10.4.16

Penyejuk hati, pengobat lara


Chapter 4
                     
Nurul Hidayah
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45

Tuhan memang adil, Dia selalu memberikan kesulitan sepaket dengan kebahagiaan. Setidaknya dalam kesulitan yang dirasakan Ibu saat ini Ibu ditemani seorang anak yang begitu menyayanginya. Ibu merasa sangat beruntung dianugerahi anak yang penurut dan sangat menyayanginya itu. Anak Ibu saat ini masih berada ditingkat pertama Sekolah Menengah Atas, Ibu menceritakan bahwa anaknya lebih suka berada dirumah ketimbang keluyuran bersama teman-teman komplek rumahnya, menurut Ibu anaknya sangat pilih-pilih dalam bergaul dan mencari teman. Tidak seperti remaja pada umumnya yang sudah mengorientasikan hubungan berpasangan, anak Ibu berprinsip untuk tidak ikut-ikutan berpacaran seperti teman-temannya, ia ingin fokus belajar dan berprestasi.
Ibu hanya memiliki satu anak dan dia adalah laki-laki, sebagai anak tunggal dia begitu dekat dengan Ibu,  sampai-sampai semua yang dia alami dan dia rasakan disekolah atau diluar sekolah dia ceritakan pada Ibu. Bahkan suatu ketika anak Ibu pernah mengatakan pada Ibu “Bu, jangan marah ya kalau nanti nilai sikapku C”, kemudian Ibu bertanya penyebabnya, anaknya mengatakan bahwa dia pernah membolos karena terpengaruh oleh temannya. Kemudian Ibu menasehatinya dengan baik untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi, Ibu tidak marah kalau anaknya sudah jujur dan mengakui kesalahannya.
Suatu ketika anaknya pernah berkata pada Ibu, bahwa keinginannya hanyalah ingin membahagiakan Ibu. Siapalah yang tidak terharu jika seorang anak mengatakan hal seperti itu, ditambah anak Ibu selalu membela Ibu ketika Bapak menyakitinya. Keadaan yang dilihat anak Ibu tersebut membuat dia berprinsip untuk membahagiakan Ibu, sempat Ibu mengatakan pada anaknya bahwa Ibu hanya ingin dia menyelesaikan sekolahnya dengan baik bahkan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi lalu kemudian bekerja, itu saja. Ibu mengatakan soal ingin membahagiakan Ibu atau tidak itu menjadi pilihan anaknya, yang terpenting dia tidak menjadi pengangguran dikemudian hari dan hasil jerih payahnya kelak tentu saja anaknya yang akan menikmati bukan untuk dirinya.  

0 komentar:

Posting Komentar