Oleh:
Nunuk Priyati
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Jika di negaranya orang-orang
memberi warna pada mug, gelas atau gerabah, di Indonesia Linh Katrina asal
Vietnam memberi warna pada gambar di atas kertas yang akan dibuat Damar Kurung.
Damar kurung yang dibuatnya mirip lampion berbentuk kotak. Namun menurutnya,
damar kurung tersebut lebih bagus karena gambarnya warna-warni di empat sisi
yang berbentuk kotak seperti sangkar burung.
Bagi Mam Yanni, mahasiswa jurusan
Psikologi asal Kamboja, membuat damar kurung menjadi hal yang seru. Bahkan, Re
Mush asal Thailand membubuhkan namanya pada damar kurung yang dibuatnya.
Masing-masing dari mereka, membawa pulang karya mereka sendiri.
Para mahasiswa itu ada yang ikut
pertukaran mahasiswa, ada pula yang langsung menempuh study program sarjana.
Mereka sengaja dilibatkan dalam kegiatan agar turut mengenalkan Indonesia dan
budayanya termasuk yang ada di Gresik. Sebelumnya mereka hanya tahu Indonesia
identic dengan Bali atau Yogyakarta.
Novan Effendy, pemberi materi work shop damar kurung menyatakan bahwa seni damar
kurung Gresik muncul terkait tradisi penyambutan Ramadhan hingga lebaran. Ada
kebiasaan warga di Gresik menyalakan damar kurung (semacam lampion) untuk
menyemarakan ramadhan hingga lebaran.
Seni damar kurung sudah seharusnya
dipertahankan. Sejak dulu, damar kurung dinyalakan di depan rumah sepanjang
ramadhan hingga lebaran. Lukisannya bercerita tentang budaya dan keseharian
masyarakat. Sri Wati alias Mbah Masmundarilah dengan karyanya yang khas mampu
membawa lukisan damar kurung hingga dikenal di tanah air. Bahkan seni damar
kurung telah menghiasi lampion penerangan jalan dan taman kota gresik.
Daftar
Pustaka:
Kiswaran,
AS. (2015). Mahasiswa asing kagumi “damar kurung”: Kompas, sabtu 19 september
2015 hal 24
0 komentar:
Posting Komentar