30.12.15

Mengurangi konflik antara orang tua dengan anak remaja



 yudha andri r
fakultas psikologi universitas proklamasi 45


Konflik merupakan pertentangan dalam diri seseorang karena mengemban peran majemuk. Pada masa remaja, terjadi berbagai macam perubahan dalam diri. Anak yang sedang memasuki masa remaja harus melakukan berbagai macam adaptasi diri. Salah satunya adalah adaptasi untuk keluar dari masa kanak-kanak dan mulai memasuki masa dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju dewasa (Hurlock, 1978 dalam Sobur 2003). 
Pada masa ini terjadi banyak perubahan pada diri individu. Perubahan meliputi perubahan biologis, perubahan kognitif, perubahan sosial,  perubahan kebijaksanaan pada orang tua dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Perubahan biologis remaja meliputi terjadinya pubertas pada diri remaja. Masa pubertas adalah masa pertumbuhan fisik maksimal dari individu atau sering disebut dengan the maximum growth age. Remaja yang sedang mengalami masa pubertas sering merasa kehilangan identitas diri. Penyebabnya adalah mereka harus melepaskan status kanak-kanak, namun belum bisa dianggap sebagai seorang dewasa. Dalam kondisi ini situasi dengan orang tua juga mengalami perubahan. Misalnya keharusan merapikan kamar tidur, berpakaian rapi, peraturan jam malam.
Perubahan yang terjadi pada individu yang sedang pada fase remaja sering menimbulkan konflik dengan orang tua. Menurut Piaget (dalam Sumanto,2013), perkembangan kognitif bertujuan untuk memperoleh struktur-struktur psikologis yang diperlukan supaya manusia mampu berpikir secara logis dan mampu mengadakan penalaran secara abstrak mengenai masalah-masalah aktual dan hipotesis. Pada tahap ini individu telah melampaui pengalaman konkret dan mampu berpikir abstrak dan logis. Saat inilah remaja menciptakan bayangan situasi ‘ideal’ menurut pikiran mereka. Kemudian situasi ‘ideal’ tersebut mereka bandingkan dengan kehidupan nyata. Disinilah sering timbul konflik dengan orang tua.
Kehidupan pada masa remaja mulai berkembang dengan semakin banyaknya aktivitas di luar rumah. Kehidupan berkelompok menjadi amat penting pada masa ini. Hubungan anak dengan orang tua menjadi agak longgar. Sehingga anak remaja mencari bantuan emosional dalam kelompoknya. Pada masa remaja, penilaian dari kelompok lebih dipentingkan daripada penilaian orang tua. Dari itulah banyak timbul pertentangan antara orang tua dan  anak remaja.
Masa remaja bisa dikatakan menjadi masa sulit individu dalam pencarian identitas diri. Mereka dituntut untuk dapat meninggalkan masa kanak-kanak, beradaptasi dengan dirinya sendiri (fisik), menjalin hubungan sosial dengan lingkungan. Begitu banyaknya perubahan yang terjadi dalam diri individu pada masa remaja, juga sering menimbulkan konflik dengan orang-orang disekitarnya, terutama orang tua. Pada masa ini orang tua ikut berperan dalam proses pencarian identitas seorang remaja.

Konflik orang tua dan remaja

Konflik terjadi saat motif, opini, tujuan, keyakinan bersinggungan atau tidak sesuai dengan yang lain. Konflik juga terjadi saat harapan dan tindakan seseorang sebenarnya menghambat harapan atau tindakan orang lain, misalnya seorang remaja harus melepaskan keinginannya karena tidak sesuai dengan harapan dari orang tua.
Berbagai macam bentuk konflik orang tua dengan remaja antara lain:
  1. Orang tua menganggap anaknya sudah  cukup dewasa sehingga menerapkan  peraturan seperti untuk orang dewasa, sedangkan anak masih dalam masa remaja.
  2. Anak tidak mau menuruti perintah dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebaya.
  3. Orang tua menginginkan anak remajanya dapat cepat menjadi orang dewasa baik dari segi kognitif maupun perilakunya.
  4. Orang tua menginginkan anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan dengan menggunakan orang lain sebagai contoh. Misal anak dituntut seperti anak tetangga yang rajin
  5. Anak dituntut untuk mandiri tanpa ada pendampingan dan dukungan dari orang tua

