13.3.17


Oleh : Ratih Setiyaningsih 

SATU LANGKAH

Kisah tentang pengalaman pertama siaran radio.
            Berawal dari cita – cita kecilku menjadi seorang penyiar radio, aku memberanikan diri ikut menjadi narasumber di salah satu acara siaran radio di RRI Jogja bersama dosen dan kakak tingkat. 12 tahun lalu, tepatnya saat aku masih duduk di kelas 5 SD sudah menyukai mendengarkan radio, acara yang sering aku dengarkan biasanya acara music. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku selalu menyalakan radio dan memutar frekuensi 95.4 Yasika FM. Acaranya mulai jam 5 pagi sampai 8 pagi. Tapi aku selalu telat mendengarkannya karena bangun jam setengah 6 pagi.
Aku tidak pernah absen mendengarkan radio setiap pagi karena penyiarnya lucu dan seru. Ada saja bercandaan mereka yang bisa membuatku selalu tertawa. Menurutku mereka memberikan energy positif yang bisa membuat semangat setiap paginya.
Aku selalu sms dan request lagu kesukaanku. Sms yang aku kirim pasti isinya salam untuk teman teman sekelas dan aku hanya copy paste setiap harinya. Agar penyiarnya tidak bosan baca sms dariku, kadang aku ganti sedikit kata – katanya.
Dan senangnya setiap aku request lagu pasti diputarkan sebelum aku berangkat sekolah jadi aku bisa mendengarkan dan  bikin ketagihan untuk selalu sms. Setiap malam aku juga mendengarkan radio, jam 20.30 ada acara favoritku juga namanya GREATEST MEMORY di Yasika FM. Acara radio yang isinya menceritakan kisah – kisah hidup kita yang dibacakan sangat bagus dan menyentuh oleh penyiarnya. Aku juga sering mengirim beberapa cerita tentang kisah keluargaku, teman bahkan percintaan. Tapi aku harus sabar menunggu karena jangka kirim cerita sampai dibacakan adalah 30-40 hari baru cerita kita bisa didengarkan diradio.
Dari kebiasan itu lah, tertarik menjadi penyiar radio. Waktu itu, berpikir bagaimana ya caranya bisa jadi penyiar radio, sekolah dimana ya biar bisa jadi penyiar radio. Banyak sekali pertanyaan dalam pikiranku saat itu.
Dan sekarang, saat aku sudah kuliah ambil jurusan Psikologi ternyata ada tugas siaran radio dan aku sangat antusias sekali. Menurutku itu satu langkah peluang menjadi penyiar radio.
Saat ada tawaran dari dosen untuk ikut siaran radio, lebih tepatnya menjadi narasumber ingin sekali untuk ikut.
Pertama ada rasa kurang percaya diri dan takut kalau nanti malah merusak acaranya karena problem terbesar dari diriku adalah susah berbicara didepan banyak orang. Walaupun jadi penyiar tidak bertatap langsung dengan pendengar tapi dibayanganku rasanya sama.
Malam itu, aku berpikir sepertinya seru ikut siaran, suara kita didengar banyak orang selain itu kita juga berbagi ilmu. aku hanya tidak ingin melewatkan kesempatan ini, aku berpikir siaran ini sebagai satu langkah untuk belajar menjadi penyiar profesial. Dan pagi harinya, aku langsung menghubungi dosenku pak wahyu, dan menawarkan diri untuk ikut siaran dan minta tema yang dibahas nanti malam saat siaran. Setelah dibalas oleh pak wahyu, dan pak wahyu dengan terbuka dan senang hati aku mau ikut siaran membuatku makin yakin untuk siaran. Pak Wahyu juga membantu dan memberi tahu materi yang cocok dengan tema siaran. Aku juga mencari materi – materi yang sesuai dengan tema siarannya. Browsing browsing di internet sekitar 30 menit belum ketemu materinya, binggung sebenarnya materi apa yang cocok dengan tema yang dibahas. Terus aku nanti harus bicara apa, gimana kalau ada pertanyaan pendengar yang tidak bisa aku jawab.. binggung, binggung dan binggung.. tapi aku selalu berpikir ini satu langkah belajar, satu langkah keren, satu langkah pembuktian diri.
