(Tulisan ini terinspirasi dari
siswa-siswi kelas 7B SMP N 2 PETANAHAN, KEBUMEN)
Sri Mulyaningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
’45 Yogyakarta
KAS adalah iuran kewajiban yang sering kita bayarkan
dalam sebuah kelompok organisasi atau kelompok sosial tertentu. Berwujud
memberikan uang dengan jumlah yang telah disepakati oleh semua anggota dan
waktu penyetorannya pun juga telah disepakati oleh seluruh anggota. KAS sudah
mulai diperkenalkan ketika kita belajar pada pendidikan dasar setingkat Sekolah
Dasar (SD). Pada masa itu kita telah diajarkan berorganisasi secara sederhana,
dibentuklah ketua, sekretaris, dan bendahara sebagai perwakilan kelas.
Salah satu tugas bendahara adalah mengumpulkan dan
mengelola uang iuran KAS kelas. Uang – uang itu biasanya digunakan untuk
membeli keperluan kelas seperti, modul pelajaran, fotocopi materi, membeli
bingkisan jika ada teman yang sakit dan lain sebagainya. Adapula yang
memanfaatkan uang KAS untuk persiapan kegiatan exstrakulikuler seperti,
berkemah bersama, rekreasi bersama, atau sewa studio musik.
Awal bulan Maret ini, saya mendapat kesempatan
berkunjung ke salah satu Sekolah Menengah Negeri di Kabupaten Kebumen, tepatnya
di desa Petanahan. SMP N 1 Petanahan merupakan salah satu sekolah unggulan
setingkat Menengah di wilayah Petanahan. Siswa – siswi disana tergolong siswa
pintar. Namun bukan karena kepintaran mereka yang membuat saya terinspirasi.
Memasuki kelas 7B mata langsung tertuju pada seonggok
“bagor” yang ada disudut kelas. Tumpukan sampah gelas plastik bekas minuman
siap saji memenuhi karung tersebut. Tak hanya satu karung tapi berkarung –
karung. Tergelitik hati untuk bertanya pada ketua kelas. Mau diapakan gelas
plastik itu. “mau disetorkan ke bank sampah mbak”, jawab Paundra Febrian, ketua
kelas 7B. Pada hari itu, merupakan pertama kali dirilis Bank Sampah disekolah
itu. Bank sampah yang sudah banyak merebak dan digalakan oleh pemerintah
ternyata merambah juga ke dunia pendidikan sebagai modal penanaman karakter dan
sekaligus pendidikan karakter. Lalu, hasil penyetoran sampah tersebut akan
dimanfaatkan untuk keperluan kelas masing-masing. “uang hasil menyetorkan
sampah akan kita gunakan untuk keperluan kelas mbak, sebagai pengganti uang KAS,
jadi gak usah iuran lagi”, tegas Ulfa Us Sangadah, Bendahara kelas 7B.
Ide yang menarik, mengumpulkan sampah dari bekas
jajan setiap harinya. Kemudian memilahnya untuk diserahkan sebagai tabungan KAS
kelas. Terbayang dalam fikiran jika seluruh sekolahan melakukan hal demikian,
betapa akan terbantunya lingkungan sekitar dalam kesehatan dan kebersihannya.
Karena mengingat plastik sangat susah sekali untuk terurai. Susah terurainya
ini yang membuat banyak masalah lingkungan timbul. Namun jika sampah – sampah itu
diolah menjadi produck yang lain, maka ada fungsi tambahan yang terjadi. Fungsi
perlindungan dan fungsi guna. Melindungi bagi lingkungan dan keberlangsungan
hidup makhluk yang lain, dan berguna juga untuk membantu kegiatan lain atau
dengan sederhananya mampu dimanfaatkan.
Kelas 7B terdiri dari 32 siswa. Hampir setiap hari
mereka “menghasilkan sampah” dari sisa membeli snack jajanan saat istirahat. Jika
dalam sehari ada dua kali istirahat, maka bisa dibayangkan berapa banyak sampah
yang akan timbul. Di SMP N 1 Petanahan Kebumen satu angkatan belajar terdiri
dari 8 kelas ( A – H). satu kelas rata – rata 32 siswa. Total satu sekolah ada
24 kelas dengan siswa mencapai 768 orang kurang lebih, belum dengan staff
pengajar dan karyawan. Bisa dibayangkan berapa banyak bak sampah yang barus
disiapkan.
Dengan adanya program bank sampah disana, maka
paling tidak sekolah tersebut sudah mengurangi sampah yang dihasilkan oleh 768
orang perharinya. Semoga sekolah – sekolah lain segera menyusul untuk dapat
membuat program yang serupa bahkan lebih baik lagi.
lumayan juga tuh idenya...
BalasHapuslumayan juga tuh idenya...
BalasHapus