28.3.16

Masih Bayar Iuran KAS di Sekolah ??? Ga’ Kreatif !!!



(Tulisan ini terinspirasi dari siswa-siswi kelas 7B SMP N 2 PETANAHAN, KEBUMEN)

Sri Mulyaningsih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi ’45 Yogyakarta

KAS adalah iuran kewajiban yang sering kita bayarkan dalam sebuah kelompok organisasi atau kelompok sosial tertentu. Berwujud memberikan uang dengan jumlah yang telah disepakati oleh semua anggota dan waktu penyetorannya pun juga telah disepakati oleh seluruh anggota. KAS sudah mulai diperkenalkan ketika kita belajar pada pendidikan dasar setingkat Sekolah Dasar (SD). Pada masa itu kita telah diajarkan berorganisasi secara sederhana, dibentuklah ketua, sekretaris, dan bendahara sebagai perwakilan kelas.

Salah satu tugas bendahara adalah mengumpulkan dan mengelola uang iuran KAS kelas. Uang – uang itu biasanya digunakan untuk membeli keperluan kelas seperti, modul pelajaran, fotocopi materi, membeli bingkisan jika ada teman yang sakit dan lain sebagainya. Adapula yang memanfaatkan uang KAS untuk persiapan kegiatan exstrakulikuler seperti, berkemah bersama, rekreasi bersama, atau sewa studio musik.

Awal bulan Maret ini, saya mendapat kesempatan berkunjung ke salah satu Sekolah Menengah Negeri di Kabupaten Kebumen, tepatnya di desa Petanahan. SMP N 1 Petanahan merupakan salah satu sekolah unggulan setingkat Menengah di wilayah Petanahan. Siswa – siswi disana tergolong siswa pintar. Namun bukan karena kepintaran mereka yang membuat saya terinspirasi.


Memasuki kelas 7B mata langsung tertuju pada seonggok “bagor” yang ada disudut kelas. Tumpukan sampah gelas plastik bekas minuman siap saji memenuhi karung tersebut. Tak hanya satu karung tapi berkarung – karung. Tergelitik hati untuk bertanya pada ketua kelas. Mau diapakan gelas plastik itu. “mau disetorkan ke bank sampah mbak”, jawab Paundra Febrian, ketua kelas 7B. Pada hari itu, merupakan pertama kali dirilis Bank Sampah disekolah itu. Bank sampah yang sudah banyak merebak dan digalakan oleh pemerintah ternyata merambah juga ke dunia pendidikan sebagai modal penanaman karakter dan sekaligus pendidikan karakter. Lalu, hasil penyetoran sampah tersebut akan dimanfaatkan untuk keperluan kelas masing-masing. “uang hasil menyetorkan sampah akan kita gunakan untuk keperluan kelas mbak, sebagai pengganti uang KAS, jadi gak usah iuran lagi”, tegas Ulfa Us Sangadah, Bendahara kelas 7B.

Ide yang menarik, mengumpulkan sampah dari bekas jajan setiap harinya. Kemudian memilahnya untuk diserahkan sebagai tabungan KAS kelas. Terbayang dalam fikiran jika seluruh sekolahan melakukan hal demikian, betapa akan terbantunya lingkungan sekitar dalam kesehatan dan kebersihannya. Karena mengingat plastik sangat susah sekali untuk terurai. Susah terurainya ini yang membuat banyak masalah lingkungan timbul. Namun jika sampah – sampah itu diolah menjadi produck yang lain, maka ada fungsi tambahan yang terjadi. Fungsi perlindungan dan fungsi guna. Melindungi bagi lingkungan dan keberlangsungan hidup makhluk yang lain, dan berguna juga untuk membantu kegiatan lain atau dengan sederhananya mampu dimanfaatkan.

Kelas 7B terdiri dari 32 siswa. Hampir setiap hari mereka “menghasilkan sampah” dari sisa membeli snack jajanan saat istirahat. Jika dalam sehari ada dua kali istirahat, maka bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang akan timbul. Di SMP N 1 Petanahan Kebumen satu angkatan belajar terdiri dari 8 kelas ( A – H). satu kelas rata – rata 32 siswa. Total satu sekolah ada 24 kelas dengan siswa mencapai 768 orang kurang lebih, belum dengan staff pengajar dan karyawan. Bisa dibayangkan berapa banyak bak sampah yang barus disiapkan.

Dengan adanya program bank sampah disana, maka paling tidak sekolah tersebut sudah mengurangi sampah yang dihasilkan oleh 768 orang perharinya. Semoga sekolah – sekolah lain segera menyusul untuk dapat membuat program yang serupa bahkan lebih baik lagi.

2 komentar: