Fadli Amin
Fakultas Psikologi
Kuliah Di Kedokteran , Mendulang Sukses Di Bisnis Cuci Sepatu
Berawal dari membuka jasa cuci
sepatu di emperan kos-kosan, Tirta Air Mandira Hudhi (25) kini berhasil
memiliki 19 gerai di beberapa kota di Indonesia, termasuk di Singapura.
Bahkan,
berkat gerai cuci sepatu yang diberinya nama "Shoes And Care" ini,
Tirta mendapat penghargaan dari Google.
Sejak
kecil, Tirta Air Mandira Hudhi bercita-cita menjadi seorang dokter. Setelah
lulus SMA, pria kelahiran Karanganyar, 30 Juli 1991, ini lantas meneruskan
studinya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Kuliah
di Fakultas Kedokteran UGM tak semulus yang diperkirakan. Meski biaya kuliah di
UGM saat itu terbilang masih sangat murah, namun ia harus memutar otak demi
bisa membeli buku-buku medis yang harganya mahal. Ditambah ia harus mencukupi
kebutuhan hidup sehari-hari di Yogyakarta.
"Pada
waktu itu yang menjadi problem adalah membeli electronic book, buku-buku
medis yang harganya mahal. Saya tidak ingin merepotkan orangtua dengan
mengandalkan uang saku, jadi bertekad mencari uang sendiri," ucap Tirta
saat ditemui Kompas.com di gerai Shoes and Care miliknya di Jalan
Cendrawasih Demangan, Sleman, Selasa (31/05/2016).
Makan
roti basi
Dari
tekad untuk mencari uang tambahan itulah akhirnya Tirta membuat usaha mulai
dari bidang informasi dan teknologi (IT) sampai fashion. Semuanya
dipasarkan dengan basic online. Namun usaha yang dirintisnya itu malah
bangkrut.
"Tahun
2010 saya juga buka usaha jual beli sepatu, dan justru di situ juga
gagal," katanya.
Kegagalan
dalam membuka usaha itu membuatnya benar-benar tidak memiliki uang lagi. Bahkan
Tirta terpaksa harus makan roti basi karena saking tidak ada uang untuk hidup.
"Benar-benar
tidak ada uang, seminggu saya makan roti basi. Saya merefleksikan diri, apa
yang salah dengan usaha itu, kenapa sampai gagal," tuturnya.
Dalam
keterpurukannya itu, Tirta teringat masih memiliki sepatu-sepatu bekas. Sepatu
itu ia kumpulkan dan dibersihkan. Setelah bersih, sepatu bekas itu lantas
dijualnya.
"Uang
itu yang menjadi tambahan untuk hidup saya di saat terpuruk. Lumayan bisa untuk
menyambung hidup, tapi saya saat itu memutuskan belum membuka usaha lagi,"
tandasnya.
Sumber
; Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma. Kompas ,1 juni 2016
kritik;
Artikel tersebut menjelaskan bahwa memang jalan rezeki manusia tidak di atur dari sebuah Jurusan yang kita ambil di masa kuliah, Namun Justru Kesuksesan tersebut diraihnya dari serangkaian macam kegagalan usaha yang pernah di alaminya . Artikel tersebut juga sangat menginspirasi , bahwa kegagalan dalam merintis usaha tidak akan membuat jiwa kita langsung merasa putus asa, dengan kesabaran dan kerja keras maka kesuksesan pasti akan diraih.
0 komentar:
Posting Komentar