Chapter 2
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Sempat Bapak memelihara beberapa ekor ayam yang hasilnya
tentu lumayan, setidak-tidaknya hasil telurnya bisa untuk dikonsumsi beberapa
hari, menghemat biaya pengeluaran, dagingnya pun bisa dijual terutama ketika
menjelang lebaran harga ayam satu ekor cukup tinggi. Tetapi kini sudah tidak
ada lagi ayam dirumahnya, menurut Ibu lantaran Bapak enggan dan kurang
konsisten untuk mengurusi ternaknya sehingga kini ayamnya sudah habis dijual
dan dikonsumsi sendiri.
Sebenarnya Ibu begitu ingin membuka usaha warung makan,
dengan menu yang tidak banyak, sederhana
tapi fokus, Ibu ingin menunya hanya nasi, olahan kentang dan ayam. Tetapi
keinginannya itu terhalang beberapa hal, pertama soal lokasi, kemudian modal
juga kerjasama yang kurang dari Bapak. Pernah suatu hari Ibu memiliki modal
yang cukup untuk memulai usaha warungnya, tetapi Bapak menginginkan agar usaha
tersebut langsung dikelola oleh karyawan saja padahal biaya operasional akan
lebih besar sedangkan pemasukan belum stabil.
Beruntungnya, Ibu bergabung dengan suatu komunitas GEMI yang
dibawahi oleh salah satu partai politik, komunitas ini berisikan ibu-ibu yang
memiliki usaha, didalamnya mereka saling berbagi pengalaman seputar usaha
masing-masing, berbagi info terkait usaha dan tentunya tips & trik dalam
menjalankan usaha. Komunitas tersebut
mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali, setiap pertemuan mereka dibekali
dengan pelatihan ketrampilan tertentu, seperti pelatihan menjahit, membahas
resep aneka masakan yang bisa dikembangkan untuk usaha dan berbagai pelatihan
lainnya. Selain itu, komunitas tersebut juga memberikan bantuan berupa pinjaman
modal kepada anggotanya untuk mengembangkan usaha dengan cicilan yang ringan
tanpa bunga.
Dari seorang teman satu komunitasnya, Ibu mendapatkan
informasi tentang bantuan usaha yang diberikan oleh lembaga Rumah Zakat, dengan
bantuan temannya pula kini Ibu sedang dalam proses mendaftarkan diri untuk
menjadi calon penerima bantuan. Selain itu Ibu juga mendaftarkan anaknya untuk
menerima bantuan sekolah dari lembaga Rumah Zakat yang memberikan beasiswa bagi
pelajar tingkat SD-SMA.
Tetapi Ibu tidak begitu optimis dengan kemungkinan tersebut,
karena menurut pengalamannya beliau sudah beberapa kali mendaftarkan diri untuk
menerima bantuan tetapi selalu gagal ketika pihak penyedia bantuan mensurvey
rumah yang ditinggali Ibu sekeluarga. Mengapa? Karena rumah pemberian orangtua
Bapak yang tidak bisa dikatakan tidak layak, bahkan rumah yang berdiri diatas
lahan yang cukup luas itu adalah bangunan yang cukup bagus dan tidak
menginterpretasikan keadaan keuangan yang buruk dari pemiliknya.
Bapak memang berasal dari keluarga yang berkecukupan, itu
sebabnya beliau tidak terbiasa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
terlebih orang lain, karena subsidi dari orangtuanya selalu cukup. Bahkan
sampai saat ini pun ketika Bapak sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak,
orangtuanya masih mengirimi uang untuk keperluan hidupnya. Tetapi tentu saja
uang kiriman dari orangtuanya itu tidak bisa diandalkan untuk mencukupi
kehidupannya bersama keluarga barunya.
0 komentar:
Posting Komentar