PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DAN IDENTITAS DIRI REMAJA
NAMA : RATIH SETIYANINGSIH
NIM : 16.310.410.1140
MATA KULIAH: PSIKOLOGI UMUM 2
Pada masa remaja tahap identifikasi
dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan peranan sosial, karena remaja
– remaja cenderung mengindentifikasikan dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus.
Kalau kekaburan akan peranan sosial tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinan ia akan menderita gangguan-gangguan
kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja
dapat menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan
identifikasinya terhadap orang-orang lain, untuk akhirnya menjadi dirinya
sendiri.
Menurut Erikson, bahwa remaja merupakan
salah satu tahapan tentang hidup manusia yang sangant penting untuk pembentukan
identitas (Marcia, 1993). Pada tahapan ini remaja menghadapi tugas utama
mencari dan menegaskan eksistensi dan jati dirinya, mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, mencari arah dan tujuan, menjalin hubungan dengan orang
yang dianggap penting. Meyakinkan diri sendiri dan orang lain, bahwa dirinya
telah mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan secara efektif mempersiapkan
diri menjelang masa dewasanya. Remaja mengalami berbagai goncangan, baik secara
psikologis maupun secara sosial. Goncangan goncangan itu membuat remaja
berbeda-beda posisi sulit untuk menempatkan diri dan mengambil peran yang tepat
dalam berbagai setting kehidupannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa saya,
dimana saya, peran apa yang dapat dan seharusnya saya mainkan, selalu muncul
dibenak remaja. Tidak jarang remaja menjadi menjadi ragu terhadap eksistensi
dirinya sendiri. Oleh karena itu, pada masa ini banyak juga disebut sebagai
masa mencari jati diri atau identitas diri. Pencapaian identitas diri merupakan
salah satu tugas yang penting dan mendasar dalam kehidupan remaja (Lois, 1994).
Contohnya, Orang tua menjadi sumber
inspirasi dan informasi, figure tokoh identifikasi anak, sehingga sikap dan
perilaku orang tua akan memberi pengaruh pembentukan sikap dan perilaku anak.
Santrock (1997) menyatakan bahwa : Father-mother coopration and mutual respect
help the child develop positive attidudes. Keluarga merupakan “jaringan social”
anak, sebad keluarga merupakan lingkungan pertama anak dan orang orang yang
paling penting selama tahun-tahun formatif awal (Hurlock, 1989). Proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pembentukan identitas dirinya, sangat
tergantung pada orang tua. Orang tua jugalah yang pertama kali member
fasilitas, termasuk kesempatan kepada anak untuk memankan fungsi dan peran
dalam keluarga dan konteks kehidupan yang lebih luas. Mengingat gaya pengasuhan
yang diterapkan oleh orang tua memiliki suasana dan kesempatan berbeda untuk
mengekspresikan gagasan, pikiran, dan kecenderungan-kecenderungannya; identitas
diri yang terbentuk karenanya akan memiliki sifat yang berbeda-beda pula.
Keberadaan
figure tokoh sukses yang dilihat remaja juga ikut memberikan kontribusi yang
cukup signifikan dalam pembentukan identitas diri remaja. Remaja melihat,
menilai, dan menemukan nilai-nilai yang dianggap baik ada pada figur tokoh
tersebut, selanjutnya diinternalisasi ke dalam dirinya untuk dijadikan bagian
dari pembentuk identitas dirinya.
Kesimpulannya,
peran aktif orang tua dalam proses pembentukan kepribadian dan identitas diri
remaja sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan ke hal positif. Orang tua harus menjadi pemberitahu, sebagai
pemberi tanggapan, sebagai cermin maupun sebagai pihak yang memberikan
pengarahan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA :
Yulia
Singgih D. Gunarso. (1993). Psikologi
Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Pudjijogyanti,
Clara R. (1988). Konsep Diri Dalam
Pendidikan. Jakarta: Arcan.
0 komentar:
Posting Komentar