Kesempatan
Kedua Dari Tuhan Membuatku Bangga Sebagai Ibu
OLEH
:
IRNANINGSIH
FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
Kesempatan
Kedua Dari Tuhan Membuatku Bangga Sebagai Ibu
Senyum yang terlihat ini
sangat berarti dan tak ternilai harganya, kami terlihat kompak dan sangat
menikmati kebersamaan kami. Sebagai seorang ibu, aku tidak ingin melewatkan
setiap detik kebersamaanku dengan sang buah hati. 7 tahun sudah sosok mungil
itu kini melenggang dan memberi banyak tawa padaku dan suamiku. Kami berdua
sangat menghargai kebersamaan bersama buah cinta kami. Karena aku yakin sebelum
ia mengepakkan sayapnya dan mencari masa depannya, aku dan suamiku harus
mengukir masa kecilnya dengan pengalaman yang indah, yang mendidik kemandirian,
yang mendukung kepercayaannya pada lingkungan, dan memberi kepercayaan diri
yang berkarakter.
Naura......itulah sosok
cantik, buah cinta pertama kami sejak pernikahan kami tahun 2007 lalu.
Pendampingan yang demokratis yang kami lakukan saat ini bukan tanpa alasan,
selain karena kami ingin menanamkan pendidikan karakter untuk membekali masa
selanjutnya kami juga punya alasan tersendiri yang sangat pribadi yaitu bahwa
pendampingan ini adalah kesempatan kedua yang Tuhan berikan kepada kami.
Kesempatan kedua.....? ya
kesempatan kedua! 7 tahun lalu ketika Naura berusia 40 hari tiba-tiba Ia
mengalami kejang, tanpa jatuh ataupun demam. Malam itu tepatnya pukul 23.00
wib, Naura kejang dengan kondisi penglihatan juling. Kami langsung membawanya ke
dokter. Penanganan pertama di lakukan oleh dokter spesialis anak RS Rajawali
Bandung, namun kondisi Naura tidak ada tanda-tanda membaik. Kemudian setelah
cek darah, Naura kehabisan darah dan hemoglobinnya tinggal 3 saja, Sedangkan
untuk ukuran orang dewasa saja 3 umumnya sudah tidak kuat dan nyaris meninggal.
Setelah jam 2 pagi di lakukan transfusi darah, hb-nya mulai bertambah, namun
kejang tidak jua berhenti. Sampai 8 hari berlalu kondisi Naura tak kunjung
membaik.
Setiap detik aku dan suami tak
henti berdoa,melantunkan ayat-ayat Al-Quran, namun kondisi Naura tak juga ada
perubahan. Semua orang mengharap keikhlasanku sebagai seorang ibu untuk
melepaskan dan mengikhlaskan Naura kecil kembali ke pangkuan sang Kholiq. Dalam
benakku terfikir bahwa Tuhan belum percaya padaku sebagai sosok Ibu yang baik
untuk Naura. Pikiran itu berkali-kali terlintas dalam benakku. Namun aku tak
mau menyerah, aku masih tetap berharap melalui doa-doaku bahwa aku layak dan
mampu menjadi ibu yang baik. Aku masih berharap ada keajaiban dari Tuhan.
Dan.....Ketika 6 orang dokter
telah berputus asa mendeteksi penyakit yang di alami Naura, tiba-tiba di hari
ke-10 Naura sadar dan terus menatap mataku sambil bercucuran air matanya. Aku
terheran melihat anak seusia 40 hari mampu berlinang air mata. Tanpa berfikir
lagi, aku langsung memeluknya dan memberinya ASI. Dokterpun takjub menyaksikan
keajaiban ini. Tuhan ternyata masih memberi kesempatan padaku untuk menjadi
seorang ibu yang baik. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.
Sejak saat itu aku selalu menikmati
setiap detik kebersamaanku bersama Naura. Aku selalu memperhatikan perkembangan
motoriknya, bahasanya ketika ia mulai berceloteh, dan perkembangan emosinya.
Sebelum Ia menjadi malaikat bersayap, aku ingin mengisi masa kecilnya dengan
dukungan dan pendidikan berkarakter yang akan membekali ia ketika ia mulai
mengepakkan sayapnya menjelajah dunia ini. Saat ini aku sangat menikmati
peranku sebagai seorang ibu, aku membebaskan ia untuk berkreasi dan
mengembangkan potensi, aku tidak pernah memaksa sesuatu yang tidak ia sukai dan
aku juga merasa bangga ketika Naura berkata “ mama tidak hanya sebagai
ibuku, tapi juga sebagai temanku, dan...aku ingin seperti mama “
Sebuah kalimat
yang mendalam dan berarti yang membuat aku bangga sebagai seorang ibu.
0 komentar:
Posting Komentar