27.12.15

Ringkasan Artikel 4: Kristi Poerwandari, Rasa Salah, Rasa Malu dan Pemaafan Diri
Susanti
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Bersalah adalah perasaan buruk yang dirasakan oleh seseorang mengenai apa yang sudah dilakukan. Contohnya seseorang melakukan tindakan menipu, kemudian dia merasa bersalah. Malu adalah perasaan buruk mengenai  “who I am”, mengenai diri seseorang secara langsung, sesuatu yang mendasar tentang diri sendiri. Misalnya seseorang yang telah melakukan tindakan menipu, dia berfikir bagaimana mungkin dia melakukan hal tersebut,kemudian merasa bersalah, mersa bahwa dirinya buruk. Tampaknya rasa malu lebih kompleks daripada rasa bersalah. Apanila bersalah lebih mudah dilokalisasi pada suatu tindakan tertentu, malu sudah bicara mengenai suatu keutuhan, jati diri, sebagai suatu eksistensi. Rasa malu dapat mengguncang diri, menjadi suatu situasi yang mungkin memerlukan pemaafan, tetapi pemaafan diri itu bukan hal mudah untuk dilakukan.

Ketika manusia menyadari tindakannya sendiri yang tidak pantas, salah atau buruk, dengan sendirinya akan membawa pada reaksi-reaksi “merasa buruk tentang diri”, kesulitan memaafkan diri. Ada perasaan marah, malu dan bersalah pada diri sendiri. Jika kita merasa bersalah atau malu, barangkali kita menghindari emosi-emosi negatif mengenai diri kita dan akuntabilitasnya dengan mengembangkan proses-proses defensif, seperti mengingkari tanggung jawab, meminimalkan kesalahan, mencari pembenaran tindakan, atau memindahkan penjelasan buruk ke luar diri.
Sementara itu, yang terjadi pada individu yang lebih sehat adalah ia berani mengambil tanggung jawab menghayati perasaan-perasaan buruk tentang diri, untuk kemudian memprosesnya sedemikian rupa sehingga tidak berhenti pada penyalahan diri dan penghukuman. Ia tidak menggampangkan persoalan dengan mencari pembenaran, tetapi mencoba menemukan konteks untuk menjelaskan pada dirinya sendiri bahwa hal tersebut terjadi dalamkonteks dan bahwa ia bukan manusia sempurna.
Maka dismaping mengakui kesalahan, individu sekaligus menemukan kembali kasih sayangnya kepada diri sendiri. Rasa salah, rasa malu, dan proses untuk sampai pada pemaafan diri akan membawanya menemukan pembelajaran baru dari apa yang terjadi mengenai situasi, orang lain, maupun diri sendiri.
Sumber Tulisan
Kompas. (2014). Konsultasi Psikologi: Rasa Salah, Rasa Malu dan Pemaafan Diri. Kompas, 3 Agustus


0 komentar:

Posting Komentar