30.3.16

GEMI Meringankan Hidupnya

Chapter 2

Nurul Hidayah
Fakultas Psikologi 
Universitas Proklamasi 45


Memang bukan hal mudah menjadi seorang perempuan yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, setidaknya itu yang dirasakan Ibu ini. Disaat tanggung jawab yang lazimnya di pikul oleh kepala keluarga, Ibu ini berpayah-payah berjualan untuk membiayai hidup bersama sang kepala keluarga. Bahkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Ibu juga terkadang mengirimkan uang untuk kakaknya yang tinggal di Blora, kakaknya yang masih hidup sendiri ini juga tidak bekerja dikarenakan sakit.

Sempat Bapak memelihara beberapa ekor ayam yang hasilnya tentu lumayan, setidak-tidaknya hasil telurnya bisa untuk dikonsumsi beberapa hari, menghemat biaya pengeluaran, dagingnya pun bisa dijual terutama ketika menjelang lebaran harga ayam satu ekor cukup tinggi. Tetapi kini sudah tidak ada lagi ayam dirumahnya, menurut Ibu lantaran Bapak enggan dan kurang konsisten untuk mengurusi ternaknya sehingga kini ayamnya sudah habis dijual dan dikonsumsi sendiri.

Sebenarnya Ibu begitu ingin membuka usaha warung makan, dengan menu yang  tidak banyak, sederhana tapi fokus, Ibu ingin menunya hanya nasi, olahan kentang dan ayam. Tetapi keinginannya itu terhalang beberapa hal, pertama soal lokasi, kemudian modal juga kerjasama yang kurang dari Bapak. Pernah suatu hari Ibu memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha warungnya, tetapi Bapak menginginkan agar usaha tersebut langsung dikelola oleh karyawan saja padahal biaya operasional akan lebih besar sedangkan pemasukan belum stabil. 

Beruntungnya, Ibu bergabung dengan suatu komunitas GEMI yang dibawahi oleh salah satu partai politik, komunitas ini berisikan ibu-ibu yang memiliki usaha, didalamnya mereka saling berbagi pengalaman seputar usaha masing-masing, berbagi info terkait usaha dan tentunya tips & trik dalam menjalankan usaha.  Komunitas tersebut mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali, setiap pertemuan mereka dibekali dengan pelatihan ketrampilan tertentu, seperti pelatihan menjahit, membahas resep aneka masakan yang bisa dikembangkan untuk usaha dan berbagai pelatihan lainnya. Selain itu, komunitas tersebut juga memberikan bantuan berupa pinjaman modal kepada anggotanya untuk mengembangkan usaha dengan cicilan yang ringan tanpa bunga.

Dari seorang teman satu komunitasnya, Ibu mendapatkan informasi tentang bantuan usaha yang diberikan oleh lembaga Rumah Zakat, dengan bantuan temannya pula kini Ibu sedang dalam proses mendaftarkan diri untuk menjadi calon penerima bantuan. Selain itu Ibu juga mendaftarkan anaknya untuk menerima bantuan sekolah dari lembaga Rumah Zakat yang memberikan beasiswa bagi pelajar tingkat SD-SMA.

Tetapi Ibu tidak begitu optimis dengan kemungkinan tersebut, karena menurut pengalamannya beliau sudah beberapa kali mendaftarkan diri untuk menerima bantuan tetapi selalu gagal ketika pihak penyedia bantuan mensurvey rumah yang ditinggali Ibu sekeluarga. Mengapa? Karena rumah pemberian orangtua Bapak yang tidak bisa dikatakan tidak layak, bahkan rumah yang berdiri diatas lahan yang cukup luas itu adalah bangunan yang cukup bagus dan tidak menginterpretasikan keadaan keuangan yang buruk dari pemiliknya.

Bapak memang berasal dari keluarga yang berkecukupan, itu sebabnya beliau tidak terbiasa bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri terlebih orang lain, karena subsidi dari orangtuanya selalu cukup. Bahkan sampai saat ini pun ketika Bapak sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak, orangtuanya masih mengirimi uang untuk keperluan hidupnya. Tetapi tentu saja uang kiriman dari orangtuanya itu tidak bisa diandalkan untuk mencukupi kehidupannya bersama keluarga barunya. 

0 komentar:

Posting Komentar