BERILAH ANAK PUJIAN
Ana Istiqomah (16.310.410.1126)
Psikologi Umum II
Mendidik anak bukanlah suatu hal yang
dapat dikatakan sepele. Terlebih bila sudah menyangkut masalah belajar. Pola
penanganan yang tidak tepat dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak.
Karena pada dasarnya, setiap anak memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan tentu
hal ini mempengaruhi pola belajar mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti
pernah menjumpai bahwa anak yang sulit belajar, malas, prestasi rendah, dan
susah dinasehati cenderung mendapat kritik yang tak enak didengar. Bahkan dari
orangtuanya sendiri pun mendapat kritik yang sama sekali tak membangun,
membanding-bandingkan dengan temannya dan semacamnya. Guru di sekolah juga terkadang
cenderung mengabaikan anak-anak yang seperti itu.
Seperti yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow dalam hierarchy of needsnya,
bahwa setiap individu membutuhkan pengakuan, penghargaan diri –terlepas dari
apakah individu tersebut mengakuinya atau tidak. Sama halnya dengan anak,
mereka pun membutuhkan pengakuan, penghargaan atas apa yang telah mereka capai.
Bila mereka gagal, itu adalah hal yang wajar dalam sebuah proses belajar.
Dalam memahami sesuatu, yang paling
penting adalah prosesnya. Namun, kebanyakan orang langsung memandang hasilnya. Nah,
jika seperti itu bagaimana nasib anak yang memiliki nilai jelek pun malas bila
disuruh belajar? Apakah tidak ada hal yang baik yang dapat dilihat dari anak
itu?
Belajar, menurut Arthur J. Gates, adalah
perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Tujuan belajar adalah
untuk menambah kualitas diri seseorang. Dalam proses belajar, untuk menjadi
tahu dan paham mengenai sesuatu, individu akan melalui tahap yang dinamakan trial and error. Tahap dimana terjadi
suatu kesalahan dan mencoba lagi hingga individu mendapatkan pemahaman yang
benar. Masalah kegagalan yang anak dapatkan, orangtua haruslah memaklumi hal
itu dan memberi nasehat yang tak memberatkan si anak. Penghakiman bukan hal
yang bagus untuk perkembangan kepercayaan diri anak.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
sebuah pujian ternyata memiliki efek yang cukup bagus bagi anak-anak. Kembali
pada teori kebutuhan Maslow, bahwa setiap individu membutuhkan pengakuan dan
penghargaan diri. Pujian dalam sebuah proses belajar sangat penting. Hal ini
dapat mendongkrak kepercayaan diri anak. Dengan pujian juga anak merasa bahwa
usahanya diakui dan tak sia-sia. Dengan memberi pujian, secara tidak langsung,
orangtua tersebut mengajarkan pada anak akan arti menghargai orang lain.
Wiliam James menulis, “Prinsip terdalam
dari kehidupan manusia ialah untuk dihargai.” Saat kita dalam keadaan senang
karena dipuji, kita ingin melakukan hal yang lebih baik lagi untuk menyenangkan
orang lain. Seorang pengarang sekaligus ahli psikologi sosial, Dr. George W.
Crane, berkata, “Seni memuji ialah awal dari seni yang indah tetang
menyenangkan orang lain.”
Suatu hari, adik saya menunjukkan pada
saya sebuah tulisan dengan angka 100 di samping tulisan tersebut. Saya
memujinya, hanya berkata “pinter kamu dek”, dan dia langsung menghilang lagi
setelah memamerkan senyum seribu watt-nya. Saya pikir dia pergi bermain, namun
ternyata ia pergi mengambil pensil dan bukunya. Lalu belajar. Setiap ia
mendapat nilai 100, ia pasti memamerkan pada saya.
Terlalu banyak pujian memang dapat
membuat anak besar kepala. Namun, terlalu sedikit pujian juga tak baik, dapat
membuat anak kehilangan kepercayaan diri dan harga diri. Dapat dikatakan, nama
lain dari pujian adalah motivasi bagi anak. Oleh karena itu, berilah anak
pujian. Bila bukan untuk hasil yang mereka dapatkan, setidaknya untuk usaha
yang telah mereka lakukan.
Daftar pustaka
Boeree. C.
George. (2013). General Psychology:
Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi, & Perilaku.
Jogjakarta: Prismasophie.
Muskibin, Imam. (2009).
Mengapa Ya Anakku Kok Suka Berbohong...?.
Jogjakarta: DIVA Press
Prawira, Purwa Atmaja.
(2013). Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
0 comments:
Post a Comment