HARUSKAH KITA TETAP BERTEMAN PADA ORANG
YANG MEMBENCI KITA?
Arundati Shinta
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Kebencian adalah emosi yang manusiawi, karena kita tentu
pernah merasa benci pada seseorang atau sesuatu. Persoalan gawat akan muncul
bila emosi kebencian itu disebarluaskan ke ranah publik. Kebencian yang
dipublikasikan itu akan menuai konflik dan kejahatan akan kemanusiaan. Bahkan kebencian
itu akan menyebabkan mala petaka kemanusiaan. Manusia yang mempunyai emosi
benci ini selalu mencari teman. Ia tidak pernah berani sendirian menentang
pihak yang dibencinya.
Bagaimana cara menjelaskan emosi benci dan kecenderungannya
mencari bala bantuan? Penjelasan tentang emosi benci ini dapat dijelaskan
melalui tahap-tahap kebencian, atau biasa disebut sebagai psikopatologi
kebencian. Semuanya ada tujuh tahap, yaitu:
- Pembenci mengelompok. Pembenci jarang menyendiri. Mereka akan mencari orang lain untuk menguatkan kebenciannya, mencegah introspeksi, dan meleburkan identitas pribadi guna mengurangi tanggung jawab.
- Penguatan identitas kelompok. Simbol, ritual, dan mitologi digunakan untuk membangun identitas kelompok sekaligus merendahkan atau mengisolasi target.
- Peremehan target kebencian. Sejalan dengan menguatnya citra diri kelompok, pembenci akan menyebar fitnah dan mengolok-olok secara lisan.
- Penghinaan sasaran kebencian. Untuk meningkatkan kadar kebncian terus-menerus, pembenci akan meningkatkan retorika atau tingkat kekerasan pernyataannya sehingga intensitas serangan ke target tetap tinggi. Hinaan dilakukan terbuka.
- Penyerangan tanpa senjata. Tahap ini menentukan apakah kebencian yang diungkapkan hanya sebatas kata-kata atau sudah mewujud dalam tindakan kekerasan. Pembenci kian agresif dan intimidasi yang dilakukan kian intensif.
- Penyerangan bersenjata. Serangan fisik ke target kebencian menggunakan benada-benda di sekitar hingga senjata api. Bisa juga diakukan dengan menyabotase kepentingan target kebencian. Semua tujuannya sama, menunjukkan dominasi atas target kebencian.
- Penghancuran target kebencian. Hancurnya target adalah tujuan kelompok pembenci. Kehancuran itu akan meningkatkan kepercayaan diri pembenci. Namun sejatinya, secara fisik dan psikologis, pembenci pun ikut hancur.
Apa saja hal-hal yang menjadi isi kebencian? Materi kebencian
itu menyangkut perbedaan ras, gender, orientasi seksual, suku, agama, atau
karakter kelompok lain. Hal ini juga terjadi pada Nazi Jerman. Materi kebencian
adalah segala sesuatu yang tidak dipunyai pembenci, namun hal itu justru menjadi
karakter bagi target kebencian. Sebagai contoh, seorang teman benci pada saya
karena saya dianggap sebagai orang yang sukses sedangkan ia adalah orang yang
tidak sukses.
Mengapa terjadi kebencian? Kebencian berhubungan dengan pola
pikir kronis atau menetap yang dimiliki. Individu memandang segala hal dari
sudut pandang negatif atau ancaman bahayanya. Ketidakmampuan melihat secara
obyektif ini memacu kekhawatiran. Individu merasa hidupnya terancam. Skema berpikir
yang negatif ini sering kali tidak disadari oleh pelaku.
Akar permasalahan dari rasa benci ini adalah pada pengasuhan
atau pengalaman masa kecil. Orang-orang semenjak kecil terpapar dan terbiasa
menerima hinaan, cacian, kata-kata merendahkan, atau tidak dihargai, cenderung
menjadi individu yang berpandangan negatif. Ia tidak bisa berpikir secara
objektif. Ia hanya bisa menerima informasi yang disukai atau ingin dilihatnya. Selain
informasi seperti itu, dianggap salah.
