15.10.17

EMOSI PERSPEKTIF PSIKOLOGIS



TUGAS 3. MEMBUAT JURNAL

EMOSI  PERSPEKTIF PSIKOLOGIS
  
  
I R W A N T O
NIM. 163104101125

Pembimbing: Fx. Wahyu Widiantoro, S. Psi., MA.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45Yogyakarta

Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”. Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak dapat satu pun definisi yang diterima secara universal. Emosi sebagai reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri sendiri (Sarwono, 2010). Emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi efektif mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu kecewa dan sangat kecewa.  Atau diartikan sebagai suatu keadaan mental akibat
peritiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar dan menimbulkan keguncangan pada diri seseorang (Yudrik, 2011). Emosi adalah perasaan yang umumnya memiliki elemen fisologis dan kognitif serta mempengaruhi prilaku. Emosi perasaan atau efeksi yang timbul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang  dianggap penting olehnya. Emosi diwakili oleh prilaku yang mewakili (mengekpresikan) kenyamanan atau ketidaknymanan dari keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Rasa taku termasuk emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Rasa takut merupakan emosi yang bersifat fitri yang dirasakan manusia saat ia berada dalam situasi berbahaya yang mengancam keselamatanya. Rasa takut sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, karena perasaan ini akan mendorongnya menjauhi situasi berbahya dan menghindari sesuatu yang akan menyakiti dirinya. Sebgaimana manusia memperkirakan adanya bahaya, ia dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mengantisipasinya (Zamry Khadimullah, 2007).
Marah merupakan emosi yang sifatnya fitri dan akan muncul ketika salah satu motif dasar tidak terpenuhi, atau terhambat untuk dipenuhi. Jika ada sesuatu yang menghambat manusia atau hewan saat ia akan memuaskan salah satu motif dasarnya, ia akan marah, memberontak, dan melawan penghambat itu hingga berhasil mencapai pemebuhan motifnya (Abdul Syukur, 2011. Tingkat kemarahan akan sesuai dengan motif yang terhambat saat ia beruhasa memenuhinya. Sebagian dari motif-motif fisiologis pada manusia dan hewan yang bersifat fitri ada yang berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan melastarikan spesies. Beberapa eksperimen mutakhir membuktikan adanya perbedaan kualitas pada beberapa motif fisiologis. Hasil penelitian tersebut jelas bahwa motif keibuan merupakan motif fisiologis yang paling kuat.
Rasa cemburu merupakan letupan emosi yang sangat mengganggu, biasanya timbul jika seseorang merasa ada orang lain yang menyainginya dalam meraih cinta seseorang. Rasa cemburu dirasakan oleh kebayakan orang, mulai dari anak-anak, dewasa, dan oran tua. Rasa malu merupakam kondisi emosi yang dirasakan seseorang yang muncul karena telah melakukan perbuatan tercela, baik secara agama maupun etika. Karena itu malu merupakan sifat terpuji karena bisa mencegah orang berbuat tidak baik. Malu merupakan kondisi perasaan yang menghiasai seseorang yang memiliki etika mulia dan telah mendapatkan pendidikan yang benar. Karena itu mereka tidak mengangap enteng kekurangan, kesalehan, kejahatan, dan perbuatan keji. Mereka memegang teguhh keimanan dan ketakwaan, dan selalu berusaha mengerjakan perbuatan yang diridhoi dan dicintai allah. Karena itu malu termasuk salah satu tanda kesempurnaan iman dan takwa.

Fungsi Emosi
Emosi selalu hadir dalam keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau peristiwa. Kita akan merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat mengerjakan tugas yang banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Juga akan merasa bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah dibuat bersama sang kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi dalam keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa hampa ibaratkan sayur tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang namanya marah, gelisah, cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman, bangga, dan cinta. Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari emosi bagi kehidupan kita sehari hari (Departemen Agama Republik Indonesia, 2010.
Diantaranya yang penting adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan persepsi. Contohnya bila kita bertemu melihat seekor anjing penjaga yang lari kearah kita, kemudian pesan sensorik dikirimkan dari mata ke sistem saraf pusat, emosi “takut” yang kita rasakan akan memberi pesan untuk “lari”, sebagai respon atau persepsi atas pesan sensoris dari mata tersebut. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa depan (Sobur, 2003). Suatu emosi yang kita rasakan dimasa lampau semisal perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang kita untuk menghindarinya (makan di angkringan  dimasa yang akan datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. (Jhon, W. Santrok, 2007).  Emosi memiliki elemen fisiologis yang dapat membantu kita mengetahui suasana hati atau perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain, sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk berinteraksi dengan orang tersebut. Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”,Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah (Daniel Goleman, 2003).
Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar dapat bertahan hidup tindakan-tindakan seperti, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. manusia lain.