Siaran jam 20.15 dan aku berangkat dari rumah jam 19.00. Jarak rumah sampai RRI Jogja aku tempuh selama 30 menit. Tapi aku sampai jam 19.50 karena aku kesasar belum pernah ke RRI Jogja Kotabaru. Disana sudah ada mbak rere yang sudah sampai duluan, kakak tingkatku yang akan siaran denganku dan pak wahyu. Aku duduk ngobrol dengan mbak rere, banyak Tanya tentang seperti apa biasanya siaran, lalu bagaimana nanti aku harus ngomong. Banyak ngobrol dan bercanda dengan mbak rere, membuatku sedikit tenang dan tidak gugup. Tidak lama kemudian, pak wahyu datang dan ngobrol sebentar membahas lagi tema siarannya. Dan banyak diberi ilmu – ilmu oleh beliau. Tepat jam 20.15 penyiar didalam menyuruh kami masuk karena sudah waktunya siaran. Pertama masuk ruang siaran, tidak menyangka bisa masuk studio RRI, suasananya dingin ber AC dan makin dingin karena rasa gugupku masih ada. Aku duduk diantara pak wahyu dan mbak rere. Aku memakai handphone yang sudah diletakan diatas meja. Siaran dimulai, mbak dina sebagai penyiar menyapa pendengar dengan suara khasnya. Mbak dina mengenalkan narasumber dan tema malam ini. Pertanyaan pertanyaan mulai dilontarkan kepada kami sebagai narasumber, pertama mbak dina menanyakan pendapat kepada mbak rere. Mbak rere dengan lancar menjawabnya dan sekarang mbak dina melempar  pertanyaan kepadaku , dalam pikiran dan hatiku berkata, “duh ini jawabanya apa ya? Aku harus jawab apa ya? Disitu benar – benar serba salah takut salah bicara. Materi yang aku baca tadi siang sepertinya tidak bisa menjawab pertanyaan ini. Dengan suara pelan dan binggung aku menjawab sepengetahuanku saja dan sedikit ikut- ikutan jawaban dari mbak rere.. hehehe
Interaktif dengan pendengar dibuka, banyak penelpon dan sms masuk yang isinya pertanyaan - pertanyaan mengenai tema yang kita bahas malam ini.
Ada pertanyaan dari penelpon, dan mbak dina menyebut namaku untuk menjawab pertanyaannya. Lagi lagi aku binggung sendiri, “astaga jawaban yang pas apa ya ini?” dan disitu aku tidak bisa berpikir panjang, satu dua patah kata yang hampir sedikit menjawab dari penelpon tadi. Dalam hati berkata sendiri, “entahlah jawabanku benar atau salah” dengan rasa takut aku tersenyum kepada mbak dina.
Aku berkali berkali melihat jam dihp dan dinding studio berkata,” kapan siarannya selesai? Kok lama banget ya.”
Dan akhirnya jam 21.00, mbak dina menutup acara siaran malam ini, dan satu pertanyaan terakhir tentang kesimpulan siaran malam ini ditanyakan padaku.
“gubraak, aku harus jawab apalagi ini?????” dan pikiranku sudah bleng, dengan suara gugup aku menjawab apa adanya.
Yes, akhirnya siaran malam ini selesai juga. Aku, mbak rere dan pak wahyu melepas handphone dan menaruhnya dimeja. Sebelum keluar dari ruang siaran, kami berfoto foto dulu dan bersalaman dengan para penyiar.
Setelah keluar dari ruang siaran, aku menghela nafas panjang dan bersyukur siaran sudah selesai. Kami duduk sebentar di kursi depan studio, pak wahyu banyak memberi komentar dan banyak masukan tentang siaranku tadi. Aku sangat malu dengan jawaban jawaban yang aku berikan tadi ke pendengar dan ada rasa penyesalan dalam diriku. Tapi Pak Wahyu dan Mbak Rere  banyak memberiku semangat  dan nasihat sehingga aku tidak begitu down.
Aku juga sadar banyak kekurangan yang harus diperbaiki, dari cara bicara yang masih belibet, bahasa yang kurang formal, pengetahuan yang masih sedikit dan banyak ilmu yang harus aku pelajari dari awal lagi.
Tapi disisi lain, aku senang bisa ikut siaran malam ini. Setidaknya aku sudah maju satu langkah lebih berani, satu langkah lebih percaya diri, satu langkah belajar siaran, satu langkah pada cita cita kecilku. Walaupun masih panjang langkah langkah yang harus dijalani dan lewati dengan kerja keras.
Berharap ada kesempatan siaran ke 2 dan siaran siaran selanjutnya untukku agar bisa memperbaiki kesalahanku.

Jika semuanya mudah, maka semua dapat meraihnya. Bersukacitalah dalam kesulitan dan Jangan menunggu kesempatan yang luar biasa, Manfaatkan kesempatan yang biasa dan jadikanlah luar biasa.

1 komentar:

  1. Semangat Mbak Ratih,,, siaran itu seperti kita ngobrol dengan orang lain saja kan mbak,,?? Jadi apa yang ada di fikiran kita itulah yang akan kita katakan. Karena itulah pentingnya kita berfikir Cepat dan Cerdas.!

    BalasHapus