Muji Pambudi
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Jaman
semakin maju dan perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, termasuk juga
cara berbelanja, bila dulu berbelanja dengan datang ke sebuah toko dan
transaksi, saat ini setiap orang yang
menginginkan sesuatu bisa belanja online
atau daring. Tetapi memang bahwa belanja daring rentan terjadinya penipuan jika
konsumen tidak memahami dengan betul cara cara transaksi yang aman lewat
belanja daring.
Juga belum
adanya model pembayaran daring yang aman dan sistematis membuat konsumen masih
belum berani berbelanja secara besar-besaran atau kecil, tetapi frekuensinya
tinggi.Sehingga nilai pembelanjaan daringpun
belum menghasilkan nilai belanja yang besar, seperti di negara negara lain yang
lebih dulu mengenal belanja daring.
Direktur Jenderal
Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bambang Heru
Tjahjono saat berbicara di acara Forum Ekonomi Nusantara di Jakarta, Kamis
(19/11) mengatakan bahwa masih banyak tantangan
yang harus dihadapi oleh e-dagang Indonesia di masa depan. Sebut saja kesiapan
infrastruktur, teknologi, sumber daya manusia, dan inovasi teknologi.
Bila di jabarkan lebih jauh tantangan
e-dagang, masalah bukan hanya infrastruktur atau
hal yang bersifat teknis dan fisik semata, tetapi juga cara pandang Konsumen terhadap e-dagang juga harus di rubah. Agar e-dagang lokal bisa semakin berkembang dan besar. Termasuk
mindset konsumen Indonesia yang lebih condong membeli merek Asing dan lebih
mencintai produk indonesia
Ketua Asosiasi
E-Commerce Indonesia (idEA) Daniel Tumiwa mengatakan bahwa “Cara yang paling bisa ditempuh
sekarang adalah dengan mendirikan e-dagang yang lebih spesifik produknya.
Misalnya, e-dagang khusus batu akik, pakaian bayi, atau lainnya, Yang penting
spesifik. Sudah beberapa orang yang sudah memulainya,” agar e-dagang lokal bisa berkembang dan semakin besar.
Kompas 30 November, 2015 “Menilik Peluang E-Dagang di
Indonesia”
0 komentar:
Posting Komentar