29.5.16

Ringkasan Film : Blood Diamond

Blood Diamond

Yudith Ofirisa Utami
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta



Sutradara : Edward Zwick
Produser :  Marshall Herskovitz
                   Graham King
                   Paula Weinstein
                   Edward Zwick
Penulis    :  Charles Leavitt
Pemeran :  Leonardo DiCaprio
                   Djimon Hounsou
                   Jennifer Connelly
                   Michael Sheen
                   Arnold Vosloo

Manusia adalah makhluk sosial yang berada dalam berbagai jenis ras. Dalam konteks ini, manusia berinteraksi satu sama lain. Sayangnya tidak semua dapat mencapai kesetaraan sosial karena perbedaan warna kulit. Film berjudul The Blood Diamond menunjukkan konflik rasial antara orang kulit putih dan orang kulit hitam.

Di film ini, Kaum Kulit Hitam selalu menghadapi diskriminas bahwa ada beberapa spesifik rasisme yang ditunjukkan. Karakteristik rasisme dalam film ini diperlihatkan keunggulan kaum kulit putih terhadap kaum kulit hitam. Superioritas ini menjadi identitas kulit putih terhadap orang kulit hitam.

Blood Diamond, adalah nama dari konflik perebutan tambang berlian di daerah konflik di Afrika. Blood Diamond berlatar belakang kisah nyata tentang konflik yang terjadi di benua Afrika, khususnya yang terjadi di negara Sierra Leone. Negara-negara besar pun bersepakat untuk tak memanfaatkan kekayaan apapun dari wilayah konflik. Namun, tetap saja berlian selundupan yang berasal dari Afrika terus saja berjalan. Hingga akhirnya orang rela berkorban nyawa demi mendapatkan berlian.

Sekelompok pemberontak yang menamakan dirinya Revolutionary United Front (RUF) membelot dari misi pemerintah dan menciptakan perang di kotanya sendiri, Sierra Leone (Afrika). Mereka menambang banyak berlian untuk kemudian digunakan membeli senjata. Tindakan RUF yang semena-mena membunuhi warga Sierra Leone membuat Solomon Vandy harus terpisah dari istri dan ketiga anaknya. Lolos dari maut, Solomon malah dipaksa bekerja sebagai budak di tambang berlian untuk para pemberontak tersebut.

Disinilah kemujuran sekaligus kesialan menimpa Solomon. Beruntung ia menemukan berlian berwarna merah muda yang berukuran lebih besar dari lainnya. Namun sayang, ketika hendak menyelundupkannya, Solomon ketahuan bos besar RUF. Walau dihadang bahaya, Solomon berhasil menyimpan berlian itu untuk dirinya sendiri. Ia menguburkan berlian tersebut di tepi sungai Kono. Nasiblah yang akhirnya, membawa Solomon ke penjara dan disanalah, ia bertemu dengan Danny Archer.

Archer sendiri, adalah seorang mantan prajurit asal Rhodesia yang bekerja sebagai tentara bayaran dengan komandannya, Kolonel Coetzee. Agar bisa terbebas dari belenggu si Kolonel, Archer berusaha menemukan berlian itu. Ia meminta petunjuk keberadaan berlian dari Solomon dan memberi imbalan keluarga Solomon sebagai gantinya.

Awalnya, Archer adalah orang yang tak pernah bermain-main dengan perasaan. Kehilangan orang tua dengan cara yang sadis membuatnya tak lagi peka akan air mata. Begitu pula, saat ia bertemu dengan Maddy. Maddy yang juga seorang wartawati menjadikan Archer sebagai sumber beritanya yang tahu banyak tentang perdagangan ilegal berlian yang dilakukan pengusaha besar Van Der Kaap.

Sementara itu, Archer memanfaatkan Solomon untuk memperoleh berlian itu. Solomon dan Archer harus melewati daerah konflik dan berurusan dengan darah. Mau tak mau mereka harus membunuh.

Pimpinan pemberontak RUF yang gagal mendapatkan berlian Solomon membalas dendam lewat putra sulung Solomon, Dia. Dalam usahanya mendapatkan kembali berlian yang hilang inilah Solomon pun bertemu kembali dengan Dia yang telah jadi anak buah RUF. Dia kini, adalah seorang bocah pembunuh.

Adegan sadis pembunuhan banyak diperlihatkan dalam Blood Diamond. Warga sipil yang tak bersalah menjadi korban konflik yang tak berkesudahan. Belum lagi penderitaan orang tua hingga balita yang harus terluka fisik dan batin akibat konflik. 

Dalam film tersebut diceritakan bahwa konflik terjadi karena adanya gerakan anti-pemerintah yang melawan pemerintah dan memperbudak penduduk yang pro dengan pemerintah dengan cara mempekerjakan secara paksa ditambang berlian kemudian dijual untuk pembelian senjata guna melawan pemerintah. Dalam hal ini dibutuhkan adanya emansipasi untuk membebaskan mereka dari perbudakan yang membatasi dan mengahalangi kebebasan individu atau kolektif. Teori yang tepat untuk menganalisa film ini adalah Teori Kritis, karena fokus utama Teori Kritis adalah emansipasi bagi kaum yang termarginalkan, yang disebabkan oleh kepentingan suatu kelompok, dalam film ini terjadi penindasan oleh suatu kelompok non-pemerintah yang memiliki power kepada penduduk Sieera Leon dengan mempekerjakan secara paksa di pertambangan berlian yang hasilnya digunakan untuk melawan pemerintah.