Pembagian Emosi
Menurut beberapa sumber banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
a.    Emosi positif
Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dan lain-lain. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan (Abdul Syukur, 2011).
b.   Emosi Negatif
Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Diantara yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap-luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan aktivitas-aktivitas positif (Robert, S. F, 2012). Meskipun emosi negatif banyak membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia” ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau ,kita dapat mengalihkan energi negatif (yang banyak membawa kerugian) menjadi energi positif (yang banyak membawa manfaat) (Munn, L. N, 1961). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi (Ika Zenita Ratnaningsih, 2015).
Manajemen Emosi
Sobur menyatakan bahwa kemampuan individu dalam mengelola emosi akan membantu kesuksesan dalam pergaulan sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tenteram. Kemampuan manajemen emosi dapat menjadikan individu memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motifmotif diri. Individu jujur tentang dirinya sendiri kepada dirinya sendiri, bahkan bisa menertawakan kekurangan mereka sendiri (Yudrik Jahja, 2011).
Menurut Hochschild, terdapat dua cara dalam melakukan proses manajemen emosi sesuai tuntutan kerja (emotional labor), yaitu akting permukaan (surface acting) dan akting mendalam (deep acting). Surface acting merupakan keadaan seseorang meregulasi ekspresi emosinya dengan cara menyembunyikan maupun memalsukan emosinya, yaitu individu memasang ekspresi wajah seperti yang dituntut pekerjaan misalnya tersenyum kepada konsumen yang menyebalkan. Cara yang kedua adalah deep acting yaitu keadaan dimana individu secara sadar mengatur emosinya untuk dapat mengekspresikan suatu emosi tertentu sehingga ia benar-benar merasakan emosi tersebut. Konsep deep acting berhubungan dengan pemikiran kognitif yaitu mengevaluasi kembali situasi yang dihadapi (reappraisal), membayangkan situasi lain (imaging), serta berbicara kepada diri sendiri (self talk) (Moh. Gitosaroso, 2012.

Analisis Penulis
Penulis melihat bahwa emosi yang allah ciptakan kepada manusia mempunyai virus yang sangat penting untuk menjaga kelangsunggan hidupnya di dunia ini. Al-Qur’an dan hadist sendiri telah menjelaskan berbagai macam emosi manusia yang tumbuh dalam diri manusia. Pada hakikatnya setiap orang mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami berbagai macam pengalaman yang menimbulkan berbagai macam emosi pula. Penulis  mengaitkan sebuah teori yang dikemukan oleh para ahli psikologi mengenai emosi dan mengambil kisah abu bakar ash-shiddig sebagai contoh emosi positif yang ada didalam dirinya (Syah Reza, 2014. Dalam teori yang dikemukakan oleh james-lange menjelaskan bahwa persepsi terhadap sasaran stimulus tertantu akan diikuti oleh respon tubuh dan nampak. Pengalaman yang menyertai respon inilah yang disebut emsosi. Dalam sebuah kejadian abu bakar ash-shiddiq dalam kehidupanya dengan rasulullah. Abu bakar ash-shiddiq melihat Rasulullah dibawa oleh orang-orang Quraisy, yang satu mendorng beliau, dan yang lain menarik-narik beliau. Mereka berkata kepada beliau, engkau telah menjadikan tuhan kami satu, demi allah tidak ada orang yang berani menolong beliau kecuali abu bakar ash-shiddiq, ada yang dipukul, didorong, abu bakar berkata celakalah kalian, apakah kalian akan membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah (Adnan Tharsyah, 2006).
Kemudian ali pun menangis dan berkata “demi Allah, aku tanya kepada kalian, apakah keimanan keluarga fir’aun lebih baik ataukah abu bakar, orang pun terdiam, lantas ali berkata, demi Allah saat ini abu bakar lebih baik daripada mereka, karena mereka menyembunyikan keimananya, sementara abu bakar adalah orang yang berani menyatakan keimananya di depan  khalyak ramai. ”. dalam hemat penulis, peristiwa abu bakar ash-shiddiq, menunjukan emosi positif yang merupakan ungkapan reaksi eksternal dalam dirinya, seperti takut, marah, sedih, cinta kepada Allah, Rasulullah dan lain sebagainya. Sebagaimana yang terungkap dalam teori dari jemes-lange menjelaskan bahwa reaksi instingtif terhadap kejadian tubuh yang terjadi sebagai respon terhadap beberapa situasi atau kejadian di lngkungan.
Hasil penelitian Menurut Atkinson, sejak publikasi buku klasik Charles Darwin ada tahun 1872, The Expression of Emotion in Man and Animals, para ahli psikologi menganggap bahwa komunikasi emosi memiliki fungsi penting, yang memiliki nilai kelangsungan hidup bagi spesies. Jadi, wajah yang tampak ketakutan pada seseorang mungkin memperingatkan kepada lainnya adanya bahaya, dan wajah yang memperlihatkan bahwa seseorang sedang marah memberitahukan kepada kita orang itu mungkin akan bertindak agresif.
Emosi  membuktikan bahwa emosi yang berkadar normal akan bermanfaat mendorong manusia berbuat hal-hal baik Emosi bukan peristiwa sesaat, tetapi pengalaman yang terjadi selama beberapa saat. Pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem sensoris, kita melihat atau mendengar stimulus yang membangkitkan emosi. Tetapi sistem saraf otonom menjadi aktif segera setelah itu, sehingga umpan balik dari perubahan badani menambah pengalaman emosional. Jadi, pengalaman sadar kita tentang emosi melibatkan integrasi informasi tentang keadaan fisiologis tubuh dan informasi tentang situasi yang membangkitkan emosi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman  dalam Gitosarosomenjelaskan bahwa orang ber-IQ tinggi gagal, dan orang ber-IQ sedang sukses dalam hidup, hal itu dikarenakan orang tersebut memiliki kecerdasan emosional, yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan uintuk memotivasi diri sendiri. kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya.
Dalam hal ini menurut penulis apa yang  dilakukan abu bakar terhadap rasulullah sesuai dengan kedua penelitian yang penulis sajikan, abu bakar cinta kepada rasulullah ketika beliau di perlakuakan tidak baik oleh orang kafir quraisy dia datang membantu beliau. Abu mempunyai insting ketika melihat orang quraiys sangat marah kepada nabi lalu abu mendorong orang-orang itu untuk tidak betindak kasar tehadap rasaulullah, artinya abu memiliki komunikasi emosi yang kuat dan memahami perasaan orang lain.

