Nasehat Ibu
Oleh: Naufal Afif AM
Ibu
adalah sosok yang sangatlah istimewa. Lewat perantara ibulah kita terlahir di
dunia. kasih sayang ibu sudah ada pada saat kita dalam kandungan. Memberikan kita makan lewat apa yang ibu makan. Pada saat malam, ibu tidak bisa tidur
karna selalu memikirkan kita yang ada didalam kandungannya. Sungguh besar
jasanya.
Begitupun
saat kita sudah dilahirkan, ibu merawat kita dengan kasih sayang yang begitu
besar. Menyusui kita, saat kita menangis kelaparan. Mengganti popok saat
kita, saat kita menangis tidak nyaman karena kencing semalan. Tak jarang ibu sering
terbangun dimalam hari, hanya demi memastikan kita tidur nyenyak di kasur yang
empuk.
Atas
alasan itulah kita seharusnya menyayangi ibu. Tidak berkata-kata yang kasar terhadapnya.
Tidak membuatnya menderita lantaran kenakalan kita. Tidak membuatnya marah
lantaran kita yang menuntut ini-itu padanya.
Saya
menanamkan di lubuk hati yang paling dalam, bahwa sudah seharusnya saya membalas
semua jasanya. Meski sampai kapanpun jasanya tidak akan pernah terbalaskan,
setidaknya saya sudah berusaha membalasnya, dari pada tidak sama sekali.
Teringat
kejadian beberapa waktu yang lalu. Disaat saya mempunyai rencana untuk berhenti
dari kampus Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta dan rencana pindah ke
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tentunya lantaran beberapa alasan yang tida
bisa saya sebutkan disini.
Akhirnya saya pun mengutarakan maksud Saya untuk
pindah kampus ke kedua orang orang tua saya yang kemudian mereka menyepakati
maksud saya itu. Singkaat cerita, saya mengikuti ujian Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN) di Kampus Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarata dan Behasil Lolos di UIN Sunan Kalijaga.
Awalnya
saya sangat gembira karena lolos SBMPTN. Pada saat selesai sholat maghrib
berjama’ah di masjid, ketika saya sekeluarga biasa menghabiskan waktu sampai
sholat isha, saya pun memberitahu kedua orang tua saya bahwa berhasil lolos
masuk di UIN Sunan Kalijaga. Namun, saya mendapat jawaban yang mengejudkan dari
ibu saya, yang berkata ;
“Sebenarnya
ibu mau kamu tetap melanjutkan di UP’45 yogyakarta, Nak’.”
“Eman
waktu yang akan terbuang sia-sia, kalau kamu harus mengulang kuliah dari awal
lagi.”
Deg,
saya terdiam sesaat. Mencoba memahami perkataan ibu tadi.
Sejurus
kemudia, akhirnya saya sadar bahwa seharusnya saya mematuhi apa yang di
nasehati oleh ibu. Tidak lantas hanya mementingkan ego saya sendiri untuk pindah
kampus ke UIN Sunan Kalijaga. Siapa tau dengan mengikuti nasehat ibu, Allah
bersama kita. Allah akan memberikan anugerah terindahNya jika kita berada di
jalan kerido’anNya. Bukankah sudah jelas bahwa rhido Allah ada pada ridho kedua
orang tua. Terlebih kerido’an tersebut datangnya dari seorang ibu.
Sekian
tulisan ini, mudah-mudahan ada sedikit pelajaran yang bisa diambil bagi pembaca
sekalian. Amiin
0 komentar:
Posting Komentar