17.3.18

ARTIKEL KE-11: KRISIS LINGKUNGAN (BUTUH AKSI RADIKAL ANTISIPASI BENCANA)



ARTIKEL KE-11: KRISIS LINGKUNGAN
(BUTUH AKSI RADIKAL ANTISIPASI BENCANA)

  NAMA: I R W A N T O
 NIM. 16.310.410.1125)

Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

MATA KULIAH: PSIKOLOGI LINGKUNGAN


Peringatan belasan ribu ilmuwan dunia tentang merosotnya daya dukung lingkungan secara global perlu disikapi serius. Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan mayoritas penduduknya berada dipesisir berpeluang mengalami dampak signifikan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari solusi masalah ini. Peringatan ilmuwan dunia tentang terjadinya krisis ekologi global ini harus jadi perhatian serius. Apalagi dampaknya sebagian sudah hadir dan perlu respon segera, kata Widodo Pranowo, kepala laboratorium data laut dan pesisir kementerian kelautan dan perikanan, di Jakarta.
Untuk Indonesia, dampak yang harus diwaspadai ialah pemutihan terumbu karang. Tahun 2016 jadi kematian terumbu karang terburuk dalam sejarah Great Barrer Reef, Australia. Di Indonesia, itu terjadi di perairan selatan sampai Wakatobi. Selain itu, perubahan iklim global ini diduga memicu penurunan klorofil A, bagian dari fitoplankton, di perairan luar Indonesia, misalnya Samudra Hindia dan Laut Sulawesi. Penurunan klorofil A berdampak pada migrasi ikan-ikan besar menjauh dari zona tangkap nelayan. Widodo memaparkan, posisi kapal-kapal tuna yang umumnya ada di sekitar area Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia di selatan Jawa sebelumnya banyak beroperasi di lintang selatan 11-12. Dari tahun ke tahun, area operasi bergeser ke lintang selatan 15-20. Untuk agenda lokal dan nasional, yang harus dilakukan adalah mengatasi pencemaran ke perairan akibat ulah manusia. Perlu indeks Eutrofikasi pesisir untuk mengetahui tingkat pencemaran air.                
                  
Sumber: Kedaulatan Rakyat. Tanggal 19 Januari 2018. Krisis Lingkungan: Butuh aksi radikal antisipasi bencana. Halaman 8.





0 komentar:

Posting Komentar