BISIK-BISIK
BERAWAL DI MEJA RIAS ARTIS
Tri Mei
Wulandari
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Perbincangan
dari meja ertis berlanjut ke hotel bintang 5. Penangkapan penata rias
berinisial RA telah membuka tabir prostitusi di kalangan artis. Prostitusi di
kalangan artis bukan semata-mata karena faktor kesulitan ekonomi tapi karena
faktor gaya hidup yang wah. Disamping itu mereka ingin cepat terkenal dengan
cara instant. Akan tetapi tidak semua artis melakoni peran ini. Karena sifatnya
eksklusif, bisnis ini sulit terendus media. Meski demikian praktik ini bisa
terendus di sejumlah kasus yang mencuat. Misal terungkapnya jalinan
pejabat/politikus dengan seorang artis. Pengungkapan kasus korupsi oleh KPK
juga memperlihatkan indikasi ini. Dari penangkapan koruptur terungkap kehadiran
ladies escort. Penyelidikan berikutnya
bermunculan nama-nama selebriti yang menerima gelontoran dana dari para
koruptor. Prostitusi di kalangan artis dilakukan dengan beragam modus. Mulai
dari menemani jalan-jalan, makan malam hingga belanja. Mucikari artis ini bisa
dilakukan menejer artis itu sendiri, agensi lain yang tertutup rapi
jaringannya. Bisik-bisik pun terjadi ketika menejer menandatangani kontrak
kerja artis. Agar praktek prostitusi para artis dan model tersebut tidak
terdeteksi pihak lain, RA menggunakan kata sandi “ARISAN” dan “JOB”. Soal tarif
kencan, RA menyebut ada kategori khusus. Makin terkenal sang artis, makin mahal
tarifnya. Ia sendiri yang mengatur mulai dari kontak klien, finalisasi
transaksi, hotel sampai pembayaran jasa. Dari job itu RA mendapat bagian 20%
dari pembayaran artis.
0 comments:
Post a Comment