muncul. Keluarga juga perlu lebih peka melihat gejala gejala yang ada dalam perubahan masing masing kepribadian terebut. Maka kepribadian dalam gangguan disosiatif dapat disatukan.

Seorang priaber umur 27 tahun di bawa ke unit gawat darurat rumah sakit setelah ditemukan seorang polisi berbaring di tengah perempatan jalan yang ramai. Dia mengatakan bahwa dia ingin mati dan merasa sangat tertekan. Dia tidak ingat kejadian apa pun yang dialami sebelumnya. Dia tidak tahu namanya dan riwayat hidupnya.
     Beberapa tes neurologis dilakukan dan tidak ditemukan abnormalitas apa pun. Setelah enam hari dirawat di rumah sakit, mulai dilakukan hipnosis. Selama tiga sesi pertama hipnosis, rincian tentang kehidupan masa lalu pasien terbuka, namun nama dan kejadian yang membawanya kerumah sakit belum terungkap. Dalam sesi keempat dan kelima, rincian lain tentang kehidupannya terbuka. Pria tersebut datang ke kota itu dan sedang mencari pekerjaan. Dua orang pria melihat kotak peralatannya, mendekatinya dan bertanya apakah ia ingin mencari pekerjaan. Ketiganya kemudian pergi mengendarai truk terbuka, dan setelah mengisap beberapa rokok mari juana, pasien tersebut dipaksa, di bawah ancaman pistol, berhubungan seks dengan kedua pria tersebut.
LandasanTeori
     Seseorang yang tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, yang biasanya terjadi ketika ada kejadian yang sangat menekan, disebut sebagai amnesia disosiatif. Informasi-informasi tersebut sebenarnya tidak hilang secara permanen, namun tidak dapat diingat kembali saat episode amnesia. Gejala yang biasanya muncul selain hilangnya memori adalah seseorang menjadi terlihat bingung dan tidak tahu apa yang ia akukan. Kebanyakan orang menjadi depresi dan sangat menderita karena amnesia mereka.
Sering kali memori yang hilang mencakup semua peristiwa selama kurun waktu tertentu setelah kejadian traumatik. Hilangnya memori dapat menyebabkan seseorang menjadi disorientasi dan bepergian tanpa tujuan. Pada amnesia total, pasien tidak mengenali keluarga dan teman-temannya, namun tetap memiliki kemampuan membaca, berbicara, dan pengetahuan tentang dunia yang sudah didapat sebelumnya. Amnesia dapat terjadi selama beberapa jam atau beberapa tahun.
Episode amnesik biasanya hilang secara mendadak sebagaimana terjadinya, dengan kepulihan total dan kecil kemungkinannya untuk kembali terjadi. Hilangnya memori juga merupakan halumum dalam banyak gangguan otak, juga dalam penyalahgunaan zat, namun amnesia dan hilangnya memori yang disebabkan oleh penyakit otak dan penyalahgunaan zat dapat dibedakan dengan cukup mudah. Pada gangguan otak degeneratif memori menghilang perlahan-lahan, tidak terkait dengan stres, dan disertai dengan defisit kognitif lain. Hilangnya memori yang terjadi karena cedera otak (trauma) atau penyalahgunaan zat dapat dengan mudah dikaitkan dengan trauma atau zat.
Analisa
     Pada contoh kasus di atas, pria tersebut tidak mengingat kejadian yang ia alami sebelumnya. Ia ditemukan dalam keadaan yang tidak wajar, sangat depresi, dan ingin bunuh diri. Ia juga tidak tahu siapa dirinya, di mana ia tinggal, bahkan riwayat hidupnya. Ia tidak mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cedera otak. Dapat dikatakan pria tersebut mengalami gangguan ingatan berupa amnesia disosiatif.
     Pria tersebut mengalami amnesia disosiatif yang dikarenakan pengalaman traumatis yang dialaminya. Pria yang baru datang ke kota untuk mencari pekerjaan di tempat yang asing baginya, dan bertemu dengan kedua pria yang akhirnya memaksa dirinya berhubungan seks dengan mereka. Hal ini dapat menjadi stressor bagi pria tersebut, sehingga secara mendadak dan seketika itu juga ingatannya menjadi hilang. Ingatan mengenai diri dan riwayatnya dapat tidak hilang secara permanen, namun dapat digali kembali dalam jangka waktu tertentu. Pasien penderita amnesia disosiatif hanya kehilangan memori mengenai dirinya, tetapi mereka masih memiliki kemampuan berbicara dan penalaran seperti pria tersebut.
     Dalam kasus di atas, pria yang mengalami amnesia disosiatif ini tidak dapat memberikan keterangan apa pun dalam waktu dekat. Dalam waktu beberapa hari ia menjalani perawatan dan hipnosis, sehingga perlahan-lahan ingatan mengenai masa lalunya, siapa dirinya, dan kejadian traumatis apa yang terjadi pada dirinya dapat diingat kembali. 

KESIMPULAN
Gangguan disasosiatif adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan individu tentang identitas, memori, atau kesadarannya. Individu yang mengalami gangguan ini memperoleh kesulitan dalam mengingat peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi pada dirinya, melupakan identitas dirinya bahkan membentuk identitas baru
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan tersebut mempunyai jenis dan tipe-tipe yang berbeda namun dapat di tangani atau di obati dengan terapi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa tahun. Amnesia Disosiatif. Diunduh pada 2017, September 27, dari http://medicastore.com/penyakit/3095/Amnesia_Disosiatif.html. Diposting 28th September 2017 olehJessica Chandra.

Davidson, Gerald, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Press.

Jeffrey S. Nevid, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kring, M. A., Johnson, S. L., Davison, G. C., & Neale, J. M. (2010). Abnormal Psychology (11th ed.). MA: Wiley Plus.
Nevid S. Jeffrey dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT.Gelora Aksara.

Tomb, David. A. 2000. Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC.
V. Mark Durank & Dvid H.Barlow. 2006. Psikologi Abnormal. Jilid 1 dan 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar