Ringkasan Artikel : Pola
Kebakaran Bervariasi
Antoni
Firdaus
Fakultas
Psikolgi
Jejak
kebakaran hutan dan lahan menunjukkan pola bervariasi. Itu bisa menunjukkan
motif dan pelakunya. Temuan itu sekaligus bisa jadi bukti penguat penegakan
hukum ataupun dasar pengelolaan hutan/lahan. “Lokasi kebakaran seperti mosaik,”
kata Direktur Pusat Studi Kebencanaan Universitas Riau Haris Gunawan di
Palembang, Minggu (15/11).Sebelumnya,
ia bersama pakar nasional dan internasional difasilitasi melihat lokasi
kebakaran hutan/lahan dari udara. Itu rangkaian pertemuan pakar di Jakarta yang
difasilitasi KLHK. Mosaik itu, kata Haris, berupa titik kecil kebakaran ataupun
luasan lokasi kebakaran dalam satu lanskap. Kebakaran titik kecil itu diduga
kuat dilakukan masyarakat yang masih mempraktikkan membersihkan lahan dengan
cara membakar.
Sementara
lokasi kebakaran dalam bentuk lanskap menunjukkan masifnya kebakaran akibat
kesengajaan ataupun kerusakan kondisi gambut yang sangat mengering. Direktur
Pengaduan Pengawasan dan Pengenaan Sanksi Administrasi KLHK Kemal Amas
mengatakan, areal konsesi yang tak clear and clean memicu kebakaran. “Di hutan
lindung dan produksi, kebakaran hanya instrumen mengokupasi untuk budidaya atau
permukiman,” kata Kemal Amas yang juga penjabat Kepala BKSDA Riau.
Soal terbang melintas
Di
Jakarta, Kepala Biro Humas KLHK Eka W Soegiri menjawab kekecewaan para pakar yang
tak bisa melihat lokasi bekas terbakar hutan tanaman industri (HTI) milik Sinar
Mas dari udara. Semua mempertimbangkan kondisi teknis penerbangan untuk melihat
lahan dan bekas terbakar. “Tidak ada pretensi dalam flyover menghindari lokasi
HTI PT Sinar Mas,” demikian penjelasan resmi tertulis KLHK.
Kompas, 16 November 205, memberitakan kekecewaan sejumlah
pakar yang tak bisa melihat perkebunan akasia Sinar Mas yang terbakar di Ogan
Komering Ilir. Eka menjelaskan, saat flyover sedang ada pemadaman di OKI menggunakan
dua pesawat Rusia. “Kru hanya dapat berbahasa Rusia. Ini dikhawatirkan
menimbulkan masalah, seperti tabrakan pesawat,” katanya. (ICH)
Sumber : Kompas, 17 November 2015, di halaman 14
0 komentar:
Posting Komentar