11.1.18

politik toleransi

Fatkhul aziz
16.310.1141
Fakultas psikologi
Universitas proklamasi 45 yogyakarta
POLITIK TOLERANSI



            Ahir – ahir ini kita sedang di hadapkan pada situasi yang cenderung destruktif bagi bangunan kebangsaan kita. Yaitu, penguatan identitas keagamaan yang di barengi dengan penebalan resistensi atas identitas keberagaman liyan yang berbeda.  Ini tentu pemungkiran atas pesan – pesan pendiri negara agar agama menjadi semacam kompas yang mengarahkan kita pada penguatan kebangsaan dan persatuan dalam kebinekaan.
            Bung karno menegaskan dalam pidato 1 juni 1945 : marilah kita semua bertuhan. Hendaklah negara indonesia ialah negara yang tiap orangnya dapat menyembah tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan  secara berkebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama. Pendeknya, bung karno berkhidmat bahwa ketuhanan menghendaki adanya toleransi agama, yaitu kehendak untuk tidak bersiskap dan berperilaku egois atas nama agama.
            Bung hatta memaknai , ketuhanan yang maha esa meletakkan agama dalam dua fungsi utama bagi interaksi internal dan eksternal pemeluknya. Pertama, fungsi ekternal pemeluk agama, yakni sikap saling menghormati . kedua fungsi internal pemeluk agama, yakni dasar  yang memimpin ke jalan kebenaran, kebaikan , kejujuran, dan persaudaraan.
            Sukarno dan Hatta dalam pandangan di atas sejatinya dia hendak menegaskan bahwa kerukunan , rasa kebangsaan dan persatuan dalam berbangsa hanya bisa timbul apabila seluruh identitas partikular agama meletakkan secara sukarela kebangsaan dan kemanusiaan dalam posisi yang sejalan dengan keberagaman bangsa indonesia. Tapi kenyataan masih dibawah impian.
            Kekurangan :
            Sila pertama  dalam panacasila disalah gunakan sebagai senjata para politikus untuk menyingkirkan lawan politik dengan dalih tidak pancasialis karena menyinggung agama lain tanpa mengklarifikasi pengucapan kata – katanya.
            Kelebihan :
            Bisa saling menghargai dan menghormati agama lain, menimbulkan rasa kepercayaan pemimpin beragama lain untuk di beri kesempatan memimpin daerah atau bangsa , dan bisa saling menerima kekalahan  terhadap pendukungnya.
            Kesimpulan :
            Bahwa politik toleransi perlu di tanamkan bagi generasi penerus agar bisa saling menghargai atas kemenangan lawan politik atau menghormati kekalahan lawan politik, dan juga saling menghargai program lawan politik tanpa membunuh karakternya .

            Sumber : HALIL. Opini kedaulatan rakyat. Edisi selasa , 21 November 2017.  Halaman 12. 

0 komentar:

Posting Komentar