Ringkasan Artikel : Tawaran Protein
Rekombinan dari Tanaman Tembakau
Antoni
Firdaus
Fakultas
Psikolgi
Tanaman
tembakau yang telah melalui rekayasa bioteknologi mampu menghasilkan protein
rekombinan yang bermanfaat sebagai bahan baku obat hingga energi. Upaya itu
diharapkan menjadi alternatif petani tembakau yang selama ini dirugikan tata
niaga tembakau.Selama ini, belum ada yang berusaha memproduksi protein
rekombinan dari tanaman. Yang banyak, produksi protein rekombinan dari mikroba,
sel hewan, atau sel manusia. “Padahal, Indonesia kaya sumber daya hayati
tanaman,” kata Rektor Universitas Teknologi Sumbawa Arief Budi Witarto dalam
lokakarya “Politik Ekonomi Tembakau Menuntut Gerakan Lebih Aktif”, yang
diadakan Pusat Kajian Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Sabtu (21/11), di Jakarta.
Menurut
Arief, mantan peneliti bioteknologi LIPI, penggunaan tembakau sebagai penghasil
protein punya banyak kelebihan, yakni lebih ramah lingkungan, padat karya
karena melibatkan petani tembakau, jaminan halal dibanding produksi protein
rekombinan dari bahan lain, biaya produksi lebih murah, dan mengurangi
ketergantungan impor bahan obat.
“Dalam
simulasi penelitian protein rekombinan untuk pembuatan insulin saja, keuntungan
yang bisa diperoleh petani tembakau bisa empat kali lipat dibanding jika
tembakau dijual ke pabrik rokok,” tutur Arief. Ia menyeleksi 20 jenis tembakau
dari beberapa sentra penghasil tembakau di Indonesia. Hasilnya, tembakau jenis
gobir kemloko asal Temanggung, Jawa Tengah, paling bagus digunakan untuk
rekayasa genetika sehingga bisa menghasilkan protein.
Prosesnya,
setelah memurnikan tembakau dan mengultur jaringan, Arief memasukkan DNA
penyandi protein obat dibantu bakteri ke dalam genom DNA sel tembakau. Setelah
tembakau dengan DNA penyandi obat diperoleh, tembakau itu dikultur jaringan dan
ditanam. Saat ini, penelitian baru menghasilkan prototipe tembakau penghasil
protein. “Belum dikembangkan lebih lanjut ke produksi obat,” ucapnya.
Guru
Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat UI Hasbullah Thabrany mengatakan, rekayasa
genetika menjadikan tembakau penghasil protein untuk obat adalah terobosan yang
patut dikembangkan. Jika ingin membela nasib petani tembakau, ujarnya,
pemerintah perlu memberikan dukungan pada penelitian itu. Inovasi tembakau
penghasil protein itu salah satu solusi yang ditawarkan dalam pengendalian
tembakau bagi petani tembakau. Solusi lain yang dinilai jalan tengah ialah
menaikkan cukai rokok setinggi-tingginya, tak dibatasi 57 persen seperti
sekarang. Dengan harga tinggi, produksi rokok akan lebih terkendali. Wakil
Ketua Lembaga Demografi UI Abdillah Ahsan menambahkan, seharusnya cukai rokok
dinaikkan hingga 80 persen, seperti cukai pada minuman beralkohol. Keduanya
berdampak buruk pada kesehatan. (ADH)
Sumber : Kompas, 23 November 2015, di halaman 13.
0 komentar:
Posting Komentar