SELALU CEMAS MERUSAK KESEHATAN MENTAL
Murjiwantoro
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
PTSD
(Post-Traumatic Stress Disorder) adalah
akibat respon terhadap suatu trauma yang ekstrem – sebuah kejadian yang
mengerikan yang seseorang alami, saksikan, atau dipelajari, terutama yang
mengancam hidup atau yang menyebabkan penderitaan fisik. Pengalaman tersebut
menyebabkan seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak
berdaya.PTSD adalah sejenis gangguan kecemasan umum yang berkembang setelah
mengalami kejadian yang menakutkan atau serangan fisik maupun perasaan
terancam. Dimana, gejalanya dapat berupa pengalaman kembali kejadian traumatis,
lebih sensitive, dan penumpulan emosi. Seperti gunung es, kejadian gangguan
stres pasca trauma ini banyak dialami manusia, lebih banyak dari yang dikenali
karena berobat/menyampaikan keluhan. Hal
ini dikarenakan banyak sekali pengalaman yang berpotensi memunculkan
PTSD.Banyak dari kita memiliki pengalaman-pengalaman traumatis – ditinggal oleh
orang yang dicintai, menderita penyakit serius, perceraian, kecelakaan,
pelecehan seksual, melihat kejadian mengerikan dan lain-lain.
Pada saat itu, kita mungkin akan merasa sangat
gelisah atau takut, atau mengalami kesedihan yang mendalam. Tetapi biasanya
rasa sakit hati akan berlalu, dan kehidupan menjadi lebih normal. Namun pada
sementara orang yang mengalami suatu
kejadian yang menakutkan atau pengalaman yang mengubah situasi kehidupan akan
mengalami stress berat di mana ingatan-ingatan itu tidak berkurang, bahkan
untuk sesaat. Pada beberapa orang, pengalaman di atas sangat ekstrem sehingga
mereka tidak dapat menerima kenyataan yang dialami. Seseorang yang merasa
seperti ini mungkin menderita Post Traumatic Stress Disorder, atau PTSD. PenelitidariMichingan State University menemukanpada
orang-orang yang memiliki level neurotic tinggi, tipekepribadian yang ditandai dengan kecemasan dan ketakutan berlebih, memilikiresikomengalami PTSD dikemudian hari.
Sumber
Tulisan : Indra Tranggono, (2015), Selalu Cemas Merusak
Kesehatan Mental, Kompas, 21 Mei
2015, Hal.17
0 komentar:
Posting Komentar