1.1.16

What’s Your Contribution?



Jati Pramono
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta



“APA kontribusi saya?” Ini pertanyaan yang mudah diajukan, tetapi cenderung sulit dijawab. Kalau boleh jujur, bisa jadi model pertanyaan seperti ini hampir tidak pernah ditanyakan pada diri sendiri – terlebih dalam hening saat sedang benar-benar sendiri. Ya, enggak? Urusan kontribusi lazim ditanyakan, atau mungkin lebih tepat – ditekankan oleh organisasi tempat bekerja dalam bentuk target pekerjaan, sasaran organisasi, ataupun job description. Sehingga, apa kontribusi saya tergantung hal-hal yang ditetapkan, dipercayakan dan dibebankan pada saya oleh (para) atasan saya. Kontribusi menjelma menjadi sesuatu yang impersonal,baku , kaku, dan formal.


Cara pandang demikian membentuk budaya ketergantungan mutlak pada arahan, instruksi, dan petunjuk. Sehingga tidak mengherankan pada banyak institusi besar – terlebih di Indonesia, banyak pekerja yang masih menggantungkan perencanaan karier mereka pada unit atau departemen sumber daya manusia. Jika proses tumbuh kembang diri dalam organisasi tidak sesuai harapan, kesalahan hampir selalu ditimpakan pada unit tersebut. Berbagai ungkapan seperti ini masih sangat sering terdengar. “Saya sudah bekerja di perusahaan ini selam 5 tahun pada posisi yang sama, saya harus bagaimana lagi sekarang?” atau “Kira –kira dalam 10 tahun dari sekarang kira-kra jabatan apa yang bisa saya raih?” atau mungkin “Kapan bos saya pensiun sehingga saya bisa menggantikan posisinya?:p” sounds familiar? Lebih mengherankan lagi saat banyak organisasi justru dengan lega mengambil tanggung jawab tersebut serta berupaya teramat sangat hebat untuk menyususn perencanaan karier untuk setiap orang. Langkah ini serupa dengan membangun istana pasir di pantai. Sebagus apapun istananya pasti tidak akan bertahan lama dan larut oleh air laut, angin, dan hujan.

What should my contribution be? Peter Drucker, Begawan ilmu manajemen modern pernah berujar bahwa kontribusi bukan wewenang organisasi semata, tetapi individu yang bersangkutan. Pertanyaan “Apa kontribusi saya?” harus segera dilanjutkan oleh pertanyaan “Apa yang harus kontribusikan?” - Pertanyaan susulan ini penting untuk menjadikan sesuatu yang abstrak di awing-awang, menjadi ide nyata yang jelas, kontekstual, dan doable.

Contribution should not be something that easy – but it sure worth it. Pertanyaan “Apa yang bisa saya kontribusikan?” akan terjawab dengan sendirinya saat seseorang mampu menjawab beberapa komponen pembentuknya sebagai berikut: Pertama, apa yang dibutuhkan di sekitar saya saat ini? Kedua, apa hal-hal yang menjadi kekuatan (baca: passion) saya? Ketiga, dengan pemahaman mengenai cara saya berkinerja, kemampuan saya, network saya, dan nilai-nilai yang saya yakini – hal-hal apa yang bisa saya lakukan sekarang untuk menjadikan situasi menjadi lebih baik? Dan, terakhir, melalui upaya yang saya pilih, apa yang hendak saya, bagaimana dan dalam waktu berapa lama?

Over-planning is as bad as having no plan at all. Jika diperhatikan esensi dari pertanyaan-pertanyaan menyangkut kontribusi, kejelasan akan hadir saat bisa menjawab spesifik. Jawaban seperti “membahagiakan  keluarga” atau “menjadikan Indonesia lebih baik” tidak cukup spesifik. Selain itu, rencana taktis tentang hal-hal tertentu yang bisa dilakukan besok dan dalam jangka pendek harus disusun dan diuji coba dengan segera.

Ingin berkontribusi di tempat kerja? Coba perhatikan denganseksama berkenaan dengan hal-hal spesifik yang bisa dikerjakan? Mungkin terkait dengan pelaksanaan meeting mingguan yang hamper selalu membosankan dan tanpa makna. Mungkin juga soal pola jam kerja tentang hubungan antarpersonal diantara tim, Tentukan dan benahi.

Sebagai penutup, ungkapan dari asronom kondang Neil deGrasse Tyson bisa melengkapi pemahaman tentang kontribusi: “ I have a personal philosophy in life: If somebody else can do something that I’m doing, they should do it. And what I want to do is find things that would represent a unique contribution to the world – the contribution that only I, and my portfolio of talents, can make happen. Those are my priorities in life.”    

Sumber Tulisan:

Suhardono, Rene. 2015. What’s Your Contribution. Kompas, 07 November.
 

0 komentar:

Posting Komentar