Teori Kritis berakar dari pemikiran Kant, Hegel, dan Marx. Teori kritis dikembangkan oleh sekelompok ilmuwan Jerman yang kemudian dikenal sebagai mazhab Frankfurt. Teori Kritis adalah pemikiran yang ingin memahami sifat utama masyarakat dan memahami perkembangan sejarah dan sosial karena Teori Kritis berpandangan bahwa ilmu pengetahuan selalu terkondisikan oleh konteks sejarah. Oleh karena itu, ilmu harus normatif dan subjektif, tidak boleh netral dan harus memihak pihak yang lemah. Ilmu pengetahuan, secara politis dan etis harus dituntut oleh kepentingan dalam transformasi sosial dan politik. Objek analisa utama Teori Kritis adalah Masyarakat dengan fokus emansipasi dalam hubungan sosial. Emansipasi berkaitan dengan kepentingan yang mendorong manusia untuk mengembangkan kebebasan dan tanggung jawab sebagai manusia (Self-consciousness). Self-consciousness terbentuk melalui symbolic representation (berwujud bahasa), instrumental action (berwujud social labour) dan communicative action (berwujudinteraksi sosial). Tujuannya adalah membentuk kehidupan sosial dan politik sehingga bisa menjadi lebih baik. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan communicative action. Teori Kritis berkaitan dengan ketidakadilan dan merupakan usaha transformatif untuk mengubah keadaan status quo.

Dalam film ini Teori Kritis berpihak pada rakyat Sieera Leone yang tidak mempunyai kekuasaan, sehingga mereka dibunuh, disiksa dengan cara pemotongan tangan, dan dipekerjakan secara paksa sebagai budak dipertambangan berlian. Salah seorang emancipator dalam film ini adalah Maddy, selaku wartawan dengan cara mempublikasikan bukti tentang penjualan berlian kepada dunia, sehingga memberikan kesadaran bahwa berlian yang mereka dapatkan dihasilkan dari Negara yang berkonflik. Tujuannya adalah agar tidak ada lagi yang membeli berlian illegal sehingga perbudakan dapat dihentikan dan semua badan dunia peduli terhadap permasalahan yang terjadi di Sierra Leon.

Dalam menganalisa konflik yang terdapat dalam film Blood Diamond, terdapat dua kontribusi yang diberikan oleh Teori Kritis, pertama, salah satu fokus utama Teori Kritis adalah emansipasi bagi kaum yang termarginalkan. Menurut kritikal teori, untuk membuat sebuah tatanan yang adil, tentunya harus ada emansipasi (kesetaraan) dalam masyarakat namun yang terjadi justru sebaliknya. tidak adanya comunicative action antara pemerintah, RUF dan penduduk yang powerless sehingga masing-masing suara tidak didengar akibatnya timbullah konflik. 

Dalam film digambarkan bahwa penduduk Sieera Leon yang lemah dan tidak bersenjata mendapatkan perlakuan kasar dari RUF, perlakuan kasar ini dilakukan agar tujuan RUF untuk mengulingkan pemerintah dapat terwujud akibatnya para penduduk powerless diperbudak di pertambangan berlian dan hasil dari pertambangan berlian dijual untuk membeli senjata. RUF mempunyai posisi yang paling dominan dalam melakukan kehancuran tatanan politik dan kerusakan lingkungan di Sieera Leon karena ketidak setujuannya atas kebijakan pemerintah sehingga mereka terbentuk menjadi gerakan anti-pemerintah dan melakukan tindakan anarkis atas nama revolusioner dengan mendoktrin para budak di pertambangan dengan mengatakan bahwa kepemerintahan

Negara lemah maka harus ada kelompok yang mengambil kepemerintahan tersebut dan membuat tatanan politik yang lebih efektif agar tercipta kesejahteraan, RUF juga mendoktrin para tentara anak dengan mengatakan bahwa orang tua mereka sangat lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk menolong mereka sehingga terciptalah suatu falls consciousness, tujuan RUF melakukan doktrin ini adalah agar para tentara anak yang semula membenci dan takut kepada RUF karena telah menculik dan memisahkan mereka dengan keluarga dapat berubah setuju dan menjadi bagian dari gerakan anti-pemerintah Negara.

