22.4.16

tanah longsor : Enam Kecamatan di Toraja Terisolasi



TANAH LONGSOR
Enam Kecamatan di Toraja Terisolasi
Psikologi Lingkungan
Fiki Fatimah
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta

19 April 2016

MAKASSAR, KOMPAS — Sedikitnya sembilan kecamatan di Kabupaten Tana Toraja longsor sejak Minggu (17/4) malam. Ada enam kecamatan yang sama sekali terisolasi karena material longsoran menutup jalan di sejumlah titik. Hal ini terjadi akibat hujan deras sejak sepekan terakhir yang menyebabkan bukit-bukit longsor.
"Kami saat ini menyatakan keadaan darurat. Banyak wilayah yang masuk zona merah," kata Wakil Bupati Tana Toraja Viktor Datuan Batara, Senin (18/4).
Sebelumnya, longsor terjadi di beberapa titik dan kecil-kecil. Namun, sejak semalam hingga sore ini, longsor hampir bersamaan terjadi di banyak titik dengan timbunan material yang besar. "Satu titik, ada yang timbunan materialnya sepanjang 20 meter, bahkan lebih dengan ketinggian yang sulit kami katakan. Bahkan, manusia pun sulit untuk melewati," katanya
Ada sembilan kecamatan yang mengalami longsor dan enam di antaranya parah. Enam kecamatan itu adalah Bittuang, Masande, Rano, Sangalla Selatan, Bongga Karadeng, dan Gandang Batu Silanan. Wilayah ini berada di bukit dan pegunungan di Tana Toraja.

Cara Mengenali Tanda dari Tanah Longsor:

Peringatan Bahaya Tanah Longsor Penyebab longsor ada 2 yaitu:
1. Akibat Alam: a) curah hujan. b) lereng curam. c) gempa bumi dan erupsi. d) keadaan tanah dan bebatuan.
2. Akibat Ulah Manusia: a) Penggundulan hutan. b) tataguna lahan.
Berikut ini beberapa tips tentang cara untuk melindungi rumah dan apa yang harus dilakukan saat terjadi tanah longsor. Tanda-tanda peringatan Longsor
1) Reruntuhan batu (rock fall) dan tanah (debris) pada jalan.
2) Retakan baru pada lereng,jalan atau dinding penahan tanah.
3) Material berupa tanah, batuan, pohon berjatuhan dari lereng.
4) Air mengalir dari lereng, Air sumur atau saluran air konstruksi penahan tanah berubah warnanya dari bening menjadi keruh.
5) Air terkonsentrasi pada alirannya memotong badan jalan atau menuju wilayah yang lebih rendah.
6) Konstruksi penahan tanah merusak akibat erosi.
7) Saluran air rusak akibat derasnya saluran air.
8) Air dibagian puncak tidak tertampung lagi dan mengalir deras kebadan jalan.
9) Rembesan air semakin banyak dan terjadi tiba-tabi pada lereng atau konstruksi penahan air.
10) Munculnya mata air baru secara tiba-tiba di daerah yang biasanya tidak basah.
11) Retakan baru atau tonjolan yang tidak biasa di tanah, jalan atau trotoar.
12) Penurunan tiba-tiba ketinggian air sungai meskipun hujan masih turun atau baru-baru ini berhenti.
13) Suara yang tidak biasa, seperti pohon retak atau batu-batu mengetuk bersama-sama, mungkin menunjukkan menggerakkan puing-puing.

0 komentar:

Posting Komentar