Simpulan
Berdasrkan pembahsan di atas penulis menarik sebuah kesimpulan sebagai beriku:
1.      Emosi adalah suatu gejala yang muncul melalui fisik (sedih, senang, bahgia, gembira,cinta dan lain sebagainya) dan kejiwaan yang mencerminkan persepsi dari sikap dan prilaku individu sehari-hari.
2.      Emosi sangat berpengaruh dalam diri seseorang maka dari itu sangat penting untuk dijaga agar senantiasa individu selalu beriman dan menambah keimanannya dengan menempatkan emosi pada proporsinya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis.
3.      Kemampuan individu dalam mengelola emosi akan membantu kesuksesan dalam pergaulan sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tenteram. Kemampuan manajemen emosi dapat menjadikan individu memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motifmotif diri. Nafs memiliki peran yang sangat positif dan kontruktif bagi kehidupan manusia. Manusia bisa melejit keharibaan ilahi mengungguli segala makhluk lainnya, dengan syarat bila akal menjadi sopir jiwa. Sebaliknya, bila nafs sudah memegang kendali jiwa, semua akan berbalik, manusia akan menjadi lebih keji dan sesat dari segala macam setan. Penting bagi manusia untuk mengenali hawa nafsu ini dengan baik dan sempurna, sehingga mampu memelihara kesucian nafs dan tidak mengotorinya.
Daftar Pustaka
A. M. Zamry Khadimullah. (2007). Keajaiban Manusia, (Menyingkap Misteri Ruh, Management Of Soul, Mengenal Diri Allah. Bandung: Marja. Hlm. 135. 

Abdul Syukur. (2011). Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari Hari. Yogyakarta: Diva Press.

Adnan Tharsyah. (2006). Yang Disukai Nabi Dan  Yang Tidak Disukai Nabi. Jakarta: Gema Insan.

Daniel Goleman. (2003). Emotional Intlegence, Jakarta: Gremedia Pustaka Utama.
Departemen Agama Republik Indonesia. (2010). Al-Qur’an Dan Terjemahanya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanleena, 2010).

Ika Zenita Ratnaningsih. (2015). “Manajemen Emosi Sesuai Tuntutan Kerja (Emotional Labor) Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Pada Wiraniaga”, Jurnal Psikologi Undip, Vol.14 No.1 April 2015.

Jhon, W. Santrok. (2007). Perkembangan Anak Edisi Ketujuh, Jilid Dua, Jakarta: Erlangga.

Moh. Gitosaroso. (2012). Kecerdasan Emosi, (Emotional Intelegence), Dalam Tasawuf, Jurnal Katulistiwa-Jounal Of Islamic Studies, Vol 2, No 2, 2012.

Munn, L. N. (1961). Psychology The Fundamentals Of Human Adjustement, Cet Iv,. Boston: Houghon.

Robert, S. F. (2012). Understanding Psychology, 10th Ed, Jakarta: Selemba Humanika.

Sobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Angkasa.

Syah Reza. (2014). “Konsep Nafs Menurut Ibnu Sina”, Jurnal Kalimah, Vol. 12, No. 2, September 2014.

Yudrik Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana.

0 komentar:

Posting Komentar