Pesan-pesan Dimasa Lalu Dari Orangtuaku
Tri Jumiati
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Namaku
Tri Jumiati, aku lahir pada 30 Agustus 1996. Aku adalah anak kedua dari tiga
bersudara, aku memiliki kakak laki-laki dan adik perempuan. Usia kami bertiga
tidak terpaut jauh, hanya berbeda 3 dan 2 tahun saja. Kami bertiga bisa
dikatakan sebagai saudara sedarah yang tidak pernah akur, karena setiap harinya
pasti akan ada yang akan kami perdebatkan yang akhirnya akan membuat kami
bertiga bertengkar. Ibu selalu marah ketika melihat kami bertiga bertengkar,
jika diantara aku dan adikku ada yang menangis, maka ibu selalu berpikir bahwa
kakakku yang salah dan akhirnya ibu pun akan memarahinya.
Tahun
demi tahun telah terlewati, dan suatu ketika kakak harus pergi ke Klaten, Jawa
Tengah untuk melanjutkan sekolah menengah kejuruan (SMK), di rumah hanya ada
aku, adikku dan kedua orangtuaku. Meskipun begitu, rumah tetap tidak pernah
sepi karena aku dan adikku masih saja sering memperdebatkan suatu masalah yang
tidak penting. Ibuku masih sama, masih suka marah ketika melihat anak-anaknya
bertengkar dan ibu selalu memarahi kami berdua. Tidak hanya itu, ibu juga
selalu menerapkan disiplin waktu dan selalu meminta kami untuk memanfaatkan
waktu dengan sebaik-baiknya.
Setiap
kami pulang sekolah, ayah dan ibu selalu menunggu kami sambil menonton televisi
atau sambil mendengarkan radio. Ayah dan ibu selalu menerapkan kedisplinan
kepada anak-anaknya, dan tidak suka
dengan anak yang manja dan pemalas. Selain itu ibu juga termasuk orang yang
protektif. Mengapa begitu? Karena ketika aku dan adikku sudah sampai rumah
sepulang sekolah, ibu langsung meminta kami untuk berganti baju lalu makan
siang, dan jika salah satu diantara kami berdua ada yang tidak mau makan maka ibu
akan marah dan berpikir bahwa kami sudah kenyang karena kebanyakan jajan. Setelah makan siang, ibu selalu mengajukan
banyak pertanyaan kepada kami berdua, diantaranya adalah: (1) Telat apa gak
tadi masuknya?, (2) Belajar apa aja tadi di sekolah?, (3) Ada pr (pekerjaan
rumah) apa gak?, kalau ada dikerjakan dulu baru main sama teman-temannya, (4) Jajan
apa aja tadi di sekolah?, Jadi orang itu jangan pada suka jajan, mulai dari
sekarang itu harus nabung biar punya tabungan. Dan (5) Gimana tadi di sekolah?,
itu adalah sebagian dari pertanyaan yang selalu muncul setiap kami pulang
sekolah.
Ketika
hari sabtu tiba, aku dan adikku merasa bahwa itu adalah hari yang sangat
melelahkan bagi kami. Mengapa demikian?, karena setiap hari sabtu kami berdua
merasa waktu bermain berkurang, setiap sepulang sekolah kami berdua selalu mempunyai tugas masing-masing yaitu
harus mencuci sepatu, kaos kaki, baju sekolah dan mungkin tas, jika tas kami kelihatan
kotor. Ibu akan marah kalau kami tidak mau mencuci itu semua, karena ibu tidak
suka dengan anak yang gak peduli dengan kebersihan. Tidak hanya itu, setiap
hari minggu kami berdua juga sudah diberi tugas masing-masing, yaitu aku
mengerjakan pekerjaan rumah, dan adikku memasak. Semua itu berjalan sampai pada
akhirnya aku lulus SMA dan harus berpisah dengan adik sekaligus kedua
orangtuaku, karena aku harus kuliah di
Yogyakarta dan tinggal di Klaten bersama paman.
Pada
akhirnya hampir 3 tahun berlalu, aku sangat merindukan saat-saat dimana aku
dimarahi oleh ibuku hanya karena masalah sepele yang terkadang gak perlu
dipermasalahkan, merindukan saat–saat dimana aku dimarahi ibu karena dipaksa
untuk makan siang sepulang sekolah, bahkan aku juga merindukan disaat aku
bertengkar dengan adikku. Ketika aku merindukan meraka aku selalu mengingat
pesan-pesan ayah dan ibuku.
Ayah
dan ibuku pernah berpesan, dan aku masih ingat pesan itu “(1) Kalau berteman
itu jangan pilih-pilih, semua temannya ya di temanin jangan sampai beda-bedain
teman, karena sebenarnya kita itu semuanya sama, ada sisi baik dan sisi buruk. (2)
Selama kalian bisa bantu, kalau ada teman atau orang lain yang butuh bantuan ya
di bantu, karena kalau kita berbuat baik itu pasti gak akan ada ruginya. (3) Jadi
orang itu harus jujur, rajin, disiplin,
harus bisa menghargai orang lain, jadi orang itu jangan boros, dan jangan suka
jajan, dan (4) Yang paling penting jangan pernah meninggalkan apa yang sudah
menjadi keputusan, kebutuhan, kewajiban dan tanggungjawabmu."
Pada
akhirnya, saat ini aku sadar bahwa apa yang diajarkan oleh ayah dan ibuku dulu
sangat bermanfaat untuk masa depanku dan semua itu mereka lakukan juga demi
kebaikanku, meskipun dulu aku sering marah dan berdebat dengan ibuku, tetapi
sekarang aku sudah menyadarinya dan saat ini aku sangat merindukan semua yang
berhubungan dengan ayah dan ibuku.
0 komentar:
Posting Komentar