Kedua, adalah terkait dengan kapitalisme global. dalam pandangan. Teori Kritis, konflik terjadi karena adanya kapitalisme global. Dalam masyarakat kapitalis, tenaga kerja manusia tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang penting secara fisik dan sosial bagi keberlangsungan dan kesejahteraan komunitas, tetapi lebih sebagai input ke dalam proses produksi. Hal ini dikarenakan produk-produk tenaga kerja manusia tidak lagi diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi untuk dijual guna meraih keuntungan di pasar. Dalam film tersebut, digambarkan bahwa uang hasil penjualan berlian (secara illegal) digunakan untuk pembelian senjata yang digunakan oleh RUF untuk melakukan aksi kekerasan. Di sini terlihat bahwa sistem kapitalisme berkontribusi dalam konflik di sierra Leone. Hal ini dikarenakan masyarakat kapitalis tidak memperdulikan asal dan cara pengambilan berlian di tempat penambangannya. Padahal berlian tersebut didapatkan melalui aksi kekerasan dan dananya digunakan untuk membiayai peperangan.

Oleh karena itu, jika kita adalah orang yang peduli dengan kemanusian, maka kita harus mengetahui atau setidaknya mempertanyakan bagaimana berlian tersebut dihasilkan. Alternative discourse yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan labelling terhadap berlian illegal ini. Dalam film tersebut, berlian ini dilabelkan dengan ”Blood Diamond”. Pada Mei 2000 terjadi pertemuan para produsen berlian di Kimberley, Afrika Selatan atas inisisatif dari DK PBB. Kimberley Process agendakan dalam Sidang Umum PBB yang selanjutnya mengeluarkan Kimberley Process Certification Scheme (KPCS). KPCS mewajibkan negara anggotanya untuk memberikan sertifikat tentang asal-usul berlian berlian yang akan dijual. Pelabelan ini juga bisa menjadi salah satu bentuk communicative action untuk mencegah penyalahgunaan berlian.

Adapun kekurangan dari Teori Kritis dalam menganalisis konflik yang terdapat dalam film Blood Diamond dapat ditemukan setidaknya dua, pertama, tidak terlalu menyentuh isu ecosentrisme, walaupun Teori Kritis juga mengangkat isu lingkungan tetapi isu tersebut bertujuan untuk kepentingan manusia, lingkungan diabaikan, eksploitasi sumber daya alam seperti berlian yang diselundupkan untuk membeli senjata, walaupun kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tidak begitu parah, namun karena penggunaan hasil sumber daya itu disalahgunakan untuk membiayai perang, sehingga menyebabkan kerusakan pada keseimbangan ekosistem. Berbeda dengan Green Theory yang mengedepankan konsep Ecosentrisme, Teori Kritis justru lebih memprioritaskna kepentingan manusia (Antroposentrime).

Kedua, Teori Kritis bersikap skeptis terhadap keberadaan institusi, karena menurut Teori Kritia institusi merupakan representasi dari negara-negara besar untuk mempertahankan hegemoni mereka. Padahal institusi mempunyai peran yang penting dalam menyelesaikan konflik kemanusiaan, dalam film tersebut dijelaskan adanya peran PBB yang mengirim tentara perdamaian berjumlah 6500 orang UNHCR yang berada dibawah naungan PBB juga ikut menangani para pengungsi Siera Lione.

Critical Theory memberikan kontribusi dalam menganalisis film Blood Diamond, konsep emansipasi memberikan peluang bagi rakyat untuk menentukan nasib sendiri tidak hanya pasrah pada keadaan (wacana penindasan) dan mengangkat wacana keadilan. Emansipasi berusaha menghilangkan falls consiousness berupa ketidaksadaran mereka bahwa mereka adalah makhluk bebas dalam menentukan nasib sendiri, bebas mendapatkan perlindungan terhadap aksi kekerasan RUF, dan bebas untuk tidak berpihak pada RUF. Jadi CT berpihak pada Kaum yang tertindas dan mengupayakan emansipasi untuk mereka.

Referensi :
A Sonny Keraf,  Etika Lingkungan Hidup.  (Jakarta: Kompas 2010)
Burchil Scoot dan Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, (Bandung,: Nusa Media, 2009)
(“CONFLICT DIAMONDS: UNDERSTANDING AND EVALUATING THE KIMBERLEY PROCESS CERTIFICATION SCHEME”, http://www.pbs.org/newshour/extra/teachers/lessonplans/world/conflict %20diamonds_kimberley%20process.pdf
Devetack, Richard, Critical Theory, dalam Scott Burchil (et al), theoris of internastional realtions.(London: Palgrave, 4th ed, 2009)
Hanan Rianastashia, “Peran UNICEF (United Nations International Childrens Fund) Dalam Upaya Mengatasi perekrutan Seradu Anak (Child Soldiers) Di Wilayah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone”, http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/205613004/skripsi.pdf
Jackson, Robert dan George Sorensen, penerjemah: Dadan Suryadipura. PENGANTAR STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2009)
Stean Jill dan Lloyd Pettiford, Hubungan Internasional: perspektif dan Tema. Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR, 2009.
Smillie Ian dkk, “The Heart of The Matter: Sierra Leone, Diamonds & Human Security”, http://action.web.ca/home/pac/readingroom. shtml?x=4701
Zimbabwe dan Trauma Blood Diamond”, dari http://bataviase.co.id/node/340727

1 komentar: