27.12.15

Ibu Selalu Benar, Anak Selalu Salah
Susanti
Fakultas psikologi
Universitas proklamasi 45 Yogyakarta

Seorang teman penulis, perempuan bernama X pada suatu ketika datang ke kost tempat saya tinggal di daerah A di Yogyakarta. X datang sendirian dan dia mengatakan ingin menceritakan sesuatu. Tapi sebelum mulai bercerita X mendadak menangis tersedu-sedu. Kemudian penulis bertanya apa yang terjadi. Sambil menyelesaikan tangisannya dan mencoba untuk berhenti dari menangis X mulai bercerita. Selama ini X tinggal di rumah bersama ibunya yang merupakan single parent. Orang tua X bercerai ketika X masih berumur empat tahun. X merupakan anak tunggal. Akhir- akhir ini X mengatakan kalau dia sering bertengkar dengan ibunya. X merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata ibunya. Walaupun sesuatu yang dilakukan dianggap sebagai hal baik bagi X tapi ibunya selalu menganggap sesuatu yang salah. X mengatakan kalau ibunya akhir-akhir ini mengeluh mengenai masalah pekerjaannya. Ibu X bekerja sebagai penjahit di sebuah toko kain. X mengatakan bahwa selama tiga bulan ini ibunya belum menerima bonus dari tunjangan yang seharusnya dia dapatkan. Ibu X menjadi sangat sensitif terhadap X. Terlebih mengenai keuangan keluarganya. X yang masih muda merasa banyak kebutuhan yang harus X penuhi. Hal tersebut menyebabkan ibu X mengatkan bahwa X hidup dengan ssangat boros. Walaupun X mengakuinya tetapi dia tidak suka ibunya mempermasalahkannya. Setiap bulan X selalu menyisihkan gajinya untuk diberikan kepada ibunya. Menurut pengakuan X, ibunya merasa uang yang diberikan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan yang harus dikeluarkan. Setiap bulan ibu X harus membayar sewa rumah, biaya listrik dan lain-lain.


Berdasarkan cerita di atas penulis memberi saran agar X mencoba mengerti bagaimana perasaan ibunya yang sedang mengalami masa sulit dalam pekerjaannya. Ibunya yang biasa menerima bonus bulanan selain gaji yang diterima tentu saja merasa berbeda dari yang biasanya. Apalagi ibunya merupakan kepala keluarga, walaupun anaknya sudah bekerja. Ibu mungkin ingin memberi yang terbaik untuk keluarganya, tetapi jika keadaan keuangannya sedang sulit dia akan menjadi sensitif dan mudah marah. Sebaiknya X mencoba berdiskusi dengan ibunya. X dapat membantu ibunya dengan mendatangi toko tempat ibunya bekerja dan bertemu dengan atasannya. Hal tersebut perlu dilakukan karena mungkin ibu X tidak berani bertemu dan mengatakan secara langsung dengan atasannya. Selain itu X juga sebaiknya mampu mengatur keuangannya sendiri. Menghindari pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlalu dibutuhkan. Misalnya nongkrong di cafe mahal, dan belanja barang-barang mahal lainnya.
 

0 komentar:

Posting Komentar