Teluk Balikpapan Perlu Diteliti
Tri
Jumiati
Fakultas
Psikologi
Indonesia
adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Indonesia nomer satu
dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi habitat lebih dari 1539
jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia. Indonesia juga
menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa yang hanya ditemukan di
Indonesia saja. Jumlah mamalia endemik Indonesia ada 259 jenis, kemudian burung
384 jenis dan ampibi 173 jenis (IUCN, 2013). Keberadaan satwa endemik ini
sangat penting, karena jika punah di Indonesia maka itu artinya mereka punah
juga di dunia.
Empat
kasus mamalia laut terdampar dalam sebulan di Balikpapan, Kalimantan Timur,
menujukkan, perairan Teluk Balikpapan mulai tidak ramah bagi satwa. Maka dari
itu, perlu ada riset yang harus dilakukan tentang kondisi teluk tersebut.
Seperti awal maret lalu, tiga lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) juga terdampar di parit area Mangrove Center
Balikpapan, dan dua di antaranya selamat. Lalu, banyak pula pihak yang meminta
pelatihan penanganan untuk satwa yang terdampar.
Pada
tahun 2016 ini, di Kota Balikpapan ada 4 kejadian mamalia laut terdampar di
pesisir pantai. Dalam hal ini, ada beberapa penyebab mamalia laut terdampar
antara lain seperti sampah, polusi suara, kurang pakan, dan perubahan iklim.
Itu disebabkan karena saat ini Teluk Balikpapan semakin ramai hilir mudik kapal
serta pembangunan kawasan industri dan pemukiman di daerah sekitar Teluk
Balikpapan.
Untuk
itu, Darman selaku anggota Forum Peduli Teluk Balikpapan, memperkirakan luas
area bakau primer di teluk itu semula 16.147 hektar, saat ini sepertiganya
sudah berkurang akibat adanya aktivitas industri dan pemukiman baru.
Sumber : PRA. (2016). Satwa
Dilindungi : Teluk Balikpapan Perlu Diteliti. Kompas, 02 Mei. Halaman : 13.
0 komentar:
Posting Komentar