31.10.16

RESENSI ARTIKEL : PENDEWASAAN YANG BERBUAH PRESTASI

RESENSI ARTIKEL : PENDEWASAAN YANG BERBUAH PRESTASI
Chusnul Rizatul Untsa
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Musim balapan MotoGP 2015 yang berakhir dengan kegagalan bahkan cercaan menjadi pelajaran penting untuk Marc Marquez. Pebalap 23 tahun andalan tim Repsol Honda kemudian mengikuti berbagai saran dan mengubah mentalitas dirinya sehingga menjadi sosok yang lebih dewasa. Sebagai hasilnya ia menjadi juara MotoGP 2016. Gelar juara dunia ketiga kalinya di kelas premier ini menjadi hadiah atas kedewasaan diri Marquez. Marquez menyadari bahwa tahun – tahun sebelumnya ia melakukan banyak kesalahan sehingga dia tidak bisa bertarung memenangi kejuaraan. Namun tahun ini ia mencoba lebih tenang dalam menghadapi segala situasi dan menyelesaikan pertandingan.
Para pecinta MotoGP pasti ingat bagaimana musim 2015 menjadi musim yang menyedihkan bagi Marquez bahwa ia bukan hanya kehilangan gelar juara dunia yang diraihnya pada musim 2014, melainkan juga menjadi bahan cecaan karna perselisihannya dengan pebalap kawakan Valentino Rossi. Konflik itu benar – benar merusak hubungan baik keduanya. Ketegangan diantara mereka belum pulih hingga enam seri balapan berlangsung. Marquez yang masa kecilnya mengidolakan Rossi menjelaskan untuk saat ini hubungan mereka lebih profesional dan mereka sudah berjabat tangan.
                Marquez menyadari motornya tertinggal dari para pesaing karena kesulitan beradaptasi dengan sistem elektronik dengan pilihan ban yang baru. Dengan kerja kerasa dan secara bertahap bangkit lebih kuat, dan juga berkompromi dengan beberapa perangkat elektronik yang baru. Pebalap cerdas dan pantang menyerah ini tetap tidak menyangka bisa meraih gelar juara dunia MotoGP ketiga kalinya dalam waktu empat tahun kiprahnya dalam waktu empat tahun kiprahnya di MotoGP.
                Pesan Marquez kepada para pebalap muda dan calon pebalap sederhana perlu meyakini diri mereka sendiri serta berusaha menemukan dan menjalani mimpi mereka. Namun yang terpenting adalah mentalitas, percaya dengan kemampuan sendiri, mau belajar dan bekerja keras, dan benar – benar mencintai sepeda motor. Jika itu semua dipenuhi, hal – hal lain akan menjadi lebih mudah.

Sumber :

Priyombodo, (2016), Pendewasaan yang Berbuah Prestasi. Kompas 27 Oktober, hal 16

0 komentar:

Posting Komentar