22.6.16

Ringkasan Artikel : Dwi "Penyu", Perempuan Pejuang Konservasi dari Kalbar



Sri Mulyaningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi ‘45

Penyu adalah satwa unik yang memiliki siklus kehidupan yang rumit dengan proses perkembangbiakan yang sangat lambat. Siklus bertelur penyu antara 2 – 8 tahun sekali. Telur akan menetas setelah 55 – 57 hari. Sejak ditetaskan, tukik (anak penyu) sudah harus mengalami serangkaian proses yang harus mereka jalani sendiri untuk menjalani proses kehidupan. Tukik yang menetas harus segera merangkak dan berenang ke laut untuk menghindari predator darat seperti anjing, kucing, biawak, elang dan kepiting. Di laut lepas, mereka akan menghadapi predator lainnya seperti anak hiu dan gurita. Dari 100 tukik yang menetas hanya ada satu yang mampu bertahan menjadi penyu dewasa. Disamping faktor alam, populasi penyu juga mendekati kepunahan akibat ulah manusia yang melakukan perburuan penyu dewasa dan penjualan telur penyu secara ilegal.

Ancaman kepunahannya membuat pemerhati lingkungan membuat program konservasi diberbagai pantai di Indonesia. Salah seorang permerhati penyu yang dikenal banyak orang adalah Dwi Suprapti. Sosok Dwi, tak jauh beda dengan perempuan Indonesia lainnya. Tapi siapa sangka, perempuan asal Kota Singkawang, Kalimantan Barat ini sangat aktif dalam kegiatan konservasi perlindungan hewan khususnya spesies laut dilindungi di Indonesia.
Lahir di Kota Singkawang, 32 tahun silam, perempuan bernama lengkap Dwi Suprapti ini merupakan alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Bali. Sejak kuliah, tepatnya 12 tahun lalu, Dwi ‘Penyu’ sapaan akrabnya, sudah jatuh cinta dengan penyu, spesies laut bercangkang keras. Maka tak heran, perempuan yang tergolong unik sering kali dipanggil dengan sebutan Dwi Penyu.


Saking jatuh cintanya dengan penyu, Dwi selalu mengait-ngaitkan persoalan apapun dengan satwa purba laut itu. Bahkan, dalam skripsi dan thesisnya, perempuan yang kini menjabat sebagai Marine Species Conservation Coordinator WWF-Indonesia ini mengangkat tentang Penyu khususnya di bidang Seks Rasio.

Sebagai ahli penyu, Dwi mengawali karirnya bersama WWF Indonesia dengan jabatan ‘Turtle Officer’. Berbagai kegiatan dia lakukan dalam menjalankan tugasnya di WWF terkait upaya konservasi penyu, dimulai dari penelitian penyu, sosialisasi, kampanye hingga investigasi ancaman terhadap penyu baik akibat perburuan maupun perdagangan.

Tak Jarang Dwi juga terlibat didalam advokasi penegakan hukum. Atas peranannya tersebut tak jarang Dwi mendapatkan teror, ancaman bahkan dimusuhi oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam lingkaran perdagangan derivat penyu yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi tersebut.
Peranannya yang cukup aktif dibidang konservasi Penyu bahkan ia bawa hingga ke tingkat internasional. Dwi cukup aktif menyuarakan tentang hasil-hasil penelitiannya terhadap penyu misalnya pada pertemuan-pertemuan Internasional seperti Sulu Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) Workshop, World Ocean Conference (WOC) bahkan International Sea Turtle Symposium (ISTS) yang telah membawanya hingga ke Baltimore, USA.

Melihat prestasi kinerjanya dan langkanya profesi Dokter Hewan yang aktif di bidang Konservasi satwa akuatik, Dwi kini dipercaya oleh WWF Indonesia sebagai Koordinator Nasional untuk Konservasi Spesies Laut khususnya Megafauna Aquatik.

Tak hanya penyu, Dwi kini harus terjun ke lapangan untuk menangani dugong, pesut, lumba-lumba, paus, hingga Hiu Paus. Mulai dari survei hingga penanganan terdampar dalam kondisi hidup maupun pasca kematian. Bahkan tak jarang kehadiran Dwi diperlukan sebagai tenaga forensik veteriner untuk menginvestigasi penyebab kematian satwa melalui upaya bedah bangkai (nekropsi), diantaranya pengalaman yang paling terkesan olehnya adalah nekropsi Hiu Paus yang mati di kanal PLTU Paiton.

Berkat pengalamannya, kini Dwi dipercaya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai Trainer Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Indonesia. Sebagai negara maritim, potensi terdamparnya mamalia laut di Indonesia sangat tinggi.

Ia telah memberikan pelatihan teknis kepada lebih dari 500 orang mulai dari Sumatera hingga Papua. Pelatihan tersebut sebagai upaya untuk membentuk First Responder yang siap menjadi ujung tombak penanganan mamalia laut terdampar di berbagai lokasi di Indonesia secara cepat dan tepat.

Selain itu, Dwi turut berpartisipasi aktif bersama KKP dalam penyusunan Dokumen Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Spesies Laut periode 2016-2020 serta penerbitan buku-buku panduan teknis monitoring maupun penanganan satwa laut. Dwi berharap peran aktifnya di bidang Megafauna Akuatik ini dapat bermanfaat baik bagi Indonesia maupun lingkungan secara umum.

Sumber : YKI,(2016), Dwi "Penyu", Perempuan Pejuang Konservasi dari Kalbar, Kompas 9 Maret 2016





0 komentar:

Posting Komentar