14.4.17

ARTIKEL PSIKOLOGI UMUM 2 : PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS DIRI REMAJA

PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS DIRI REMAJA


NAMA             : RATIH SETIYANINGSIH
NIM                 : 16.310.410.1140
MATA KULIAH: PSIKOLOGI UMUM 2

            Pada masa remaja tahap identifikasi dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peranan sosial, karena remaja – remaja cenderung mengindentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus. Kalau kekaburan akan peranan sosial tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinan ia akan menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain, untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.
Menurut Erikson, bahwa remaja merupakan salah satu tahapan tentang hidup manusia yang sangant penting untuk pembentukan identitas (Marcia, 1993). Pada tahapan ini remaja menghadapi tugas utama mencari dan menegaskan eksistensi dan jati dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mencari arah dan tujuan, menjalin hubungan dengan orang yang dianggap penting. Meyakinkan diri sendiri dan orang lain, bahwa dirinya telah mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan secara efektif mempersiapkan diri menjelang masa dewasanya. Remaja mengalami berbagai goncangan, baik secara psikologis maupun secara sosial. Goncangan goncangan itu membuat remaja berbeda-beda posisi sulit untuk menempatkan diri dan mengambil peran yang tepat dalam berbagai setting kehidupannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa saya, dimana saya, peran apa yang dapat dan seharusnya saya mainkan, selalu muncul dibenak remaja. Tidak jarang remaja menjadi menjadi ragu terhadap eksistensi dirinya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini banyak juga disebut sebagai masa mencari jati diri atau identitas diri. Pencapaian identitas diri merupakan salah satu tugas yang penting dan mendasar dalam kehidupan remaja (Lois, 1994).
Contohnya, Orang tua menjadi sumber inspirasi dan informasi, figure tokoh identifikasi anak, sehingga sikap dan perilaku orang tua akan memberi pengaruh pembentukan sikap dan perilaku anak. Santrock (1997) menyatakan bahwa : Father-mother coopration and mutual respect help the child develop positive attidudes. Keluarga merupakan “jaringan social” anak, sebad keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal (Hurlock, 1989). Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan identitas dirinya, sangat tergantung pada orang tua. Orang tua jugalah yang pertama kali member fasilitas, termasuk kesempatan kepada anak untuk memankan fungsi dan peran dalam keluarga dan konteks kehidupan yang lebih luas. Mengingat gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua memiliki suasana dan kesempatan berbeda untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan kecenderungan-kecenderungannya; identitas diri yang terbentuk karenanya akan memiliki sifat yang berbeda-beda pula.
Keberadaan figure tokoh sukses yang dilihat remaja juga ikut memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pembentukan identitas diri remaja. Remaja melihat, menilai, dan menemukan nilai-nilai yang dianggap baik ada pada figur tokoh tersebut, selanjutnya diinternalisasi ke dalam dirinya untuk dijadikan bagian dari pembentuk identitas dirinya.
            Kesimpulannya, peran aktif orang tua dalam proses pembentukan kepribadian dan identitas diri remaja sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan ke hal positif.  Orang tua harus menjadi pemberitahu, sebagai pemberi tanggapan, sebagai cermin maupun sebagai pihak yang memberikan pengarahan pada anak.


DAFTAR PUSTAKA :
Yulia Singgih D. Gunarso. (1993). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Pudjijogyanti, Clara R. (1988). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.


           
           


0 komentar:

Posting Komentar