ARTIKEL KE-11: KRISIS LINGKUNGAN
(BUTUH AKSI RADIKAL ANTISIPASI BENCANA)
NIM. 16.310.410.1125)
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
MATA
KULIAH: PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Peringatan belasan ribu ilmuwan dunia
tentang merosotnya daya dukung lingkungan secara global perlu disikapi serius.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan mayoritas penduduknya berada
dipesisir berpeluang mengalami dampak signifikan, tetapi juga bisa menjadi
bagian dari solusi masalah ini. Peringatan ilmuwan dunia tentang terjadinya
krisis ekologi global ini harus jadi perhatian serius. Apalagi dampaknya
sebagian sudah hadir dan perlu respon segera, kata Widodo Pranowo, kepala
laboratorium data laut dan pesisir kementerian kelautan dan perikanan, di
Jakarta.
Untuk Indonesia, dampak yang harus
diwaspadai ialah pemutihan terumbu karang. Tahun 2016 jadi kematian terumbu
karang terburuk dalam sejarah Great Barrer Reef, Australia. Di Indonesia, itu
terjadi di perairan selatan sampai Wakatobi. Selain itu, perubahan iklim global
ini diduga memicu penurunan klorofil A, bagian dari fitoplankton, di perairan
luar Indonesia, misalnya Samudra Hindia dan Laut Sulawesi. Penurunan klorofil A
berdampak pada migrasi ikan-ikan besar menjauh dari zona tangkap nelayan.
Widodo memaparkan, posisi kapal-kapal tuna yang umumnya ada di sekitar area
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia di selatan Jawa sebelumnya banyak beroperasi di
lintang selatan 11-12. Dari tahun ke tahun, area operasi bergeser ke lintang
selatan 15-20. Untuk agenda lokal dan nasional, yang harus dilakukan adalah
mengatasi pencemaran ke perairan akibat ulah manusia. Perlu indeks Eutrofikasi
pesisir untuk mengetahui tingkat pencemaran air.
Sumber: Kedaulatan Rakyat. Tanggal 19 Januari
2018. Krisis Lingkungan: Butuh aksi
radikal antisipasi bencana. Halaman 8.
0 komentar:
Posting Komentar