23.6.16

Mahasiswa atau Pemulung ?


Sampah dan Mahasiswa Psikologi Lingkungan

Chusnul Rizatul Unsya
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

               
              

  Sampah dari dulu selalu menjadi sumber permasalahan yang menuntut banyak solusi untuk menanganinya. Bukan hanya di rumah , sekolah atau kantor. Sampah selalu menjadi masalah. Karna dimana ada manusia selalu terdapat sampah. Oleh karena itu penyelesaian yang di ciptakan haruslah sangat efektif dan bijak. Sampah sendiri dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik ialah sampah yang bisa membaur kembali, sedangkan sampah non organik yaitu sampah yang terbuat dari bahan kimia sehingga tidak dapat dibaurkan dengan tanah. Sampah non organik ini yang lebih rumit permasalahannya karna pabrik kemasan tidak pernah berhenti memproduksi bakal sampah organik. Yang berarti sampah non organik juga akan terus meningkat.
                Sebagai mahasiswa psikologi lingkungan saya dengan teman – teman fakultas psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta di tuntut untuk menjadi nasabah bank sampah. Bank sampah ini adalah sebuah program yang dilakukan masyarakat daerah kauman Yogyakarta untuk mengatasi permasalahan sampah non organik. Disana kita bisa menabung sampah berupa botol bekas dan kertas. Hal ini bahkan menjadi syarat mutlak mahasiswa untuk mengikuti UAS yang di berikan oleh dosen kami DR. Arundati Shinta. Beliau terbilang memaksa kami untuk menekuni kegiatan menjadi bank sampah setiap seminggu sekali. Namun pada akhirnya saya menyadari bahwa yang awalnya terpakasa jika dilakukan terus menerus akan menjadi terbiasa. Meski masih terasa sangat sulit membagi waktu dengan pekerjaan yang sering bentrok dengan jam buka bank sampah. Tapi kami mensiasatinya dengan bantu membantu, saling bergantian untuk dititipi. Hal ini meringankan kami, dengan begitu kebiasaan kami mengumpulkan botol bekas tetap tersalurkan dengan positif


                Setiap hari kami mulai memiliki mind set yang berubah. Misal jika selama ini kita cuek melihat botol bekas tergeletak, sekarang yang ada di pikiran kita ketika melihat botol bekas ialah bank  sampah. Selain kita dapat melesatarikan lingkungan dengan mengurangi limbah botol di sekitar kita, kita juga mendapat tabungan uang dari bank sampah hasil dari barang – barang bekas yang kita setorkan setiap minggu. Tidak banyak memang, namun suatu kepuasan tersendiri jika hal yang menjadi limbah dan tidak berharga bisa kita tukarkan dengan nilai rupiah dan pelajaran akan pentingnya menjaga kebersihan.





0 komentar:

Posting Komentar