JUDUL RESENSI:
PENCARIAN ASAL USUL
TUGAS MATA KULIAH: PSIKOLOGI
INDUSTRI DAN ORGANISASI
NAMA:
IRWANTO
NIM.
163104101125
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UMUM
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Saroo
menulis buku yang mengisahkan pengalamannya saat berusia 5 tahun kehilangan
keluarganya di Khandwa, Madhya Pradesh, India. Pada usia semudah itu, Saroo
yang berasal dari keluarga miskin kerap ikut kakaknya, Guddu, yang berusia 12
tahun untuk mencari makan. Suatu hari dia mengantuk, kemudian tertidur di
gerbong kereta api yang kosong. Saat dia terlelap, keretan api melaju menjauh.
Tanpa sadar, dia terpisah dari Guddu. Saroo kecil pun terdampar di stasium
Howrah, Kalkutta, 1600 kilometer dari rumahnya.
Kedua
orang tua angkatnya menetap di Hobart, Tasmania. Walaupun menjadi kota tertua
kedua di Australia sekaligus kota ke-12 terbesar di benua tersebut, Hobart
bukan kota dengan jutaan penduduk. Populasi kota ini relatif kecil, sekitar
200.000 jiwa. Kota yang indah, nyaman dan aman. Sangat cocok untuk membesarkan
anak, karena alamnya bersih, luas dan memiliki pantai nan cantik. Begitu pula
orang-orangnya yang dekat, saling mengenal, tetapi tidak ambil pusing dengan
urusan orang lain. Ujar Saroo yang tiba di Australia tahun 1987.
Ketika
usianya merambah ke angka 25 tahun, Saroo mulai bertanya kepada dirinya, hendak
menjadi apa dirinya dan apa yang ingin dilakukannya dalam hidup ini. Tiba-tiba
saya ada di persimpangan jalan. Kuliah sudah selesai, bekerja juga sudah,
lantas apa lagi. Banyak orang pada usia itu memutuskan untuk menikah, kemudian
mempunyai anak. Sebagian lagi memutuskan untuk pindah ke kota atau negara lain
dan hidup di sana. Apa yang sebenarnya saya inginkan, tanya Saroo gundah. Dia
mengakui, keputusannya untuk mencari sang Ibu kandung, Fatima Munshi, bukan
datang tiba-tiba. Di bagian terdalam benaknya, selalu ada kenangan akan wajah
orang-orang terkasih yang dia tinggalkan di suatu tempat di India.
Saya
ingin tahu asal-usul saya, dari mana saya berasal. Batin ini terus mencari.
Saya ingin mengerti diri saya. Pencarian ini penting bagi saya untuk menemukan
fondasi hidup dan melanjutkan hidu saya. Tanpa ini, hidup saya mungkin akan
penuh pertanyaan yang tak terjawab, ucap Saroo serius. Saroo pun mulai
pencarian dengan berbekal ingatan akan rel kereta api. Dia mencari melalui
Google Earth dari laptopnya untuk tahu nama kota-kota yang dilalui kereta api.
Dia tidak ingat apa nama daerahnya dulu. Dia hanya tahu rel dan daerahnya
berawalan B.
Tak
lancar berbahasa Hindia ini pula yang membuat Saroo semasa kecil tak punya
banyak kesulitan belajar berbicara dalam bahasa Inggris. Soal makanan pun,
Saroo tak terlalu menggemari hidangan khas India. Perut saya malah lebih nyaman
dengan masakan Indonesia atau Malaysia yang tidak setajam bumbu masakan India.
Saya juga suka terasi, loh, he-he ujar Saroo.
Referensi
Setyorini, I. (18 Maret 2017). Sosok: Pencarian asal usul. Kumpas: Terbit: Hari Sabtu. Halaman 16.
0 komentar:
Posting Komentar