Restu Wahyuningtyas
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sistem tanam tumpang sari adalah
penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan atau dengan membuat
interval waktu yang singkat pada
sebidang tanah yang sama. Sistem tanam tumpang sari ini banyak diterapkan oleh
para petani. Masalah yang terkait dengan hal ini adalah petani mengalami gagal
panen pada musim penghujan. Masalah ini terjadi karena pada musim penghujan
banyak hama yang menyerang tanaman.
Masalah gagal panen ini dialami oleh
petani sayur setiap tahun, salah satunya adalah Sadiyo. Sadiyo bertani sayur di
lereng gunung Lawu mencoba menerapkan sistem tanam tumpang sari. Tujuannya
adalah untuk mengurangi risiko gagal panen. Hal ini karena menurut sadiyo jika
salah satu jenis tanaman gagal panen, maka hasil panen dari tanaman yang lain
masih dapat diandalkan.
Solusi untuk masalah gagal panen
selain dengan sistem tanam tumpang sari adalah dengan melakukan beberapa hal
yang mendukung sistem ini. Diantara yang dilakukan petani adalah membuat
persiapan yang matang sebelum bercocok tanam, mulai mengatur komposisi pupuk,
melakukan perlindungan terhadap bibit tanaman dari gulma dan hama, serta
penanganan saat masa tumbuh hingga masa panen tiba.
Artikel ini memiliki kaitan dengan
psikologi lingkungan yaitu dalam hal menaklukkan lingkungan. Para petani
melakukan pengenalan dengan baik terhadap wilayah tempat mereka bertani, yaitu
mereka mampu menyadari bahwa lingkungan mereka adalah tempat yang produktif
namun sering mengalami hambatan-hambatan. Hambatan yang sering dialami adalah
terjadinya gagal panen yang disebabkan oleh hama. Penanggulangan terhadap hama
dengan melakukan sistem tanam tumpang sari adalah salah satu cara yang dilakukan
petani untuk menaklukkan lingkungannya, dimana mereka masih dapat bertahan
ditempat yang sama dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian.
Sumber:
Alim,
A. 2014. Petani tanam sayur tumpang sari.
Kedaulatan Rakyat edisi 6 Desember hal. 18
0 komentar:
Posting Komentar