Fiki Fatimah
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak
semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan organisme tubuh
yang sangat dalam. Contoh bila sahabat kita orangtuanya meninggal, kita
sama-sama merasakan kehilangan.
Empati, adalah melakukan sesuatu kepada orang lain,
dengan menggunakan cara berpikir dari orang lain tersebut, yang menurut orang
lain itu menyenangkan, yang menurut orang lain itu benar. Jadi, apa yang
menurut Anda suatu kebaikan, bisa saja sebenarnya malah mengganggu orang lain.
Menurut Ubaydillah (2005) empati adalah kemampuan kita
dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati
adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.
Empati adalah kemampuan kita dalam meresponi keinginan
orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan
intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with).
Selain itu Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan
hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut
pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu
mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami
orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci
pengembangan leadership dalam diri individu.
Dunia yang semakin global dan ekonomi pasar yang penuh
dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan empati sosial masyarakat
semakin rendah. Itu kenapa seringkali terjadi
konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat mencegah meluasnya
dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah mensosialisasikan rasa
empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial terkecil yang mampu
membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya masyarakat
Indonesia.
Secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak
bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi.
Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi
lain menangis, barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan
temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian,
rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit
demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari
lingkungan yang membentuknya.
Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati.
Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Selain itu empati
berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati
selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang
yang kurang mampu. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti
orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di
sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Oleh karena itu, setiap orang tua
wajib menduplikasikan rasa empati kepada anak-anaknya.
Sumber : LOK . (2015) . Empati Untuk Pengungsi . 10
Oktober . Hal 10
0 komentar:
Posting Komentar