TANAH LONGSOR
Enam Kecamatan di Toraja Terisolasi
Psikologi Lingkungan
Fiki Fatimah
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
19 April 2016
MAKASSAR, KOMPAS —
Sedikitnya sembilan kecamatan di Kabupaten Tana Toraja longsor sejak Minggu
(17/4) malam. Ada enam kecamatan yang sama sekali terisolasi karena material
longsoran menutup jalan di sejumlah titik. Hal ini terjadi akibat hujan deras
sejak sepekan terakhir yang menyebabkan bukit-bukit longsor.
"Kami saat ini
menyatakan keadaan darurat. Banyak wilayah yang masuk zona merah," kata
Wakil Bupati Tana Toraja Viktor Datuan Batara, Senin (18/4).
Sebelumnya, longsor
terjadi di beberapa titik dan kecil-kecil. Namun, sejak semalam hingga sore
ini, longsor hampir bersamaan terjadi di banyak titik dengan timbunan material
yang besar. "Satu titik, ada yang timbunan materialnya sepanjang 20 meter,
bahkan lebih dengan ketinggian yang sulit kami katakan. Bahkan, manusia pun
sulit untuk melewati," katanya
Ada sembilan kecamatan
yang mengalami longsor dan enam di antaranya parah. Enam kecamatan itu adalah
Bittuang, Masande, Rano, Sangalla Selatan, Bongga Karadeng, dan Gandang Batu
Silanan. Wilayah ini berada di bukit dan pegunungan di Tana Toraja.
Cara Mengenali Tanda
dari Tanah Longsor:
Peringatan Bahaya Tanah
Longsor Penyebab longsor ada 2 yaitu:
1. Akibat Alam: a) curah
hujan. b) lereng curam. c) gempa bumi dan erupsi. d) keadaan tanah dan
bebatuan.
2. Akibat Ulah Manusia:
a) Penggundulan hutan. b) tataguna lahan.
Berikut ini beberapa
tips tentang cara untuk melindungi rumah dan apa yang harus dilakukan saat
terjadi tanah longsor. Tanda-tanda peringatan Longsor
1) Reruntuhan batu (rock
fall) dan tanah (debris) pada jalan.
2) Retakan baru pada
lereng,jalan atau dinding penahan tanah.
3) Material berupa
tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng.
4) Air mengalir dari
lereng, Air sumur atau saluran air konstruksi penahan tanah berubah warnanya
dari bening menjadi keruh.
5) Air terkonsentrasi
pada alirannya memotong badan jalan atau menuju wilayah yang lebih rendah.
6) Konstruksi penahan
tanah merusak akibat erosi.
7) Saluran air rusak
akibat derasnya saluran air.
8) Air dibagian puncak
tidak tertampung lagi dan mengalir deras kebadan jalan.
9) Rembesan air semakin
banyak dan terjadi tiba-tabi pada lereng atau konstruksi penahan air.
10) Munculnya mata air
baru secara tiba-tiba di daerah yang biasanya tidak basah.
11) Retakan baru atau
tonjolan yang tidak biasa di tanah, jalan atau trotoar.
12) Penurunan tiba-tiba
ketinggian air sungai meskipun hujan masih turun atau baru-baru ini berhenti.
13) Suara yang tidak
biasa, seperti pohon retak atau batu-batu mengetuk bersama-sama, mungkin
menunjukkan menggerakkan puing-puing.
0 komentar:
Posting Komentar