Manik Muthmain
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
TRIBUNJOGJA, SLEMAN - Pemerintah yang
telah membatasi peredaran iklan rokok di masyarakat, tidak membuat hilang akal
perusahaan rokok untuk memasarkan produknya. Mereka menggunakan cara-cara yang
halus yakni melalui program sponsorship dan bantuan sosial (CSR).Dosen asal
Universitas Edinburgh Napier Inggris, Dr. Nathalia Tjandra melakukan riset
tentang etika pemasaran rokok di Indonesia dengan mengambil sampel dari
masyarakat Yogyakarta. "Cara-cara halus seperti itu sulit dideteksi
sebagai iklan yang berpengaruh bagi pemerintah sehingga sulit untuk dihentikan.
Namun pengaruhnya nyata terutama saat ini perusahaan rokok memang mengincar rokok
pemula atau anak-anak," ujar Nathalia kepada Tribun Jogja, Senin
(6/6/2016).
Memperingati
Hari Tanpa Tembakau, Fakultas Kedokteran UGM mengundang Nathalia untuk
mempresentasikan risetnya tentang etika pemasaran rokok tersebut. Nathalia
menjelaskan efek cara halus tersebut nyata. Responden penelitian mengungkapkan,
walaupun tidak merokok namun saat sudah dewasa ingin merokok seperti idola
atlit bulutangkis yang disponsori sebuah perusahaan rokok. Selain itu, fakta
penelitian mengungkapkan bahwa promosi perusahaan rokok saat ini berfokus pada
anak kecil atau perokok pemula.
"Responden
dewasa sudah tidak terpengaruh dengan iklan rokok. Mereka yakin bahwa iklan rokok
ditujukan bagi anak kecil karena iklan rokok
mengusung ikon maskulin dan keren sehingga ingin ditiru anak-anak," tutur
Nathalia. Menurutnya, Pemerintah Indonesia belum serius dalam menangangi
peradaran rokok. Pemerintah seolah terjebak pada keuntungan devisa negara yang
besar dari perusahaa rokok.
Sumber : Tribun Jogja | Rabu, 08 Juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar