30.3.17

ARTIKEL: TEORI TENTANG HUBUNGAN SIKAP DAN TINGKAH LAKU DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

ARTIKEL:  TEORI TENTANG HUBUNGAN SIKAP DAN TINGKAH LAKU DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

Nama: Irwanto
NIM. 16.310.410.1125
Mata Kuliah: Psikologi Sosial 1

Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta


Dalam uraian mengenai fungsi sikap, mengetahui bahwa banyak perilaku yang didasari oleh sikap seseorang terhadap suatu objek. Sikap A terhadap B mendasari perilaku A terhadap B, tetapi sikap A terhadap B yang berbeda suku dapat menjadi sumber perilaku yang berbeda (diskriminasi) terhadap B. Mengapa sikap dan perilaku tidak selalu sejalan? Atau, dengan kata lain, mengapa sikap kita terhadap suatu hal bertentangan dengan perilaku yang ditampilkan tampilkan?
Ternyata, sikap tidak selalu dapat meramalkan perilaku. Hal ini dibuktikan oleh penelitian seorang Sosiolog, La Piere pada tahun 1934. Selama 2 tahun, ia berkeliling Amerika Serikat bersama sepasang orang Cina. Mereka mendatangi 184 restoran dan 66 hotel serta hanya satu kali mereka ditolak untuk dilayani. Kemudian, ia menyurati dan menanyakan para pengelola tempat-tempat tersebut, “Apakah mau melayani orang Cina?” Dari 128 tempat yang memberikan jawaban, 92% restoran dan 91% hotel menjawab “tidak”. Banyak perilaku/perbuatan yang dilakukan, tidak sejalan dengan sikap kita atau mungkin bertentangan sama sekali. Misalnya, pemilik restoran yang mempunyai sikap negatif terhadap orang Cina dalam penelitian La Piere, mengapa mau melayani mereka? Mungkin pertimbangan ekonomis menjadi salah satu alasannya, sehingga tamu yang datang menjadi sumber pemasukan bagi mereka. Apalagi, penampilan pasangan orang Cina itu cukup sopan karena mereka datang bersama dengan orang kulit putih serta tampaknya mereka kaum terpelajar, dan anggapan-anggapan positif lainnya.
Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa antara sikap dan perilaku tidak selalu berhubungan secara langsung, tetapi melalui proses yang cukup rumit. Perilaku yang ditampilkan oleh seseorang bergantung pada situasi, terutama dalam konteks yang paling relevan dari sudut pandang orang tersebut. Sikap terdiri dari tiga komponen yang intensitasnya dapat berbeda-beda pada masing-masing orang. Orang dengan sikap yang ekstrem, yaitu orang yang melibatkan intensitas perasaan yang sangat mendalam tentang suatu hal. Salah satu determinan dari ekstremitas adalah adanya vested interest, yaitu sejauh mana kepedulian orang terhadap suatu hal, khususnya bila konsekuensi dari hal tersebut menyangkut dirinya sendiri.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa semakin besar vested interest seseorang, semakin besar pula pengaruh sikap terhadap perilakunya. Sebuah penelitian dilakukan pada mahasiswa di suatu universitas besar di Amerika. Mereka ditanyai melalui telepon, apakah mau ikut demo menentang perubahan kebijakan hukum yang akan meningkatkan batas usia orang dewasa yang boleh minum-minuman keras (alkohol) dari usia 8 tahun menjadi 21 tahun. Tentu saja? responden mahasiswa yang berumur 21 tahun ke bawah paling terkena dampak kebijakan hukum tersebut. Mereka tergolong sebagai responden yang paling kuat vested interestnya dan diduga akan lebih banyak yang mau mengikuti demo.
Kelompok responden yang berumur 21 tahun ke atas mempunyai vested interest yang paling kecil. Hal ini menguatkan dugaan tersebut bahwa 47% golongan yang vested interestnya kuat menyetujui ikut demo dan hanya 12% yang vested interest-nya rendah yang setuju ikut demo. Jadi, sikap ekstrem dengan didasari vested interest yang kuat, akan lebih mudah berubah wujud menjadi suatu perbuatan atau perilaku, dibandingkan sikap dengan vested interest yang lemah atau yang tidak mengandung vested interest sama sekali. Misalnya, teman Anda menceritakan pengalaman yang menyenangkan dan memuji mobil barunya, kemudian bandingkan dengan pengalaman pribadi Anda dengan mobil bermerk yang sama dengan teman Anda. Menurut Anda mobil tersebut boros bensin, mesinnya suka mogok ketika melewati genangan air di jalan bila musim hujan, dan beberapa pengalaman pahit lainnya. Sampai di sini, sudah dapat diduga bahwa perilaku Anda berkenaan dengan mobil bermerk yang dibanggakan teman Anda, hampir dapat dipastikan mengikuti sikap dari pengalaman pribadi Anda sendiri daripada pengalaman teman Anda, bukan? Sikap yang terbentuk langsung melalui pengalaman pribadi lebih kuat atau lebih menetap daripada yang didapat orang secara tidak langsung melalui pengalaman oranglain.
Uraian di atas menggambarkan bahwa sikap dapat memengaruhi perilaku kuat dan lemahnya sikap bergantung pada ekstremitas dan pengalaman pribadi seseorang. (Petty & Krosnick, 1995). Konsistensi hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh: (1) kuat/lemahnya sikap yang dimiliki seseorang dan (2) faktor situasional yang dapat menghambat seseorang untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

KESIMPULAN
Keputusan untuk melakukan perilaku tertentu merupakan hasil dari proses yang rasional. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap dan perilaku, sehingga objek sikap yang dimaksud tidak lain adalah perilaku itu sendiri. Perilaku dalam teori perilaku beralasan, tidak menjelaskan mengenai perilaku yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh orang, meski ia mempunyai sikap yang positif terhadap perilaku yang dimaksud. Dalam teori planned behavior, Ajzen menambahkan satu lagi determinan perilaku, yang disebut sebagai perceived behavior control (PBC) atau kendali perilaku yang dipersepsikan.

REFERENSI

Plotnik, R. (2005). Introduction to Psychology. Seventh Edition. San Diego: Wadsworth.
Sarwono, S. W. (1991). Teori Psikologi Sosial. Raja Wali Press, Jakarta.
Wade, C & Travis, C. (2007). Psikologi. Edisi 9 Jilid 1 Jakarta: Penerbit Erlangga.



0 komentar:

Posting Komentar