18.6.16

MISS LAUNDRY

Part 3
MISS LAUNDRY

SITI ASMAUL HUSNA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA

Kali ini ia lebih banyak bercerita mengenai tanah yang diatasnya dibangun rumahnya, tanah yang selama ini ia tempati. Tanah itu mulai bermasalah, karena awalnya tanah itu adalah tanah tanpa pemilik. Lalu beberapa waktu kemudian diakui sebagai tanah pemerintah, karena itu ia harus membayarnya, maka ia membayarnya melalui saudaranya. Dengan alasan percaya karena saudara sendiri, maka uang itu pun diserahkan kepadanya tanpa ada matrai diatas kertas, tanpa ada bukti apapun. Dan masalah itu tidak selesai sampai disitu. Karena beberapa waktu kemudian pemerintah kembali memperdebatkannya. Masalah itu malah justru semakin menjadi, yang mana setiap tahun nya diharuskan untuk membayar, terlebih lagi ketika pemerintah mengetahui bahwa ia menyewakan beberapa kamarnya untuk anak – anak kos. Maka pembayaran akan naik per anak sekitar Rp.200.000,00. Untuk menaikkan uang kos mereka pun ia merasa kasian pada anak – anak kos, itu membuatnya dilema. Semakin lama masalah ini terasa semakin mencekik saja, ditengah pendapatan yang tidak seberapa, yang dirasa justru seperti dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu demi keuntungan mereka sendiri. Terkadang ia hanya bisa menangis sendiri, dan mengurung diri dikamar. Seperti tidak seorang pun mau mendengarkannya, mendengarkan keluh kesahnya. Tidak harus memberi bantuan, hanya butuh untuk sekedar didengarkan.         

Bersambung


0 komentar:

Posting Komentar