Siti Hanifah
(16.310.410.1151)
Psikologi Umum
Sebagai
manusia sosial tentunya kita tidak terlepas dari ruang publik. Dikotalah kita
sering berbagi ruang tersebut. Ruang yang kita persepsikan sebagai sebuah
tempat dengan makna dan nilai tertentu. Ditempat – tempat tersebut yang menarik
perhatian kita adalah orang yang berulang kali kita lihat, namun tidak secara langsung
kita berinterksi dengannya. Orang asing yang sangat kita kenal ini walaupun
kita sering men”cuek”kannya, perlahan namun pasti kita menciptakan sebuah
perasaan terikat dalam diri kita dan tidak jarang akhirnya kita memiliki
hubungan riil dengan mereka.
Orang
asing yang kukenal ( familiar stranger) adalah suatu fenomena social yang
pertama kali ditunjukkan oleh psikolog Stanley Milgram (1977). Sebagai seorang
individu yang kita secara teratur memperhatikannya, tetapi tidak saling
berinteraksi. Secara definitif, orang asing haruslah ; (1) mendapatkan
perhatian kita, (2) terus menerus, namun (3) tidak berinteraksi. Interaksi yang
kita miliki dengan orang asing yang kita kenal ini adalah sebuah interaksi yang
nyata dimana kedua belah pihak setuju untuk satu sama lain saling mengabaikan,
tanpa perlu menciptakan sikap permusuhan. Sebagai contoh, seseorang yang selalu
kita jumpai di halte bus tiap pagi ketika mau pergi ke kantor. Jika sehari saja
orang tersebut tidak muncul, kita langsung merasakan ada yang hilang. Kita merasa
tidak afdol tanpa kehadiran orang tersebut dan
menjadi kesepian dan terasing di antara orang asing lainnya yang hanya
sesekali saja kita temui di halte tersebut. Orang-orang seperti itu sangat kita
butuhkan, meskipun kita “mencuekkan” mereka setiap hari. karena kita selalu
menjumpai mereka secara teratur dalam sebuah setting yang dikenali, maka mereka
pun menciptakan sebuah koneksi dalam pikiran kita dalam mengidentifikasi
tempat-tempat tersebut.
Berbagai
permasalahan di zaman modern seperti ini, seperti masalah rumah tangga serta
masalah pekerjaan yang semakin kompleks, warga kota lebih cenderung mengunjungi
ruang publik baik di luar ruangan maupun dalam ruangan dengan lebih sering
sebagai tempat pelarian, dimana orang asing yang kita kenal digunakan untuk
mencegah rasa sepi di tengah keramaian ruang publik. Hal tersebut bukanlah
suatu hal yang negative, sebaliknya hal penting dari sebuah ruang publik bagi
kesehatan mental individu. Warga kota pada hakiktnya sangat tergantung pada
kehadiran orang asing. Ketidakhadiran total mereka hampir bisa dipastikan dapat
mempunyai efek negatif terhadap kesehatan mental. Sayangnya, meskipun
dibutuhkan, mereka tetap saja orang asing dan tidak ada interaksi sosial riil
yang terjadi di antara mereka, ruang publik pun terasa semakin menghilang.
Terasa
sangat ironis mengingat ruang publik seharusnya menjadi tempat berinteraksi sosial.
Interaksi sosial dari individu dapat mengubah orang asing menjadi sahabat,
tetapi faktanya warga kota memperlakukan orang asing sebagai orang asing tanpa
adanya interaksi karena perasaan saling curiga dan tingkat individualisme para
warga kota yang semakin meningkat di zaman modern seperti saat ini. Ini
merupakan sistem mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) warga kota yang
jauh lebih sensitif dari pada warga di pedesaan dalam hal melindungi diri
mereka terhadap hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi karena mereka
berada di suatu tempat di luar wilayah teritorial mereka, dimana mekanisme itu
mengajarkan kita untuk menghormati batas-batas territorial yang ada. Milgram
dan Hollander (1964) menyatakan ruang-ruang publik juga bisa menjelma menjadi
tempat yang menimbulkan kecemasan dan rasa takut. Karena khawatir akan
keselamatan mereka sendiri, warga kota secara psikologis dan emosional menjadi
semakin takut sehingga lebih baik bagi mereka untuk menjaga jarak dengan orang
asing.
Dari situ dapat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan orang perkotaan dengan orang pedesaan sangat jauh berbeda. Untuk itu,
kita sebagai warga desa maupun warga kota hendaknya tetap melakukan interaksi sosial
di manapun dan kapanpun kita berada, sehingga orang asing yang tidak kita
kenal sekali pun bisa menjadi orang terdekat bagi kita dengan menyingkirkan
fikiran negatif, rasa cemas dan rasa takut dari dalam diri kita.
Daftar Pustaka
Halim, Deddy Kurniawan.(2008).
Psikologi Lingkungan Perkotaan: Orang Asing Yang Kita Kenal. Jakarta: Sinar
Grafika Offset.
0 komentar:
Posting Komentar