7.12.15

Ringkasan Artikel: Tutun Variasikan Doraemon dan Superman Jadi Wayang

Oleh : Naurmi Rojab Destiya
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta 




            KARYA seni itu bersifat luas, dan tidak terbatas. Barang kali pendapat itulah yang diyakini Sri Kundoro alias Tutun (36), warga Dusun Kepek 1 Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul. Keahlian dan hobi membuat wayang sejak kecil, kini mulai divariasikan dan disesuaikan dengan kondisi yang sedang tren. Dalam membuat wayang sesekali Tutun mencoba keluar dari pakem, dengan membuat tokoh-tokoh masa kini atau potret orang untuk disulap menjadi wayang modifikasi.
            Sebut saja tokoh kartun anak-anak, seperti Superman, Doraemon, Putri Nirmala dapat dibuat menjadi sebuah wayang modifikasi. Bahkan yang saat ini tengah dikerjakan yakni membuat tokoh wayang Limbuk, dengan modifikasi seragam siswa SMA.
            “Saya memang membuat dengan memasukan sindiran, bahwa saat ini anak SMA sudah tidak ragu berpakaian minim. Dengan bentuk bodi seperti Limbuk, namun menggunakan baju SMA yang menonjolkan keseksian. Saya mencoba menggambarkan kondisi anak SMA saat ini yang tak lagi malu menggunakan pakaian seksi yang menonjolkan bentuk tubuhnya,” ujar Tutun kepada KR yang menemui di rumahnya, Rabu (9/9).
            Berkah dari usaha kreatif ini, pesanan tokoh wayang variasi justru banjir dari luar negeri. Sekarang Tutun tengah menyelesaikan membuat wayang Wacinwa (Wayang China Jawa) yang merupakan penjabaran dari tokoh-tokoh legenda di negeri Tiongkok. Juga ada warga Singapura juga tertarik memesan hasil karyanya. Tutun yang juga berhubungan baik dengan seniman dari Singapura, meminta Tutun membuatkan tokoh cerita legenda negeri tersebut ke dalam wayang. Beberapa tokoh seperti Rafflesia hingga tokoh terkini Superman masuk dalam daftar pesanan dari Singapura.

            Darah seni Tutun mengalir dari ayahnya yang seorang dalang. Saat menginjak usia SD, Tutun sudah dapat membuat boneka wayang dari kertas dengan tokoh Punokawan dan Pandawa Lima. Ia menempuh pendidikan di SMKI dan melanjutkan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, jurusan Pedalangan. Namun tidak sampai lulus. Untuk menyelesaikan satu gambar wayang, ia membutuhkan waktu seharian.

Sumber Kedaulatan Rakyat halaman 19, 11 September 2015

0 komentar:

Posting Komentar