20.12.15

Ringkasan Artikel :Gotong Royong Biopori, Gerakan Kerelawanan

Muji Pambudi
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

“Banjir kiriman” dari Bogor begitu selama ini tudingan yang muncul ketika kali Ciliwung meluap dan banjir melanda Ibukota yang akirnya menimbulkan polemik, ajang saling salah menyalahkan antar daerah. Padahal usaha untuk memperbaiki, melakukan perubahan agar hal itu tidak terjadi sebenarnya lebih baik daripada saling menyalahkan.
Adalah Gatut Susanta yang bersama teman-temannya Hazairin Sitepu dan Imam Suseno mendirikan Komunitas Bogor Sahabats (Bobats).Sebuah komunitas yang mencetuskan gagasan untuk membuat lobang biopori di Bogor dalam kegiatan “ Gerakan 5 Juta Lubang Biopori”. Kegiatan ini memang tidak semudah yang dibayangkan, karena harus membangun kesadaran warga Bogor untuk melakukan perubahan pola pikir. Bahwa begitu besar manfaat yang akan didapatkan jika 5 juta lubang biopori berhasil di buat.
Gerakan social diatas merangkul semua anggota masyarakat seperti instansi pemerintah, siswa sekolah, organisasi kemasyarakatan, mahasiswa hingga professional dengan caranya masing-masing. Sehingga gema kegiatan ini semakin bergaung, setiap minggunya lokasi pembuatan  lubang biopori dilakukan di berbeda beda tempat. Harapannya selain di Bogor , gerakan ini bisa meluas ke seluruh wilayah Indonesia untuk  menjadikan lingkungan yang lebih baik tanpa banjir dan terpenuhinya kebutuhan air bersih.
Lubang Biopori sendiri di temukan oleh Kamir R Brata Pengajar di Fakultas Pertanian , Institut Pertaniaan Bogor. Fungsi lubang bisa menyerap air terutama air hujan sehingga dapat mencegah banjir, lonsor dan erosi.  Lubang ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk membuatnya yaitu dengan melubangi tanah dengan dengan diameter 10 cm dan kedalaman satu meter. Kemudian mulut lubang bagian atas di beri paralon agar tidak runtuh atau tertimbun kotoran dan dalamnya bisa diisi dengan dedaunan atau sisa makanan yang nantinay bisa menjadi kompos yang menyuburkan tanah.Lubang Biopori  ini akan menyerap sebagian air hujan sehingga air tidak masuk ke selokan dan kemudian terkirim ke daerah yang lebih rendah.
Dengan keberhasilan gerakan ini nantinya, diharapkan tidak ada lagi banjir di Ibukota dan ujaran “banjir Kiriman” tinggal kenangan.
               

Kompas edisi 8 Desember 2015, " Gotong Royong Biopori, Gerakan Kerelawanan”

0 komentar:

Posting Komentar