Sumber kebencian lain adalah politik, bukan perilaku permusuhan
bawaan kepribadian seseorang. Situasi politik mengubah sifat alamaiah otak,
menyeret sebagian orang apda arus kebencian. Secara alamiah, otak manusia
menghindari kebencian. Karakter otak ialah menyukai kesenangan dan menghindari hal-hal
yang tidak menyenanngkan. Oleh karena kebencian itu tidak menyenangkan, maka
sesungguhnya manusia itu tidak suka membenci. Kebencian juga menguras energi
otak. Hal itu membuat otak tumpul dan tidak bisa berpikir tajam. Akibatnya,
orang yang dikuasai emosi kebencian akan sulit berpikir dan bertindak adil.
Apa hubungan antara emosi benci dan kelompok? Ketika individu-individu
yang mempunyai emosi benci berkelompok, maka cara berpikir yang kronis menjadi
ciri kelompok tersebut. Identitas kebencian menjadi kental dan membuat cara
berpikir mereka terpolarisasi dengan kelompok lain. Jika pesan kebencian dari
pimpinan kelompok disampaikan berulang-ulang, maka realitas yang dipahami ketua
kelompok akan menjadi realitas kelompok. Akibatnya mereka menjadi tidak kritis
terhadap situasi kelompok, sehingga kelompoknya sendiri menjadi paling benar
sedangkan kelompok lain salah.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat kolektif, yaitu senang
berkelompok. Mereka tidak percaya pada penilaian dari diri sendiri, namun
mereka lebih percaya pada penilaian dari orang lain. Apalagi bila penilaian itu
berasal dari pihak mayoritas, maka hal itu dianggap sebagai kebenaran mutlak. Terjadilah
kebencian massal pada suatu hal / orang tertentu. Kesukaan seseorang pada
penyebar kebencian akan menyebabkan individu juga menyebarkan kebencian yang
sama. Sebaliknya, ujaran positif dari orang yang dibenci bisa melahirkan
kebencian. Pembenci memandang seseorang bukan atas apa yang dibicarakannya
tetapi siapa yang membicarakannya. Istilahnya adalah the singer, not the song. Jadi
apa pun yang disuarakan target kebencian maka akan selalu dilihat sebagai hal
yang negatif. Padahal mungkin saja hal-hal yang disuarakan itu adalah hal-hal
positif. Kelompok yang menjadi target kebencian tidak akan pernah benar.
Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi emosi benci ini?
Emosi benci ini amat cepat menular, dan bisa terjadi secara massif. Oleh karena
itu kebebasan berbicara khususnya yang menyangkut kebencian, harus dibatasi. Kalau
perlu, negara harus hadir untuk mencegah eskalasi kebencian ini.
Hal-hal positif dari artikel itu adalah bahwa kita menjadi
memahami bahwa pembenci itu selalu mencari bala bantuan. Ia tidak berani
sendirian dan terang-terangan mengutarakan kebencian. Sedihnya adalah
orang-orang yang diajak untuk membenci kita sering kali tidak menyadari bahwa
ia telah dimanipulasi oleh pembenci itu. Pembenci tentu saja akan mengatakan
hal-hal buruk tentang kita sebagai umpan. Orang-orang yang membanci kita
menjadi bersatu karena memakan umpan yang sama lezatnya.
Hal-hal negatif / kekurangan dari artikel itu adalah tidak
menjelaskan tentang langkah-langkah yang bisa dilakukan kita bila menghadapi
teman sendiri sebagai pembenci. Pembaca menjadi harus menebak-nebak tentang
langkah-langkah yang bisa dilakukan agar hidup menjadi nyaman karena bebas dari
gangguan pembenci itu.
Jadi apa yang harus dilakukan, bila teman kita sendiri ternyata
membenci kita dan ia secara aktif menyebarkan ujaran negatif tentang kita? Apa pun
yang kita lakukan, akan selalu dipandang negatif olehnya. Tidak ada yang benar
di matanya, karena kita dianggap sebagai sumber yang menyerangnya. Motifnya adalah
ia iri kepada kita. Bersikap mengalah dan berkompromi kepada pembenci nampaknya
jauh dari kamus kita. Cara yang mungkin bisa dilakukan adalah kebencian-kebencian
itu dijawab dengan kerja, kerja, dan kerja. Bahkan kalau bisa kerja itu berbuah
dengan prestasi. Prestasi adalah cara tepat membungkam kebencian itu.
Sumber tulisan:
0 komentar:
Posting Komentar