Usaha mengurangi konflik antara orang tua dan anak remajanya

Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak remaja. Lingkungan keluarga menjadi lingkungan utama dalam mendampingi perkembangan anak pada masa remaja. Meski tak dipungkiri bahwa di lingkungan keluarga (terutama dengan orang tua) sering terjadi konflik.  Namun demikian orang tua sebagai orang yang lebih dewasa bisa mengurangi terjadinya konflik dengan anak remajanya.
1.    Memberikan hak otonomi pada remaja
      Ketika remaja menuntut otonomi, orang dewasa yang bijaksana melepaskan kendali di bidang-bidang dimana remaja dpat mengambil keputusan-keputusan yang masuk akal tetapi tetap terus membimbing remaja  untuk mengambil keputusan yang masuk akal pada bidang-bidanng dimana pengetahuan remaja terbatas. Dengan demikian secara berangsur-angsur remaja memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan matang secara mandiri. Orang dewasa ini dapat mengkomunikasikan nilai kemandirian belajar dengan modelling, memberikan arah dan mengatur perilaku yang akan dimunculkan (Tarmidi dan Rambe, 2010)
2.    Pemahaman bahwa menjadi dewasa bukan hal yang bisa instan
      Orang tua perlu memahami bahwa remaja untuk menjadi dewasa yang matang tidak bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua malam. Orang tua hendaknya memahami bahwa perjalanan menjadi dewasa yang matang memerlukan waktu 10 hingga 15 tahun. Dengan demikian orang tua akan lebih kompeten dan tenang dalam mendampingi anak remajanya.
3.    Orang tua menjadi model contoh untuk anak remaja
      Sering terjadi dalam kehidupan adalah orang tua selalu memberi contoh bagaimana untuk menjadi orang dewasa yang baik. Tetapi mereka tidak menjadi contoh untuk anak mereka sendiri.
4.    Orang tua memberi dukungan pada masa perkembangan anak remaja
      Dukungan orangtua merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting di masa remaja. Dibandingkan dengan sistem dukungan sosial lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental (Tarmidi & Rambe, 2010).
5.    Menggunakan konflik yang sedang terjadi sebagai relasi antara orang tua dengan remaja
      Konflik yang terjadi dalam keseharian mencirikan hubungan antara orang tua dengan remaja. Hal ini dapat berperan sebagai fungsi perkembangan yang positif. Perselisihan dan perundingan kecil dapat mempermudah transisi remaja dari tergantung pada orang tua menjadi remaja yang mandiri.
6.    Mengetahui tugas perkembangan masa remaja
      Menurut Havighurst (dalam Sobur, 2003) perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tugas-tugas perkembangan yaitu tugas-tugas yang harus dilakukan seseorang dalam masa-masa hidup tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat dan budayanya.
      Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan dewasa:
a.    Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat
b.    Mencapai peranan social sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan peranan social seorang perempuan (jika ia seorang perempuan) selaras dengan tuntutan social dan kultural masyarakatnya
c.    Menerima kesatuan organ-organ tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya dan menggunakan secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing
d.    Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku social tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya
e.    Mencapai kemerdekaan/kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang “person” (menjadi diri sendiri)
f.     Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi) tertentu dala bidang kehidupan ekonomi
g.    Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan istri (ibu)
h.    Memperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideology untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.




























Daftar Pustaka

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Sumanto. (2013). Psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana STII Yogyakarta
Tarmidi. & Rambe, A. (2010). Korelasi antara dukungan sosial orang tua dan self directed learning pada siswa SMA. Jurnal Psikologi Volume 37

0 komentar:

Posting Komentar