14.4.17

ARTIKEL : PERILAKU YANG TERBENTUK KARENA PEMBIASAAN YANG KITA CIPTAKAN

Siti Hanifah 
(16.310.410.1151)

      Psikologi Umum     


         Kota ataupun desa adalah tempat untuk membentuk perilaku manusia. Perilaku terbentuk karena ada stimulasi yang diterima dan kemudian direspons oleh manusia sesuai dengan makna yang didapatkan dari pengetahuan dan pengalaman. Jalan layang adalah contoh bagaimana perilaku dibentuk. Bagaimana kompleksnya labirin jalan layang yang seperti spageti dapat membingungkan warga kota, tetapi jika mereka mengikuti arah dan aturan yang benar maka mereka dapat sampai kepada tujuan yang direncanakan. Sebaliknya, jika mereka tidak mematuhi jalur dan arah yang ditetapkan maka akan timbul kekacauan. Walaupun ada jalan singkat yang menggoda warga untuk memotong jalur, tetapi jika aturan dilanggar mereka akan mengalami kekacauan lalu lintas dan kecelakaan. 
        Di sini kita dapat melihat bahwa peraturan dapat digunakan untuk membentuk perilaku warga kota dimana ketika akhirnya terinternalisasi dan terprogram dalam otak tanpa disadari perilakunya telah menjadi kebiasaan. Disamping itu, peraturan juga dapat membedakan perilaku yang baik dan yang tidak baik.
Orang yang tadinya suka menolong dan memiliki perilaku prososial menjadi seseorang yang egois karna pindah ke kota. Para ahli psikologi lingkungan menyatakan bahwa perilaku  manusia pada hakikatnya mencerminkan proses interaksi individu sebagai makhluk hidup dengan lingkungannya dan menurut para ahli perilaku, sikap, dan pola perilaku dapat dibentuk melalui proses konfiirmasi dan pembiasaan lingkungan. Berawal dari pandangan tersebut, pembiasaan dan proses konfirmasi dapat dibentuk melalui banyak instrument perkotaan, seperti sarana transportasi, bangunan, jalan, tata ruang kantor, pengaturan furniture, teknologi informasi dan komunikasi, bahkan program televisi.
          Kota juga adalah kumpulan kelompok-kelompok manusia yang tinggal dalam suatu lingkungan binaan besar. Dari prespektif ini, kota dapat dilihat sebagai sebuah laboratorium yang kodisinya dapat dimanipulasi, sedangkan warga kota adalah objek eksperimennya. Banyak orang akan protes dengan pernyataan ini karena tidak ingin diperlakukan sebagai objek eksperimen dengan alasan manusia dapat memilih dan tidak bisa diperintah seenaknya seperti anjing Pavlov dan teori pengkondisian klasik. Namun, Skinner dengan Teori Pengkondisian Oprannya telah membuktikan bahwa anjing juga dapat memilih, dan bahkan dapat bunuh diri jika mereka tetap dipaksa. Terhadap alasan ini, maka istilah objek eksperimen telah berubah menjadi subjek eksperimen (eksperimentee) karena manusia diasumsikan memiliki kesadaran terhadap perilakunya. Meskipun demikian, baik Pengkondisian Klasik maupun Pengkondisian Operan memiliki tujuan yang sama, yaitu memaksa experimentee melakukan apa yang si pelaku percobaan (experimenter) inginkan. Cara yang paling mudah adalah dengan cara memberikan experimentee sebuah rasa sakit, baik secara fisik maupun mental sedemikian rupa sehingga experimentee akan mematuhinya. 
         Skinner menggunakan aliran listrk terhadap merpati dan tikus percobaannya untuk memaksa mereka memilih tombol tertentu yang bebas aliran listrik diantara tombol lainnya yang dialiri listrik . Akan tetapi, ada juga ahli perilaku seperti tolman dan hull yang menggunakan penghargaan (reward) sebagai pengganti hukuman (punishment) terhadap tikus jika dapat melaksanakan dengan biak apa yang diinginkan sehingga mereka akan mengulangi perilaku yang diinginkan dengan sukarela dan pada akhirnya perilaku tersebut menjadi kebiasaan. Pada dasarnya ada dua cara menciptakan perilaku, yaitu dengan memberi penghargaan atau hukuman.
           Kota adalah laboratorium besar, orang yang berhasil melewati dan kembali adalah mereka yang mampu menerjemahkan dan memahami makna kota
Dari situ disimpulkan bahwa kota ataupun tempat tinggal kita itu seperti laboratorium, kita mau eksperimen apa saja tentu bisa, eksperimen yang dapat mengancam orang lain ataupun eksperimen untuk kebaikan untuk sesama.
Itu tergantung pribadi setiap individu. Maka menjadi individu yang mampu merubah lingkungan disekitarnya itu menjadi atmosfer yang mengandung kebaikan untuk sesama tentulah tidak mudah namun perilaku yang kita bentuk atau kita biasakan tentu sangat berpengaruh pada pembiasaan lingkungan yang kita tempati. 

Daftar Pustaka 
Halim, Deddy Kurniawan.(2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan: Kota dan Pengondisian. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

0 komentar:

Posting Komentar